Kamis, 19 Februari 2015

Mengampuni Jadi Gaya Hidup Bagi Semua Anak-Anak Tuhan

Ibadah Imlek 2566 di GKPJ Pasar Jambi

IBADAH SYUKUR IMLEK 2566 KAMIS 19 FEB 2015 DI GKPJ PASAR JAMBI.FOTO ROSENMAN MANIHURUK-HP 0812 747 7587


( BERITA TERKAIT: Merayakan Imlek Tidak Bertentangan Dengan Alkitab)  

Pengkotbah Pnt Lukas Sim dengan penerjemah Dkn Miky Lina

Ibadah syukur itu juga dilakukan di Gereja Kristen Protestan Jambi (GKPJ) di Jalan Dr Sutomo No 48-51 Pasar Kota Jambi, Kamis (19/2/15) pukul 07.00 WIB hingga usai.FOTO ROSENMAN MANIHURUK-HP 0812 747 7587

HARIANJAMBI.COM-Dalam menyambut Tahun Baru Cina (IMLEK) 2566 yang jatuh (Tahun Baru Masehi) pada Kamis 19 Februari 2015, umat Kristen Tionghoa di Jambi melakukan kebaktian ibadah syukur.

Pengamatan Harian Jambi, ibadah syukur itu juga dilakukan di Gereja Kristen Protestan Jambi (GKPJ) di Jalan Dr Sutomo No 48-51 Pasar Kota Jambi, Kamis (19/2/15) pukul 07.00 WIB hingga usai. ( KLIK JUGA HARIAN JAMBI BERITA INI: Berdoa di Vihara Amrta Loka Minta Kemakmuran di Tahun Kambing Kayu)

Sekitar 300 umat Kristen Tionghoa di Jambi tampak khususk dalam ibadah tersebut. Kebaktian syukur IMLEK itu dirangkai  dalam 19 item diantaranya votum, nyayian bersama, doa pengakuan Iman Rasuli, kata sambutan Majelis GKPJ Dkn Hendry H, pembacaan Alkitab Amsal 3:1-12, Paduan Suara Koor Nafiri, Khotbah oleh Penatua Lukas Sim yang Guo Bin, kolekte dan doa penutup.

Lagu pujian dan kotbah serta pembacaan Firman Tuhan pada kebaktian ibadah Imlek tersebut memakai bahasa Mandarin dan diterjemahkan oleh Miky Lina (penerjemaah). Nuansa Etnis Tionghoa sangat terasa pada ibadah Imlek 2566 tersebut, termasuk sampul Tata Ibadahnya. Persembahan pujian juga dinaikkan oleh Paduan Suara Nafiri GKPJ serta Anak Sekolah Minggu.   

Pengkotbah Pnt Lukas Sim dengan penerjemah Dkn Miky Lina mengambil Nats Kotbahnya dari Injil Amsal 3 : 1-12. Dari Nats itu  Pnt Lukas Sim mengambil Tema Ibadah Tahun Baru Imlek 2566 yakni “Tahun Penuh Pengampunan, Doakan dan Berdoa”.

Pnt Lukas Sim mengajak umat Kristen Tionghoa untuk tetap bersandar kepada Tuhan serta meninggalkan dosa-dosa. “Agar awal tahun ini menjadi awal yang baik bagi setiap kita untuk terbebas dari kemarahan dan kebencian, sehingga kita mengampuni dan melupakan keselahan orang lain, dan bukan untuk membalas dendam. Berdoa agar mengampuni menjadi gaya hidup bagi semua anak-anak Tuhan,” ujar Pnt Lukas Sim.

Tradisi Imlek bagi etnis Tionghoa juga dengan tradisi bersih-bersih rumah dengan membuang segala keburukan dan menyambut kehidupan baru. Melalui makna Imlek ini juga Umat Nasrani khususnya Etnis Tionghoa agar dapat melakukan introveksi diri atas dosa-dosa yang telah diperbuat, serta dapat membawa dosa-dosa tersebut kepada Tuhan agar diberikan pengampunan melalui doa-doa permohonan.(BACA JUGA : Etnis Batak, Flores, Jawa Larut Dalam Ibadah Imlek 2566 di Gereja Katolik Santa Theresia Jambi )

“Orang yang dapat berkat banyak, namun sedikit yang mensyukuri berkat tersebut. Manusia sering melupakan Tuhan karena ketamakan dalam diri manusia. Kita sering lupa mengucap syukur kepada Tuhan, orang yang demikian adalah orang yang iri hati dan penuh ketamakan. Melalui Imlek tahun ini, mari kita bersihkan diri dari ketamakan dan iri hati. Kita memulai hidup baru dengan pertolongan Tuhan. Berdoa agar mengampuni menjadi gaya hidup bagi semua anak-anak Tuhan,” ujar Pnt Lukas Sim.

Menurut Pnt Lukas Sim, bahaya sinkretisme yang mendarah daging dalam etnis Tionghoa tidak mudah dihilangkan begitu saja sebab sekalipun seseorang menjadi Kristen. Banyak yang masih menjalankan tradisi apa adanya, namun pertumbuhan iman berangsur-angsur membawa umat Kristen Tionghoa menjauhi praktek adat-istiadat tradisi budaya leluhur yang mendukakan Tuhan.

Disebutkan, di kalangan Tionghoa totok, tidak mudah meninggalkan tradisi turun-temurun kalau mereka menjadi Kristen. Namun di kalangan peranakan dan Tionghoa modern umumnya hal-hal yang berbau mistis-magis terutama penyembahan roh leluhur yang menjadi jantung budaya Tionghoa berangsur-angsur sudah tidak lagi mempengaruhi dirinya sekalipun mereka mengalami ketegangan dengan bagian keluarga besarnya yang masih kolot dan masih mempercayainya.

“Merayakan Imlek adalah netral seperti halnya merayakan Tahun Baru Masehi selama hari ini mengenang kondisi nenek-moyang yang dalam situasi agraris mernyambut bulan baru dan mulai siap bercocok tanam. Pertemuan kekeluargaan dimeja makan menjadi bagian perayaan Imlek atau Sincia yang baik juga diikuti,”katanya. 

Pemberian hadiah antar anggota keluarga terutama kepada orang tua baik juga dilakukan hanya perlu ditekankan bahwa itu adalah ungkapan kasih dan syukur dan bukan wisit (benih rejeki) yang kita berikan kepada seseorang dengan Angpao, karena itu hadiah uang tidak perlu dibungkus dengan amplop warna merah dengan tulisan Fu/Hu karena itu berarti jimat.

Merayakan Imlek, bisa dilakukan umat Kristen Tionghoa selama unsur adat-istiadat tradisi budaya religi seperti penyembahan dewa-dewi dan roh nenek-moyang tidak kita lakukan, memasang lampion bisa saja dilakukan selama kita tidak terikat warna magis merah melainkan lampion aneka warna. 

“Kita tidak perlu mengundang Barongsai masuk ke dalam rumah (apalagi ke dalam gereja) karena rumah umat Kristen (terlebih gereja) adalah rumah Roh Kudus maka dengan mendatangkan Barongsai pengusir roh, roh yang mana mengusir roh yang mana?,”ujar Lukas Sim.

Dikatakan, perintah Allah Umat Kristen tidak lagi terikat adat-istiadat nenek moyang yang mendukakan Tuhan, demikian juga maksud baik pertemuan keluarga dihari Sincia juga merupakan perintah Allah yang wajib dilakukan umat Kristen namun dilakukan dengan hormat dan kasih terutama kepada orang tua.

“Dengan demikian umat Kristen Tionghoa bisa ikut merayakan Imlek dengan misi kesaksian Injil bahwa sebagai umat tebusan Tuhan, umat kristen tidak lagi perlu percaya akan segala permainan roh dewa-dewi dan nenek-moyang yang tidak berdaya melainkan bergantung pada iman akan Allah pencipta langit dan bumi, dan Tuhan Yesus Kristus, juruselamat manusia,”katanya. (Rosenman Manihuruk)

Tidak ada komentar: