Kamis, 06 November 2014

Puluhan Harimau Mati di Tangan Petani

ISTIMEWA/HARIAN JAMBI
EVAKUASI: Harimau Sumatera yang terperangkap jerat babi hutan milik petani di Desa Bedeng VII, Batang Merangin, Kabupaten Kerinci dievakuasi tim gabungan beberapa waktu lalu.

HARIMAU SUMATERA TERANCAM PUNAH


JAMBI- Makin berkurangnya jumlah populasi Harimau Sumatera terutama di Provinsi Jambi saat ini tidak hanya disebabkan perburuan liar serta perdagangan ilegal kulit harimau. Belakangan diketahui Panthera Tigris Sumatraeinibanyak yang mati di tangan petani. 

Para petani di Jambi dan Sumatera secara umum sering membunuh harimau secara sengaja dengan memasang jerat atau memberikan racun melalui makanan. Mereka beralasan, pemasangan jerat dan racun ini dilakukan karena harimau telah masuk ke kawasan perkebunan dan pertanian warga.

Kepala Bagian (Kabag) Humas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi, Cahya kepada wartawan, Rabu (5/11) kemarin membenarkan itu. Ia menjelaskan, sebagian besar kematian Harimau Sumatera di Jambi disebabkan konflik dengan manusia.


Biasanya konflik karimau dengan manusia itu terjadi akibat masuknya harimau ke kawasan perkebunan dan pertanian milik warga. Untuk mengatasi gangguan harimau tersebut, kata dia, para petani memilih menjerat dan meracuni harimau, yang berujung mati.

“Selama dua tahun terakhir, sedikitnya 46 ekor harimau Sumatera mati akibat konflik dengan manusia. Dua ekor harimau Sumatera mati terkena jerat beraliran listrik yang dipasang petani di kawasa perkebunan Kabupaten Tanjungjabung Timur. Kemudian beberapa ekor harimau Sumatera di Jambi juga ditemukan terluka akibat kena jerat. Para petani sering membunuh harimau karena serangan harimau sudah banyak memakan korban jiwa,” katanya.

Dijelaskan, selama dua tahun belakangan terjadi 11 kasus konflik Harimau Sumatera dengan manusia. Konflik tersebut selalu menelan korban jiwa.

Selain itu, selama satu tahun terakhir, dua orang petani dan beberapa orang warga terluka akibat serangan harimau di Jambi. Harimau Sumatera menyerang petani di kawasan perkebunan warga.
Ia menjelaskan, Harimau Sumatera ini sering masuk ke kawasan perkebunan dan pertanian akibat kerusakan hutan yang selama ini menjadi habitat satwa langka dilindungi tersebut.

Menurut Cahya, meningkatnya perburuan liar dan pembunuhan harimau di Jambi menyebabkan populasi Harimau Sumatera terus berkurang. Berdasarkan data BKSDA Provinsi Jambi, populasi Harimau Sumatera di daerah itu saat ini hanya tersisa 50 ekor. 

Populasi Harimau Sumatera tersebut, kata dia, yakni di kawasan Taman Nasional Berbak (TNB) Jambi, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Wira Karya Sakti (WKS) Jambi, kawasan PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) Kabupaten Batanghari, dan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Muarojambi.

Kasubbag Data, Evlap, dan Humas Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BB TNKS), Hifzon, dikonfirmasi Harian Jambi mengatakan, berdasarkan data survei pihaknya, jumlah populasi Harimau Sumatera yang hidup di kawasan TNKS yakni sebanyak 166 individu.

Sementara itu, Koordinator Publikasi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Konservasi Informasi (Warsi) Jambi, Sukmareni mengatakan, upaya-upaya penyelamatan harimau Sumatera perlu terus ditingkatkan guna menghentikan kepunahan satwa langka dilindungi tersebut. 

Penyelamatan harimau Sumatera tersebut dapat dilakukan dengan memberantas perburuan liar harimau Sumatera dan pencegahan kegiatan penjeratan maupun pembunuhan harimau oleh petani.

“Saat ini sangat sulit mencegah harimau masuk ke kawasan perkebunan dan pertanian karena hutan di Jambi semakin rusak. Masuknya harimau ke perkebunan sangat memudahkan pemburu liar menangkap harimau. Kemudian harimau yang masuk ke kebun petani juga sering mati terperangkap jerat. Karena itu perburuan liar dan kegiatanmenjerat harimau ini harus diberantas,”katanya.

Menurut Sukmareni, penyelamatan hutan di kawasan taman nasional di Jambi juga perlu dilakukan agar harimau tidak sampai kehilangan habitatnya. Penyelamatan hutan taman nasional di daerah tersebut dapat dilakukan dengan memberantas pembalakan hutan, menghentikan konversi hutan menjadi kebun sawit dan menghentikan pembakaran hutan. 

Sementara populasi Harimau Sumatera di Taman Nasinal Kerinci Seblat (TNKS) dikhawatirkan akan terus berkurang, seiring maraknya perburuan hewan langka di Sumatera tersebut beberapa waktu belakangan.

Meski sudah ada beberapa pemburu, penjual dan penadah terjerat hukum, namun hal itu tak menjadi efek jera. Buktinya perburuan harimau Sumatera masih saja marak dan grafiknya cenderung meningkat. (lee)

Tidak ada komentar: