Jumat, 14 November 2014

Mendikbud Anies : Perbaiki Metode Mengajar


Jakarta-Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan meminta untuk memperbaiki metode mengajar di sekolah. Menurut Mendikbud, jika metode mengajarnya baik dalam arti para guru memiliki modal atau teknik mengajar yang tepat maka materi apapun dapat diajarkan dengan baik.

“Bukan persoalan kurikulumnya, tetapi yang sering menjadi masalah itu metode mengajarnya. Yang perlu kita perbaiki itu metode mengajar,” katanya usai bersilaturahim dengan para pegawainya di Plaza Insan Berprestasi, Gedung Ki Hajar Dewantara, Kemdikbud, Jakarta seperti dikutip dari http://kemdikbud.go.id, Kamis (13/11).

Mendikbud mengatakan, jika sekadar materinya yang diubah, tetapi metodologinya tidak diperbaiki maka justru akan muncul banyak masalah. “Sekarang yang jadi kunci justru fokus pada metodologi,” katanya.


Upaya untuk memperbaiki metode mengajar ini, lanjut Mendikbud, dengan mengundang para ahli metodologi dan mereka diajak untuk mengembangkan. “Jangan seakan-akan semua ide itu datang dari menterinya,” katanya.

Para guru yang berpengalaman juga akan dilibatkan. “Mereka tentu punya pengetahuan yang bisa kita pakai,” kata Menteri Anies.

Mendikbud menambahkan, pihaknya akan membentuk tim untuk melakukan evaluasi terhadap Kurikulum 2013. Dia menginginkan ada umpan baik yang benar menyangkut kurikulum. “Dari situ kita ambil keputusan dan ini harus segera karena semester depan akan mulai,” katanya.

Senada dengan Mendikbud, pakar pendidikan Arief Rachman mengatakan, saat ini terlalu diberikan mengenai apa dan bagaimana kurikulum itu dan bukan tentang  mengapa kurikulum itu diberikan. “Saya menganggap keluhan anak-anak itu masuk di akal dan saya paham,” katanya.

Seperti halnya juga, kata Arief, dengan Ujian Nasional (UN). “Sebetulnya, kalau UN itu dimengerti mengapa kita mempunyai UN? anak-anak tidak akan merasa terlalu berat,” katanya.

Menurut dia, nilai terlalu diagungkan, sedangkan prestasi tidak diperhatikan. Produk terlalu dicari, sedangkan proses tidak dihargai. “Hal-hal seperti ini yang membuat kita jengah,” kata Arief. (rel/lee)

Tidak ada komentar: