Senin, 20 Oktober 2014

SBY Berhasil Tingkatkan Bidang Pendidikan

Dialog : Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono saat berdialog dengan murid SD 97 Kota Jambi, Jumat (23/9/2011) pagi. Foto rosenman manihuruk/harian jambi.

Diklaim Mampu Sejahterakan Rakyat

Masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) segera berakhir. Selama memimpin, SBY dinilai telah mencapai berbagai keberhasilan, khususnya bidang kesejahteraan rakyat, seperti pendidikan dan kesehatan.

DINA MANAFE, Jakarta

Ketua Departemen Kesejahteraan Rakyat DPP Partai Demokrat M JafarHafsah mengatakan, sejumlah kebijakan yang digulirkan SBY membawa dampak signifikan terhadap kesejahteraan rakyat. Di bidang pendidikan, peningkatan kesejahteraan guru meningkat dengan adanya sertifikasi. Sebelum era SBY, tahun 2008, jumlah guru yang memiliki sertifikasi baru 15,42%, pada 2013 jumlah ini melonjak menjadi 95,5%.


“Dengan adanya sertifikasi guru, kesejahteraan pahlawan tanpa jasa kini semakin meningkat. Dengan sertifikasi otomatis mereka mendapatkan penghasilan lebih dari sebelumnya. Terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang berminat menjadi guru ketimbang pengusaha atau politikus,” ujar JafarHafsah dalam diskusi publik bertemakan “Satu Dasawarsa Catatan untuk Indonesia”, di Jakarta, Jumat (17/10).

Jafar memaparkan, jumlah sarana pendidikan pun meningkat 100% dalam 10 tahun terakhir, kecuali perguruan tinggi hanya 50%. Saat ini, sekolah dasar berjumlah 169.000, sekolah menengah pertama 48.900, sekolah menengah atas 28.600, dan perguruan tinggi 3.800. Anggaran pendidikan juga terus meningkat sejak 2009. Jumlah beasiswa kepada siswa SD, SMP, dan SMA juga bertambah.

Menurutnya, jingkat kemiskinan dan pengangguran di masa SBY juga berkurang. Jika pada 2004 jumlah kemiskinan di Indonesia mencapai 16,7% dari total penduduk, maka pada 2013 menurun menjadi 11,4%. Sedangkan angka penangguran menjadi 6,2%. 

Indonesia Hebat


Dalam kesempatan yang sama, angggota DPR Dede Yusuf juga menilai banyak kemajuan yang dicapai SBY. Program-program yang sudah baik dan berjalan sekarang perlu dilanjutkan oleh pemerintahan berikutnya. Menurutnya, selama kepemimpinan SBY, tidak terjadi konflik atau kekerasan sosial yang berarti. Masyarakat Indonesia tetap hidup damai dan bersatu meskipun dalam banyak perbedaan.

“Sementara negara lain, seperti di Thailand yang hanya ada perbedaaan 2-3 agama konflik kerap terjadi. Indonesia hebat karena masih solid meski banyak perbedaan, apalagi dalam 10 tahun ini nyaris tidak ada konflik berarti yang sampai menyebabkan perpecahan,” kata politisi Partai Demokrat ini.

Selain itu, mantan Wakil Guberbur Jawa Barat ini mengungkapkan, kebijakan SBY yang paling mendasar dan membawa dampak signifikan adalah sektor pendidikan. Dengan anggaran pendidikan 20%, berhasil memancing pemerintah daerah untuk mengalokasikan besaran yang sama dalam APBD.

Di daerah, umumnya sebesar 70% APBD habis dipakai untuk biaya rutin, seperti membayar gaji pegawai dan operasional pemda, dan hanya 30% yang tersisa untuk pembangunan, di mana 20% diantaranya untuk pendidikan.

Beberapa program pendidikan, seperti Biaya Operasional Sekolah (BOS), bantuan siswa miskin dan Bidik Misi juga sangat membantu daerah. Mestinya, menurut Dede, dengan berbagai program ini, program wajib belajar 9 tahun sudah harus tercapai.

“Begitu SBY mencanangkan program BOS, Jawa Barat mengikuti dengan dana BOS daerah sebesar 10% dari total BOS pusat. Misalnya Rp1 juta per siswa per tahun dari BOS Pusat, maka provinsi menambah Rp 250.000 per siswa sebagai tambahan, lalu diikuti kabupaten dan kota sebesar Rp 25.000,” kata Dede.

Kebijakan lain pemerintahan SBY yang dirasakan Jabar, ungkap Dede, adalah adanya bantuan penambahan kelas. Pasalnya, meskipun biaya pendidikan siswa telah ditanggung, jumlah kelas untuk kegiatan belajar mengajar masih kurang.
Padahal, setiap tahun angka kelulusan SD, SMP, dan SMA meningkat dua kali lipat. Ditambah lagi, fisik gedung sekolah, khususnya SD tidak layak karena umumnya dibangun sejak tahun 1978-an. Ketika masuk masa SBY, tahun 2009, sekolah-sekolah tersebut sudah rusak.  

SBY juga dinilai mempelopori pendidikan karakter melalui revitalisasi kepramukaan. Faktanya, kemajuan teknologi internet telah membawa anak-anak Indonesia bebas mengakses informasi tanpa difilter. SBY yang juga dikenal sebagai bapak revitalisasi pramuka menguatkan kembali pendidikan karakter melalui lembaga ini.



“SBY melihat bahwa kesejahteraan harus dimulai dengan pendidikan, tapi tanpa pendidikan karakter menjadikan generasi muda menjadi generasi yang terlalu bebas dan terbuka,” tuturnya. rogram lain yang menurut Dede juga membawa dampak besar dalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program ini dirasakan langsung oleh masyarakat melalui pembangunan infrastruktur dan ekonomi pedesaan. (sp/lee)

Tidak ada komentar: