Senin, 20 Oktober 2014

Pelantikan Jokowi, Ini Perkiraan IHSG dan Rupiah

GLADI RESIK: Presiden RI Joko Widodo saat menghadiri acara Gladi Resepsi Kenegaraan di MPR, Minggu (19/10). Jokowi merasa senang dapat berjumpa dan berbincang-bincang bersama Anggota MPR. FOTO IST FB JOKOWI/HARIAN JAMBI.

Senin 20 Oktober 2014 ini, Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia ke 7. Bagaimana perkiraan respons pelaku pasar terhadap pelantikan duet ini sebagai pemimpin Indonesia 5 tahun ke depan?
MAIKEL JEFRIANDO, Jakarta

Reza Priyambada, Analis Woori Korindo Securities, memperkirakan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) besok mampu melanjutkan penguatan yang terjadi Jumat lalu.


Mengakhiri perdagangan akhir pekan, Jumat (17/10/2014), IHSG ditutup menanjak 77,332 poin (1,56%) di posisi 5.028,946. Sementara Indeks LQ45 ditutup melaju 16,932 poin (2,02%) menjadi 854,194.

“Pada perdagangan Senin, IHSG diperkirakan akan berada pada rentangsupport 4.950-4.988 dan resisten 5.032-5.055. Laju IHSG diliputi sentimen positif dan membuatnya berpeluang melanjutkan kenaikannya," kata Reza dalam risetnya seperti dikutip Minggu (17/10).

Sentimen politik, lanjut Reza, sejauh ini positif dan mendukung penguatan IHSG. Namun, dia berharap agar pelaku pasar tidak kemudian ambil aksi ambil untung (profit taking) yang akan menghentikan laju IHSG.

“Diharapkan penguatan yang terjadi tidak langsung dimanfaatkan untuk profit taking agar peluang kenaikan IHSG dapat berlanjut. Semoga sentimen politik benar-benar kondusif," kata Reza.

Sementara untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Reza menilai agak sulit menguat. Meski situasi politik mendukung, tetapi faktor eksternal masih sulit menyokong penguatan rupiah.

“Meski IHSG sedang bahagia di zona hijau, kondisi sebaliknya dialami rupiah. Rupiah bisa berbalik melemah setelah terimbas pelemahan mata uang rubel Rusia yang mempengaruhi pergerakan di sejumlah negara emerging markets, termasuk Indonesia. Pelemahan rubel dipicu penurunan credit rating Rusia dari Moody’s Investors Service," jelas Reza. 

Jumat lalu, rupiah sempat menguat menjadi di kisaran Rp 12.100 per dolar AS. Namun Reza menilai penguatan ini sulit bertahan lama.


“Penguatan rupiah tersebut belum mampu mengkonfirmasi penguatan lanjutan seiring masih variatifnya sentimen yang ada dan masih menyimpan potensi pelemahan. Kami memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 12.228-12.215 per dolar AS," papar Reza.

Sementara itu, Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas, mengatakan pelantikan Jokowi-JK akan memberikan sentimen positif bagi pelaku pasar. Dia memperkirakan esok hari IHSG akan melanjutkan penguatannya.


“Sangat positif. Apalagi sangat terbantu dengan pertemuan Jokowi dan Prabowo kemarin. Di situ ada perbaikan confidence pelaku pasar," kata Lana.

Bahkan menurutnya, pasar akan lebih bergairah jika pelantikan Jokowi dihadiri oleh para petinggi partai politik. Seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Megawati Soekarno Putri, dan Prabowo Subianto, serta Aburizal Bakrie. 

“Itu pastinya sangat berpengaruh kalau semua pimpinan partai hadir. Pasar akan semakin yakin terhadap Indonesia," katanya.

Senada dengan Reza, Lana juga memperkirakan rupiah masih akan sulit menguat. Pasalnya, situasi ekonomi global sedang kurang mendukung.

“Jadi bukan karena nggak positif terhadap pelantikan Jokowi. Tapi memang kondisi global sedang tidak nyaman," ujar Lana.

Pelemahan nilai tukar, demikian Lana, juga dialami oleh negara-negara berkembang lainnya seperti Afrika Selatan, Brasil, India, dan Turki. Namun diharapkan pelemahan rupiah diharapkan tidak terlalu dalam karena diredam sentimen positif dari pelantikan Jokowi.


“Kalaupun rupiah ada pelemahan, mungkin nggak akan terlalu tajam," ucapnya.(dtk/lee)

Tidak ada komentar: