Jumat, 10 Oktober 2014

Dampak Kabut Asap, Sekolah Xaverius Jambi Diliburkan

KABUT: Kabut asap kebakaran lahan dan hutan yang sudah lebih dua bulan menyelimuti Kota Jambi dan beberapa kabupaten di Provinsi Jambi semakin meresahkan. Tampak Kota Jambi diselimuti kabut asap tebal, Kamis (9/10). FOTO EDWIN EKA PUTRA/HARIAN JAMBI.

Sekolah Negeri Belum Diliburkan

Jambi-Akibat kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Jambi yang melanda Kota Jambi dan sekitranya tiga pekan terakhir, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus dan Walikota Jambi Syarif Fasya mengintruksikan Dinas Pendidikan setempat meliburkan Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Taman Kanak-kanak (TK) di Kota Jambi.

Sekolah TK, SD Xaverius 1 dan 2 Kota Jambi langsung menyikapi instruksi Gubernur Jambi dan Walikota Jambi tersebut. Mulai Jumat-Sabtu (10-11 Oktober) TK, SD Xaverius 1 dan 2 Jambi diliburkan pihak sekolah karena kondisi udara tak sehat lagi.


Sebelumnya TK Xaverius 2 Jambi Rabu-Kamis (1-2 Oktober 2014) lalu telah meliburkan aktifitas belajar mengajar PAUD dan TK. 

Lisbet Sinaga (34) orang tua dari Mose (SD Xaverius 2 Jambi) dan Ezer Twopama M, murid TK A Xaverius 2 Kota Jambi, Kamis (9/10) telah menerima surat pemberitahuan dari pihak Sekolah TK Xaverius 2 Kota Jambi  terkait dengan libur sekolah PAUD Jumat-Sabtu akibat kabut asap di Kota Jambi.

Menunut Kepala Sekolah SD Xaverius 2 Jambi,  R Lianson SPd, kebijakan meliburkan aktifitas belajar mengajar di Sekolah Xaverius 2 Jambi karena dampak kabut asap yang menyebabkan udara tak sehat, khususnya bagi anak-anak.

Kebijakan ini juga sesuai himbauan Gubernur Jambi Hasan Basri Agus dan Walikota Jambi Syarif Fasya lewat media massa. “Kita melihat udara Kota Jambi tak sehat lagi akibat kabut asap selama tiga pekan terakhir. Hal ini justru berimbas pada anak-anak. Sehingga kita mengambil kebijakan untuk meliburkan sekolah,” katanya.

Namun lain halnya dengan sekolah dasar negeri di Kota Jambi. Misalnya di SDN 74 Jelutung Kota Jambi. Sekolah itu tetap melakukan aktifitas belajar seperti biasa meski udara jambi diselimuti kabut asap.

“Anak saya tetap sekolah besok (Jumat-red). Belum ada surat pemberitahuan dari pihak sekolah. Padahal kabut asap sudah mengganggu pernafasan bagi anak-anak. Ngak tahu kenapa sekolah dasar negeri tak diliburkan,” ujar Ayu Lia, warga Kebun Handil, Kecamatan Jelutung Kota Jambi kepada Harian Jambi, Kamis (9/10).

Sementara Ketua TP PKK Kota Jambi Istri Walikota Jambi membagikan masker kepada Murid SD 177-IV Kota Jambi, Selasa 30 September 2014. Hal ini untuk mengantisipasi dampak kabut asap yang melanda udara Kota Jambi sepekan terakhir.

Sementara itu, asap kebakaran lahan dan hutan yang sudah lebih dua bulan menyelimuti Kota Jambi dan beberapa kabupaten di Provinsi Jambi semakin meresahkan. Keresahan muncul bukan hanya akibat kekacauan jadwal penerbangan di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Kota Jambi dan nyaris lumpuhnya transportasi sungai di Jambi, bencana asap juga sangat mengganggu kesehatan.

Terganggunya kesehatan warga akibat asap terbukti dari tingginya penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Jumlah penderita ISPA di Kota Jambi selama bencana asap Agustus–Oktober misalnya mencapai belasan ribu orang. Sedangkan di Kabupaten Muarojambi, penderita ISPA akibat asap selama dua bulan ini mencapai 6.318 orang.

Kendati bencana asap telah menimbulkan banyak persoalan di tengah masyarakat, khususnya persoalan transportasi udara, sungai dan masalah kesehatan, namun belum ada tampak upaya serius pemerintah daerah dan pusat menanggulangi bencana asap di Jambi dan provinsi lain seperti Sumatera Selatan. Hal itu nampak dari masih terjadinya bencana asap di Jambi hingga pekan kedua Oktober ini.

Bencana asap tersebut tak teratasi disebabkan kurangnya kesigapan dan ketegasan aparat instansi terkait di Jambi dan Sumatera Selatan mencegah dan menanggulangi kebakaran lahan dan hutan. Kasus–kasus pembakaran lahan dan hutan masih tetap terjadi kendati Jambi dan Sumatera Selatan sudah hampir dua bulan diselimuti asap.

Di Jambi sendiri kasus pembakaran lahan dan hutan masih tetap terjadi kendati pihak pemerintah daerah di Jambi berkali-kali menuding bahwa sumber asap di Jambi berasal dari Sumatera Selatan. Bukti adanya pembakaran lahan dan hutan di Jambi terungkap dari kasus penangkapan pembakar lahan dan hutan di Kabupaten Sarolangun, Jambi pekan lalu. Kemudian Polda Jambi juga sudah menangani belasan kasus pembakaran lahan dan hutan.

Asap Berbahaya

Sementara itu, asap yang masih terus menyelimuti Kota Jambi hingga Rabu (8/10) semakin berbahaya bagi kesehatan. Masalahnya kadar indeks pencemaran udara (ISPU) di Kota Jambi terus meningkat.

Berdasarkan data yang dihimpun Harian Jambi di Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi, ISPU di Jambi beberapa pekan terakhir berada di atas 100 partikel per millimeter (ppm). Bahkan pada hari Minggu (28/9) lalu, ISPU di Kota Jambi mencapai angka 181 ppm atau paling tinggi selama asap menyelimuti Jambi satu bulan terakhir. Dengan angka ISPU tersebut, kualitas udara di Jambi buruk dan masuk kategori tidak sehat.

Bahaya asap terhadap kesehatan tersebut juga diakui petugas kesehatan di Jambi. Menurut dokter anak di Puskesmas Putri Ayu, Kecamatan Pasar, Kota Jambi, dr Imat, meningkatnya pencemaran udara atau ISPU menyebabkan kasus ISPA juga meningkat. Hal ini terbukti dari banyaknya warga yang berobat ke Puskesmas Putri Ayu selama kemarau dan asap dengan keluhan radang tenggorokan dan batuk.

Dr Imat mengatakan, jumlah anak-anak yang berobat karena terserang penyakit ISPA ke puskesmas tersebut sepekan terakhir rata-rata 40 orang/hari. Penderita ISPA yang berobat ke Puskesmas Putriayu tersebut meningkat hampir 100% dibandingkan hari-hari biasa. Sebagian besar pasien yang berobat tersebut anak-anak dan lanjut usia.

“Banyak yang berobat dengan keluhan batuk, radang tenggorokan dan flu ke puskesmas ini selama musim asap. Sepekan ini saja, pasien yang berobat dengan keluhan batuk rata-rata 40 orang. Namun pasien tidak ada yang rawat inap, hanya rawat jalan,” paparnya.(lee)



Tidak ada komentar: