Selasa, 22 Juli 2014

Peruntukkan Membeli Makanan Sebesar Rp7,88 triliun



BI Catat Pertumbuhan Ekonomi Jambi

Perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 8,37% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,93% (yoy). Serta lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,21% (yoy). Namun secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,94% (qtq) menjadi 0,46% (qtq) (lihat Grafik 1. dan 2).

R MANIHURUK, Jambi

Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi Jambi utamanya didorong oleh meningkatnya ekspor dan konsumsi lembaga swasta nirlaba masing-masing sebesar 28,86% (yoy) dan 22,51% (yoy).

Menurut Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Jambi, Vielloeshant Carlusa melalui Kepala Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Ihsan W Prabawa kepada wartawan, Minggu (20/7).


Berdasarkan strukturnya, 55,74% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi rumah tangga, diikuti dengan investasi fisik 18,41% dan konsumsi pemerintah 15,76%. Pangsa struktur tersebut cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Pada tahun 2013, pangsa konsumsi rumah tangga, investasi fisik dan konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 55,81%, 18,51%, dan 16,82%.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku mencapai Rp12,87 triliun atau 55,03% dari total PDRB Jambi. Mayoritas konsumsi masyarakat Jambi (61,19%) diperuntukkan untuk membeli makanan yaitu sebesar Rp7,88 triliun.

Disebutkan, pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat 4,51% (yoy) atau 0,53% (qtq), sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,43% (yoy)). Tingginya aktivitas perdagangan seiring dengan perayaan imlek dan masa kampanye Pemilu Legislatif menyebabkan konsumsi masyarakat dapat tumbuh tinggi.

Namun, meningkatnya harga barang/jasa seiring dengan tingginya laju inflasi paska kenaikan BBM bersubsidi serta tren menurunnya harga komoditas karet menjadi faktor penahan laju pertumbuhan konsumsi masyarakat.

Masih baiknya pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan I-2014 juga tercermin dari masih tingginya penjualan kendaraan bermotor. Penjualan sepeda motor meningkat 6,18% (yoy) dari tahun lalu menjadi rata-rata 7.627 unit/bulan.

Meskipun di sisi lainnya penjualan kendaraan roda empat seperti sedan, jeep dan minibus mengalami penurunan sebesar 14,47% (yoy) menjadi rata-rata 999 unit/bulan. Penurunan penjualan kendaraan bermotor roda empat tersebut terjadi karena meningkatnya suku bunga kredit serta adanya kebijakan minimum down payment pembelian kendaraan bermotor pertengahan tahun lalu.

“Sementara itu, penyaluran kredit real estate masih terus meningkat sebesar 26,38% (yoy) menjadi sebesar Rp3,84triliun. Pangsa kredit real estate di Jambi mencapai 15,07% dari total kredit,” katanya.

Disebutkan, pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan I-2014 mencapai Rp3,69 triliun. Pengeluaran tersebut meningkat 3,43% dari tahun lalu, namun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (-19,48% (qtq)).

Hal ini sejalan dengan realisasi belanja APBD yang cenderung menumpuk di akhir tahun. Realisasi belanja APBD provinsi Jambi Triwulan I 2014 sebesar Rp45,87 miliar (1,40%), jauh lebih rendah dari posisi yang sama tahun lalu Rp360,29 miliar (13,58%).

Investasi

Menurut Ihsan W Prabawa, secara triwulanan, investasi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan kecenderungan tingginya realisasi investasi di akhir tahun dan banyaknya proyek investasi yang masih dalam tahap pengadaan di awal tahun.

Sejak tahun 2012 lalu, investasi di Jambi terus menunjukkan peningkatan yang disebabkan oleh tingginya pembangunan fisik baik oleh pemerintah ataupun swasta. Kondisi ini juga didukung oleh peningkatan kredit investasi yang mencapai 47,75% (yoy).

Sementara menurut pendapat pengusaha melalui hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), optimisme pengusaha dalam memandang kondisi bisnis masih cukup baik. Hal ini terlihat dari masih positifnya indeks situasi bisnis yaitu sebesar 23,40%.

Dari 150 responden yang disurvei, 68,09% responden menyatakan bahwa situasi bisnis kedepan relatif stabil, sementara 27,66% menyatakan akan baik dan hanya 4,26% yang menyatakan akan memburuk.

Jumlah investasi Jambi yang dicatat oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp162 miliar. Investasi tersebut meningkat dibandingkan posisi yang sama tahun lalu yang realisasinya sebesar Rp 0.

Sejalan dengan hal tersebut, investasi asing melalui penanaman modal asing (PMA) juga meningkat 48,21% dari tahun lalu menjadi USD 24,24 juta. Investasi Jambi sebagian besar dialokasikan pada sektor pertanian.

Ekspor

Ekspor provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain pada triwulan I–2014 mencapai Rp11,40 triliun. Perkembangan ekspor Provinsi Jambi (keluar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan 28,86% (yoy) pada triwulan I-2014 utamanya disebabkan oleh meningkatnya ekspor luar negeri sebesar 65,69%. Berdasarkan tujuannya, komposisi ekspor Jambi terdiri dari ekspor ke luar negeri sebesar Rp6,32 triliun (55,43%) serta ekspor ke luar daerah yang mencapai Rp5,08 triliun (44,57%). Tingginya ekspor ke luar negeri salah satunya disebabkan oleh meningkatnya ekspor migas dari Provinsi Jambi.

Kata Ihsan W Prabawa, berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri Provinsi Jambi pada triwulan I-2014 sebesar USD 263,62 juta, meningkat 0,69% dari triwulan yang sama tahun 2013 (USD 261,83 juta). Sementara itu, impor luar negeri sebesar USD 71,74 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD191,88 juta.

Berdasarkan jenis komoditinya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 160,25 juta atau 60,79% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh pulp and paper serta batu bara, kokas dan briket masing-masing USD 22,89 juta dan USD 19,19 juta. Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun pertambangan.

Disebutkan, di sisi lain, ekspor batu bara tumbuh sebesar 14,49% (yoy) di triwulan I-2014, namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya nilai ekspor batubara turun 27,80% (qtq). Dari sisi volume, ekspor batubara mengalami peningkatan 19,02% (yoy), namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume ekspor tersebut mengalami penurunan sebesar 7,59% (qtq).

Menurunnya permintaan global serta merosotnya harga batubara internasional menyebabkan penurunan kegiatan produksi pada perusahaan batubara. Rendahnya kualitas batu bara di Jambi yang memiliki kadar energi yang rendah turut menyebabkan terbatasnya harga jual.

Selain itu, adanya peraturan mengenai distribusi batu bara di Jambi juga menjadi disinsentif bagi pengusaha untuk mengembangkan produksi batu bara di Jambi. Adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai membuat margin keuntungan semakin menipis.

Sementara dari sisi pemerintah, pendapatan yang didapatkan dari batu bara juga relatif rendah sementara biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan jalan angkutan relatif lebih tinggi.

Selanjutnya, nilai ekspor minyak dan lemak sayur menunjukkan penurunan sebesar 26,46% (yoy) atau 32,50% (qtq) sejalan dengan berkurangnya volume ekspor sebesar 56,25% (yoy) atau 48,55% (qtq).

Musim kemarau yang terjadi di Provinsi Jambi selama triwulan I-2014 menyebabkan produktivitas kelapa sawit menurun sehingga mempengaruhi kinerja ekspor CPO. Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi didominasi oleh negara Jepang yang mencapai USD 45,79 juta (10,40%) dan diikuti oleh Amerika Serikat sebesar USD 43,39 juta (9,85%). Menurunnya ekspor Jambi disebabkan oleh menurunnya ekspor ke RRC, Singapura, dan Malaysia terutama ekspor komoditas CPO.

Infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi merupakan salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha untuk dapat mengekspor secara langsung ke negara tujuan.
Impor

Impor provinsi Jambi pada triwulan I-2014 mencapai Rp9,69 trliun atau lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar Rp1,71 triliun.

Impor jambi didominasi oleh impor antar daerah yang mencapai Rp8,76 triliun (90,38%) sementara impor luar negeri sebesar Rp932,22miliar (9,62%). Perkembangan impor Provinsi Jambi (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan 21,41% (yoy) pada triwulan I-2014.

Peningkatan impor tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya impor luar negeri (310,13% (yoy)) dan impor antar daerah (14,59% (yoy)). Impor non migas provinsi Jambi tercatat sebesar USD 71,74 juta, turun sebesar 37,65% (qtq).

Namun secara tahunan, impor non migas Provinsi Jambi meningkat signifikan sebesar 329,84% (yoy). Berdasarkan pangsanya, impor Jambi didominasi oleh mesin pembangkit tenaga (USD 40,62 juta atau 56,62%).(*/lee)


Tidak ada komentar: