Ratusan Guru Swasta saat unjuk rasa damai di DPRD Kota Jambi Rabu 16 Juli 2014. Foto Edwin Eka Putra/HARIAN JAMBI |
Jambi- Wacana Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) gelombang kedua di sejumlah SMAN di Kota Jambi
mengundang perlawanan dari guru-guru swasta di Kota Jambi. Wacana penerimaan
PPDB gelombang kedua dengan alasan tingginya animo masyarakat sekolah di
negeri, bukan alasan yang tepat.
Kualitas belajar
mengajar juga harus perlu dipertimbangkan. Karena jam belajar adalah sore
hingga malam, sehingga perlu dipikirkan dengan matang. Karena proses belajar
akan berdampak dari kelas satu hingga kelas tiga SMA. Sekolah negeri setidaknya
bukan mengutamakan kuantitas, namun kualitas.
Demikian
pendapat Ketua Dewan Pendidikan Kota Jambi Prof Dr Muktar Latif, Kamis
(17/7) menanggapi wacana shift sore aktivitas belajar mengajar di
sejumlah SMAN di Kota Jambi. Menurutnya, kebijakan shift sore itu bukan solusi dalam menampung siswa baru di sekolah
negeri.
“Animo orang tua
siswa untuk menyekolahkan anaknya di sekolah negeri, hanya pada sekolah negeri
tertentu. Padahal banyak sekolah negeri di Kota Jambi yang siswanya masih
minim. Seharusnya siswa itu diarahkan ke sana, bukan menumpukkan di
sekolah-sekolah tertentu. Wacana PPDB gelombang kedua sebaiknya dipikirkan
lagi,” katanya.
Prof Dr Muktar
Latif juga mempertayakan kualitas belajar mengajar sore di sekolah negeri itu
nantinya. Karena tenaga pengajar juga harus dipertimbangkan secara matang.
“Kualitas yang penting, bukan kuantitas siswa,” katanya.
Menurut Muktar
Latif, sekolah dua shift tidak kondusif di Jambi, karena budaya belajar kita masih
sangat rendah. Kemudian guru-guru memiliki kemampuan yang terbatas, kurang
ratio dengan bidang studi.
“Kota Jambi defisit
biaya pendidikan. Maka akan kesulitan operasional pendidikan. Kota jambi harus siap
menambah biaya untuk guru senilai penghargaan yang diterima guru mengajar pagi hari. Dinas Pendidikan
Kota Jambi tidak akan mampu mengkoordinir sekolah, karena keterbatasan Sumber Daya
Manusia (SDM). Manajemen, biaya, dan sistem pengelolaan yang masih dibawah
standar,” kata Muktar Latif.
Sementara itu,
forum-forum guru swasta menolak kebijakan Pemerintah Kota Jambi menggunakan dua
shift di beberapa sekolah negeri di
Kota Jambi. Setalah melakukan penerimaan siswa baru, banyak sekolah yang masih
bingungung untuk menentukan kelulusan, terutama sekolah-sekolah favorit.
Sekolah-sekolah
tersebut mendapat limpahan siswa baru. Banyak masyarakat yang bersikeras untuk
tetap memasukkan anaknya ke sekolah favorit tersebut.
Ketua Panitia
PPDB Jambi Adi Triono MPd mengatakan, tingginya animo masyarakat untuk
memasukkan anak-anak nya ke sekolah negeri membuat sebagian sekolah telah
memenuhi kuota.
Namun banyak
orang tua siswa yang berada sekitar sekolah memaksa untuk memasukkan anaknya
kesekolah yang diingininya. “Banyaknya pendaftar yang tidak tertampung yang
berada di lingkungan sekolah yang memaksakan untuk masuk kesekolah yang
diinginkan. Sehingga harus ada sistem shift,”
katanya.
Berdasarkan
pertimbangan, maka ada beberapa sekolah yang menampung semua pendaftar yang
masuk ke salah satu sekolah untuk mengadakan sistem shift dalam pembelajaran yaitu masuk pagi dan siang.
“Hal tersebut
dilakukan karena kuota ruangan (lokal, red) yang tidak memadai. Sementara
pendaftar membeludak. Hal itu kita lakukan karena banyaknya pendaftar di
sekolah tertentu sehingga lokal tidak bisa menampung semua siswa yang mendaftar,”
ujarnya.
Tidak semua
sekolah yang akan menerapkan sistem shift
di sekolah. Hanya beberapa sekolah saja yang banyak dimininati oleh masyarakat.
Sekolah sekolah tersebut di antaranya sekolah SMAN 1 Kota Jambi, SMAN 2 Kota Jambi,
SMAN 3 Kota Jambi dan SMAN 5 Kota Jambi.
“Tidak semua
sekolah yang menggunakan sistem shift
hanya beberapa sekolah saja. Dan hal itu memungkinkan untuk menerima semua
dengan menggunakan sistem masuk pagi dan masuk sore,” katanya.
Dengan
diadakannya sistem shift pada
sekolah-sekolah tersebut tidak akan mengurangi pendaftar ke sekolah-sekolah swasta.
Karena tidak semua sekolah menerapkan sistem tersebut.
Adi Triono MPd |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar