JAMBI - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
mencatat pertumbuhan ekonomi Jambi Triwulan I 2014 pada sektor pertanian,
perdagangan, hotel dan restoran mencapai 8,37 persen (yoy). Angka ini meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,93% (yoy),
serta lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,21% (yoy).
R MANIHURUK, Jambi
Namun demikian, secara triwulanan perekonomian Jambi pada
triwulan I-2014 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,94%
(qtq) menjadi 0,46% (qtq). Dari sisi penggunaan, peningkatan perekonomian
Provinsi Jambi utamanya disebabkan oleh meningkatnya ekspor sebesar 18,33%
(qtq) dan konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar 15,05% (qtq), (lihat grafik 1.1.
dan 1.2).
Ihsan W Prabawa |
Demikian dikatakan Kepala Unit Komunikasi dan Koordinasi
Kebijakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Ihsan W Prabawa, dalam
surat elektroniknya yang diterima Harian
Jambi, Selasa (1/7).
Disebutkan, sementara pengeluaran konsumsi pemerintah pada
triwulan laporan menunjukkan adanya perlambatan yang cukup signifikan yaitu
sebesar -19,48% (qtq) sejalan dengan masih banyaknya proyek pemerintah yang
berada dalam tahap pengadaan (belum memasuki tahap pembayaran).
Dari sisi lapangan usaha, masih tingginya pertumbuhan sektor
listrik, air, dan gas, sektor industri pengolahan, serta sektor bangunan
masing-masing sebesar 2,61% (qtq), 2,22% (qtq) dan 2,20% (qtq), menjadi
pendorong pertumbuhan perekonomian Jambi.
Namun demikian, sektor pertambangan dan penggalian yang
tumbuh negatif sebesar -4,69% (qtq) menyebabkan tingkat pertumbuhan Jambi pada
triwulan laporan menjadi relatif terbatas.
Disebutkan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan
menghasilkan output Rp 23,39 triliun
atau 0,96% dari perekonomian Indonesia (Rp 2.401,2 triliun). Struktur
perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 menunjukkan bahwa sektor primer masih
menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 45,20%, diikuti sektor
jasa-jasa (tersier) sebesar 37,38% dan sektor sekunder sebesar 17,42%.
PDRB Sisi
Lapangan Usaha
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi
di triwulan laporan utamanya disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran 13,42% (yoy) dan sektor bangunan 9,90% (yoy).
Tingginya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran
tersebut utamanya terjadi pada sub sektor perdagangan besar dan eceran
(13,96%(yoy)) sejalan dengan momen/masa Pemilu Legislatif.
Sementara itu, pertumbuhan pada sektor bangunan yang cukup
signifikan utamanya disebabkan oleh peningkatan investasi properti, seperti
pengembangan perumahan, pusat bisnis, dan perhotelan oleh perusahaan swasta
berskala nasional/internasional termasuk juga peningkatan kapasitas bandara dan
pembangunan beberapa proyek pemerintah lainnya.
Sektor Pertanian dan Perkebunan
Dikatakan, nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga
berlaku tercatat sebesar Rp 23,39triliun yang secara sektoral masih didominasi
oleh sektor pertanian sebesar 29,55%.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 17,74% serta
sektor pertambangan dan penggalian sebesar 15,65%. Dengan demikian, struktur
ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat grafik 1.3).
Menurut Ihsan W Prabawa, produksi sektor pertanian,
perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan menunjukkan kinerja yang baik
dengan tumbuh 7,15% (yoy) atau 1,49% (qtq), meningkat dibandingkan pertumbuhan
triwulan lalu (6,87% (yoy) atau 0,67% (qtq).
Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian tersebut
disebabkan oleh meningkatnya produksi tanaman bahan makanan serta tanaman
perkebunan. Cuaca yang kondusif selama triwulan laporan menjadi faktor yang
mempengaruhi peningkatan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman bahan
makanan.
Disebutkan, sementara peningkatan produksi tanaman
perkebunan disebabkan oleh meningkatnya produktivitas dan meningkatnya harga
jual komoditas sawit sehingga menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan
produksi.
“Produksi tanaman bahan makanan di triwulan laporan
menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,03% (qtq) atau 9,40% (yoy). Peningkatan
produksi tersebut memberikan insentif positif bagi petani, hal tersebut
tercermin pada peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP),” katanya.
Rata-rata NTP Triwulan I-2014 dibandingkan NTP Triwulan
IV-2013 naik 720 bps dari 90,94 menjadi 98,14. Meningkatnya NTP tersebut
disebabkan mulai membaiknya harga jual terutama pada tanaman perkebunan serta
insentif positif yang diperoleh petani dari terdepresiasinya nilai tukar
rupiah.
Selain faktor tersebut, perubahan tahun dasar dalam
penghitungan NTP per Desember 2013 (menggunakan tahun dasar 2012=100) yang
dilakukan oleh BPS turut memberikan andil dalam peningkatan NTP.
“Meskipun NTP triwulan laporan mengalami peningkatan,
ketergantungan petani hanya pada satu sumber pendapatan saja, menjadi faktor
resiko yang perlu diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan
penurunan tingkat produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan mereka.
Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai
menjalankan program pertanian terpadu,” kata Ihsan W Prabawa.
Ihsan W Prabawa menambahkan, sub sektor perkebunan yang
menyumbangkan output sebesar Rp 3,86 triliun dengan pangsa 16,48% dari total
PDRB Jambi mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,09% (yoy).
Secara triwulanan, pertumbuhan produksi perkebunan tumbuh
relatif lebih tinggi yakni 2,17% (qtq) dibandingkan triwulan lalu (0,12%(qtq)).
Membaiknya harga jual komoditas perkebunan terutama sawit mampu memberikan
kontribusi positif bagi pertumbuhan sektor perkebunan.
Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan terus
mengalami peningkatan yang cukup signifikan sehingga mencapai harga tertinggi
selama 3 (tiga) tahun terakhir. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun Rp 2.005,80/kg,
meningkat 9,83% dari harga triwulan lalu.
Sementara itu harga CPO di Jambi sebesar Rp 8.724,12/kg atau
meningkat 5,61%. Sejalan dengan harga di Jambi, harga rata-rata CPO di tingkat
internasional, juga menunjukkan perbaikan yakni sebesar USD 801,25/metrik ton
atau meningkat 2,43% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, harga TBS Jambi saat
ini meningkat signifikan 49,48%, sejalan dengan harga CPO dunia yang juga
meningkat sebesar 6,07%, (lihat grafik 1.5 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS
10 Tahun di Provinsi Jambi) dan (grafik 1.6 Perkembangan Harga Bokar di
Provinsi Jambi).
Relatif meningkatnya harga kelapa sawit di Jambi disebabkan
oleh beberapa hal: 1.) melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD sehingga
harga di dalam negeri menjadi meningkat, 2.) meningkatnya jumlah pabrik kelapa
sawit (PKS) sehingga terjadi peningkatan permintaan terhadap TBS.
Meskipun harga CPO lokal maupun internasional terus
mengalami peningkatan, kebijakan anti dumping duties biofuel di Uni Eropa perlu
menjadi perhatian karena berpotensi menurunkan ekspor CPO ke negara-negara
anggota Uni Eropa serta berpotensi menurunkan kembali harga CPO
internasional.
Menurut Ihsan W Prabawa, berbanding terbalik dengan harga
kelapa sawit, harga bokar di Jambi justru mengalami penurunan dari rata-rata Rp
23.205/kg menjadi Rp 21.176/kg (turun8,74%(qtq)).
Hal ini sejalan dengan penurunan harga karet di tingkat
internasional sebesar 16,28% menjadi USD 216,17/cent. Apabila dibandingkan
dengan harga tahun 2013, harga bokar di Jambi turun lebih dalam dan mencapai
16,44% (yoy). Tren menurunnya harga karet internasional serta melimpahnya stok
karet di pasar global menjadi salah satu faktor penyebab turunnya harga bokar
tersebut.
Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh 4,85% (yoy),
turun dibandingkan triwulan lalu (5,58% (yoy)). Sejalan dengan itu, sub sektor
kehutanan menunjukkan pertumbuhan yang melambat dibanding triwulan lalu yaitu
dari sebesar 4,65% (yoy) menjadi 4,46% (yoy). Sementara sub sektor perikanan
tumbuh 7,42% (yoy), lebih tinggi dari triwulan lalu (7,34%yoy).
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp 4,15
triliun (pangsa 17,74%) yang terdiri atas tiga sub yaitu perdagangan besar dan
eceran (93,26%), hotel (1,20%) dan restoran (5,53%).
Menurut Ihsan W Prabawa, pertumbuhan sektor ini mencapai
13,42% (yoy), dengan andil pertumbuhan 2,49% yang utamanya didukung oleh
tingginya perkembangan perdagangan besar dan eceran di Jambi (13,96% (yoy) atau
1,24% (qtq)). Maraknya kampanye menjelang Pemilu Legislatif mendorong tumbuhnya
sub sektor perdagangan tersebut. (baca Grafik 1.7. Tingkat Hunian Hotel).
Sementara itu, sub sektor hotel menunjukkan peningkatan
sebesar 1,26% (qtq) atau 10,70% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan sub sektor
perdagangan, maraknya kegiatan kampanye menjelang Pemilu Legislatifdi Provinsi
Jambi berdampak pada tingginya tingkat hunian hotel.
Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar
44,87%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu
(42,56%). Jumlah tamu menginap pada triwulan laporan juga meningkat signifikan
sebesar 18,80% (yoy) menjadi 65.742 orang.
Peningkatan jumlah tamu menginap terbesar terjadi pada bulan
Maret bersamaan dengan masa kampanye yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Republik Indonesia.(*/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar