Kamis, 05 Juli 2012

Tingkat Inflasi Jambi Jelang Puasa Naik 1,85 Persen

Sekda Pemkot Jambi Daru Pratomo bersama Kadis Pertanian Kota Jambi Harlik saat panen cabei di kebun cabei petani baru-baru ini. Foto Rosenman Manihuruk.


Jambi, BATAKPOS


Ditempatkannya Kota Jambi pada posisi ke tiga tingkat inflasi tertinggi di Sumatera, membawa kehawatiran bagi sejumlah pihak. Apalagi, saat ini mendekati puasa dan lebaran. Tingginya angka inflasi itu dipicu semua kelompok barang dan jasa, utamanya karena adanya kenaikan cukup tajam pada harga cabai merah.

Dua bulan terakhir harga cabe merah melonjak drastis hingga Rp 27 Ribu per kilo gram atau meningkat 65 persen. Sebelumnya, Kota Jambi kembali menoreh predikat buruk. Dari 16 Kota besar di Sumatera, Kota Jambi mendapatkan peringkat ke-tiga tingkat inflasi tertinggi.

Kepala BPS Provinsi Jambi Ahmad Jaelani, Selasa (3/7) mengatakan, tingkat inflasi di Kota Jambi mencapai angka 1,85 persen.  Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya 0,70 persen.
Sedangkan peringkat pertama dan kedua inflasi tertinggi adalah Kota Sibolga sebesar 2,02 persen dan Lhokseumawe sebesar 1,93 persen. Dan inflasi terendah terdapat pada Kota Pangkal Pinang sebesar 0,17 persen.

Disebutkan, tingginya inflasi di Jambi terjadi pada semua kelompok barang dan jasa, utamanya karena adanya kenaikan cukup tajam pada harga cabai merah. Dalam dua bulan terakhir, harga cabai melonjak drastis hingga Rp 27 Ribu per kilo gram atau meningkat 65 persen.

“Padahal, cabai diperoleh dari membeli. Kita tak punya stok sendiri di Jambi. Inilah yang membuat terjadinya lonjakan harga dan berpengaruh terhadap inflasi. Selain cabai merah, beberapa komiditi utama penyebab terjadinya inflasi adalah  daging ayam ras, beras, bawang putih, tomat sayur, bawang merah, cabe hijau, telur, ayam ras, mie kering instan dan ikan lambak,”katanya.

Menurut Ahmad Jaelani, dari kontribusi masing-masing kelompok barang dan  jasa, 1,85 persen diantaranya disumbang dari bahan makanan, lalu 1,4199 dari makanan jadi, minuman,rokok.

Kemudian tembakau 0,1473, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,2121, sandang 0,0264, kesehatan 0,0009,  pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,0435. Sementara transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,0028.

Dilihat dari sebelas subkelompok bahan makanan, sembilan mengalami inflasi. Adapun komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok ini antara lain cabe merah, daging ayam ras, beras, bawang putih, tomat sayur, bawang merah dan cabe hijau.

Menurut Jaelani, beberapa faktor inflasi tinggi penyebabnya antara lain karena komoditi itu kebanyakan bukan produk lokal. “Kedepan Pemda bisa membuat kebijakan untuk pengembangan seperti menambah produksi cabai, bawang dan lain-lain,”katanya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jambi, Ir Syahrasaddin belum berani berkomentar terkait hal ini. Apalagi, ditanya mengenai antisipasi inflasi jelang puasa dan lebaran ini. “Wah kita rapat dulu, nanti saya salah ngomong. Sekarang kita belum rapat mengenai antisipasi kebutuhan barang jelang puasa dan lebaran, RUK

Tidak ada komentar: