KEHORMATAN : Ephorus GKPS Pdt Jaharianson Saragih usai mendapat pengalungan bunga serta Ketua Umum Panitia St RK Purba Pakpak saat disematkan bunga oleh panitia pada prosesi kebaktian Persmian GKPS Resort Muarabungo di GOR Serunai Muarabungo, Minggu (20/11). Foto batakpos/rosenman manihuruk.
Pdt Jaharianson Saragih saat kotbah.
Okultisme Masih Merajalela
Jambi, Batak Pos
Pendekatan budaya dan sosial serta berdoa merupakan solusi atau langkah awal untuk mengatasi sulitnya pembangunan rumah ibadah (gereja) serta ijin beribadah khususnya di luar Sumatera Utara. Selama ini umat Kristen masih minim dalam pendekatan budaya dan sosial terhadap lingkungannya, khususnya di perantauan.
Hal ini juga yang terjadi di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) di Provinsi Jambi yang hingga kini masih kesulitan dalam memperoleh ijin beribadah dan pembangunan gereja. GKPS di Provinsi Jambi yang masih kesulitan dalam pengurusan ijin beribadah dan pembangunan gereja terjadi di Simpang TKA KM 44 Muarabungo, GKPS Sukamakmur Kabupaten Tebo, dan GKPS Persiapan Aurduri Muarojambi.
Ephorus (Pimpinan Pusat) GKPS, Pdt Jaharianson STh Msc Phd didampingi Ketua Umum Panitia, St RK Purba Pakpak kepada BATAKPOS disela-sela peresmian GKPS Resort Muarobungo di GOR Serunai Muarabungo, Minggu (20/11) mengatakan, pendekatan budaya dan sosial oleh umat Kristen khususnya GKPS harus dilakukan guna mendapat dukungan dari warga sekitar gereja.
“Inilah yang menjadi tantangan pengurus resort, pendekatan budaya dan social harus dilakukan kepada masyarakat. Pendekatan yang baik serta ikut membaur dengan masyarakat sekitar adalah strategi bagi umat Kristen dalam melakukan langkah kemudahan pembangunan gereja dan ijin beribadah. Kalau pendekatan budaya dan social ini sudah ada pasti hal itu akan terwujud. Tidak lupa berdoa adalah kunci dalam segala hal untuk mewujudkannya,”katanya.
Menurut Ephorus GKPS, selama ini berdoa dan pendekatan budaya masih kurang dilakukan oleh warga GKPS di Indonesia khususnya di luar Sumatera Utara dalam hal memperoleh kemudahan ijin beribadah dan membangun gereja.
“Selama juga ada yang berdoa, namun tidak ada pendekatan budaya dan social. Kalau keduanya berjalan seiring, pasti akan ada kemudahan. Saya kiri ini yang harus diperhatikan Jemaat GKPS dimanapun berada,”katanya.
“Pimpinan GKPS juga tetap konsisten menjalin kerjasama dengan lembaga agama lain, khususnya dengan pendekatan social. Warga jemaat GKPS dimana pun bereda harus tetap mendoakan kendala tersebut, karena Doa merupakan upaya serta pendekatan lingkungan kepada masyarakat sekitar gereja. Pendekatan emosional dan social harus juga dilakukan warga GKPS terhadap lingkungannya, khudsusnya di luar Sumatera Utara,”katanya.
Aliran Okultisme Masih Tinggi
Disisi lain Pdt Jaharianson mengatakan, masyarakat etnis Batak Nasrani hingga kini masih banyak yang mempercayai Okultisme (ilmu perdukunan) dalam kehidupannya. Dari kesaksian Ephorus GKPS, dari 100 orang yang meminta pertolongan doa darinya, hamper 90 orang mereka telah melakukan Okultisme.
Menurut Pdt Jaharianson, hal itu terjadi akibat tidak adanya kemurnian iman umat Nasrani itu sendiri. Mereka masih memegang ilmu “pardatuaon” dalam kehidupannya. Kemurnian iman umat Nasrani saat ini hanya sebagai iman warisan, bukan iman Kristen yang murni hanya mengandalkan Tuhan Yesus Kristus sebagai penolong dan pelindung dalam kehidupannya.
Salah satu contoh yang diberikan Ephorus GKPS, saat pelaksanaan Pesta Rondang Bintang Simalungun di Pematang Raya belum lama ini. Saat itu pada pelaksanaan dating hujan disertai angin puting beliung yang merusak arena acara dan sejumlah bangunan gedung perkantoran di Pemkab Simalungun.
“Saat itu saya berada di Jerman dan mendapat kabar akan hal itu dari salah seorang warga Simalungun. Ternyata dalam kepanitiaan ada panitia khusus yakni seksi Langit (Dukun Hujan). Tujuh dukun melakukan ritual sebelum acara Pesta Rondang Bintang berlangsung. Bahkan ada “datu” dari Tanah Karo. Padahal ribuan masyarakat yang hadir pada kegiatan itu adalah warga GKPS,”katanya.
Menurut Pdt Jaharianson, dalam hal itu GKPS telah gagal memurnikan Iman jemaatnya sehingga masih mengandalkan kekuatan duniawi (gaib) dalam suatu acara. Tuhan Yesus Kristus telah dinomor duakan. Bahkan sudah 108 tahun Injil di Tanah Simalungun, hingga kini masih banyak warga GKPS yang memegang Okultisme tersebut.
“Bahkan yang lebih miris lagi, pengusaha sukses yang juga warga GKPS ada juga yang melakukan ritual penyembahan dengan jeruk purut dengan darah ayak segar sebagai sesajen. Ritual ini dilakukan pengusaha sukses ini setiap bulan, namun akhirnya keluarga berantakan. Dan pada akhirnya dating meminta bantuan Doa kepada saya,”kata Pdt Jaharianson.
Disebutkan, jika menjadi umat Kristen yang sukses tujuh keturunan, harus melaukan kemurnian Iman dalam kehidupannya. Saat ini orang Batak, termasuk Simalungun masih banyak yang memegang Okultisme dalam kehidupannya.
Ephorus GKPS juga mengatakan agar jemaat GKPS sukses dengan tujuh keturunan yang mewujudkan kemurnian iman tanpa adanya pegangan kenyakinan duniawi (dukun-datu). Jika kemurnian Iman itu sudah ada, mujizad akan terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar