Kamis, 22 September 2011

Mahasiswa, Petani dan Mahasiswa Jambi Tolak Gelar Adat SBY

Sambut : Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus (kanan) beserta istri saat menyambut kedatangan Presiden SBY didampingi Ani Yudhoyono di Bandara Sultan Thaha Saifuddin (STS) Jambi usai turun dari pesawat Garuda Indonesia, Rabu (21/9) sekitar pukul 11.30 WIB. Foto batakpos/rosenman manihuruk

Jambi, BATAKPOS

Sekitar 600 orang pengunjukrasa dari delapan kelompok elemen mamahasiswa, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan petani Jambi rame-rame menolak gelar adat Melayu yang akan diberikan kepada Presiden SBY. Penolakan tersebut disuarakan saat melakukan unjukrasa di Simpang BI Telanaipuara, Kota Jambi, Rabu (21/9).

Aksi unjukrasa penolakan gelar adat untuk SBY disuarakan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), PMKRI, Aliansi Nasional Anti Asing dan Anti SBY (ANAAS), Koalisi Rakyat Jambi, Yayasan CAPPA, Yayasan SETARA, Perkumpulan Hijau, PPJ, Forum Transparansi Penyelenggaan Anggaran Negara.

Menurut Koordinator Lapangan (Korlap) GMKI, Julainto Simanjuntak mengatakan, pemberian gelar adat kepada SBY harus ada transparansi criteria/alas an dari Lembaba Adat Melayu (LAM).

Menurut pengunjukrasa, pemberian gelar adapt kepada SBY sangat tidak wajar mengingat carut marut perekonomian serta maraknya praktek korupsi di Indonesia. Pemberian gelar adat Melayu Jambi tersebut telah menghianati masyarakat Jambi.

“Sekarang rakyat Jambi banyak merasakan ketidak adilan, penindasan hak rakyat, pemerkosaan sumber daya alam Jambi, infrastruktur dan sarana masyarakat yang kurang terakomudir dengan baik. Korupsi merajalela, pengangguran banyak, kemiskinan masih meraja. Seharusnya hal itu lebih penting dari pada pemberian gelar adapt kepada SBY,”ujar Korlap Koalisi Rakyat Jambi, M Danieal.

Usai melakukan aksi di simpang lampu merah, para pengunjukrasa melanjutkan orasinya ke Gedung DPRD Provinsi Jambi. Namun gedung dewan tersebut kosong. Aksi unjukrasa berbagai elemen masyarakat itu dikawal ketat aparat keamanan.

Bahkan crew Metro TV melakukan liputan langsung terhadap aksi penolakan SBY di Jambi tersebut. Sementara itu media lokal Jambi tidak diakui pengunjukrasa bisa memuat aksi tersebut karena diduga telah dikondisikan. Hal itu tampak dari aksi unjukrasa yang dilakukan sehari sebelumnya.

Sementara itu Presiden SBY dan Ibu Yudhoyono beserta 9 menteri tiba di Bandara Sultan Thaha Saifuddin (STS) Jambi dengan pesawat Garuda Indonesia, Rabu (21/9) sekitar pukul 11.30 WIB.

Presiden SBY disambut Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus beserta istri beserta sambutan tarian Sekapur Sirih Jambi. Kemudian Presiden langsung menuju rumah dinas Gubernur Jambi.

Sementara aparat gabungan memperketat sejumlah titik dan kegiatan yang disinggahi presiden SBY. Rabu (21/9) malam SBY akan dianugerahi Adat Melayu oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) di Gedung Balairung Adat Provinsi Jambi.

Kamis (22/9) presiden SBY akan melakukan kunjungan ke Candi Muarojambi dan penyadapan karet di Desa Niaso, Muarojambi. Kemudian pada malam harinya membuka Musyawarah Nasional Tarbiah di Gedung Abadi Convention Centre (ACC) Jambi. ruk

Kaum Tani : GMKI dan Pengunjukrasa dari kaum tani Jambi melakukan aksi duduk di jalan sebagai tanda protes kedatangan SBY ke Jambi hanya untuk diberi gelar adat. Aksi duduk di jalan di Simpang BI Telanaipura, Kota Jambi, Rabu (21/9) berlangsung hingga pukul 16.00 wib. Foto batakpos/rosenman manihuruk

Sandra Truk BBM : Pengunjuk rasa penolakan SBY di Jambi menyandra sebuah mobil tangki BBM saat melintas di lokasi demo di Simpang BI Telanaipura, Kota Jambi, Rabu (21/9). Foto batakpos/rosenman manihuruk

Slogan : Sebuah slogan yang bertuliskan “Adat Jambi Bukan Untuk Cuci Nama” terpasang di sebuah mobil pengunjukrasa di di Simpang BI Telanaipura, Kota Jambi, Rabu (21/9). Foto batakpos/rosenman manihuruk

Tidak ada komentar: