Muarojambi, Batak Pos
Dua orang tukang jamu gendong dan seorang tukang rujak warga Desa Sengeti, Kabupaten Muarojambi mendapat kesempatan menjamu para tamu undangan pada HUT Kabupaten Muarojambi di DPRD Muarojambi, Rabu (19/11). Kedua tukang jamu dan tukang rujak itu dengan penuh keramahan tamahan menyediakan jamu dan rujak untuk para undangan.
Jamu Gendong : Satiem dan Tuti, dua orang tukang jamu gendong tengah melayani tamu dengan minum jamu buatan mereka di pintu masuk gedung DPRD Muarojambi, Rabu (19/11). Mereka mendapat kesempatan bisa melayani tamu-tamu HUT Muarojambi ke 9 dengan ramuan jamu segar. Foto batak pos/rosenman manihuruk.
Dua orang tukang jamu gendong itu adalah Satiem (30) dan Tuti (30) warga Desa Sengeti Muarojambi dan tukang rujak itu yakni Alisam alias Pak De Rujak. Ketiga warga Desa Sengeti ini sengaja dipanggil oleh seorang pegawai Dinas Koperasi Muarojambi Iyah untuk menjamu para tamu dengan karya mereka masing-masing.
“Kami merupakan binaan koperasi di Muarojambi. Kami kesini disuruh dengan kontrak Rp 300 ribu untuk dua orang tukang jamu gendong. Ini merupakan pengalaman berharga pada HUT Muarojambi ini. Kami baru inilah bisa masuk di DPRD Muarojambi ini. Jamu kami juga diminum para anggota dewan serta tamu-tamu terhormat,”kata Satiem kepada Batak Pos saat sibuk melayani tamu dengan jamu gendongnya di DPRD Muarojambi, Rabu 19/11).
Menurutnya, dirinya sudah 10 tahun berprofesi sebagai penjual jamu gendong. Dengan modal Rp 90 ribu setiap hari, bisa memperoleh untung minimal Rp 100 ribu per hari. Sasaran konsumennya adalah warga pelosok desa. Seperti di Dusun Sekernan, Dusun Sengeti dan Dusun Setiris.
Disebutkan, menjual jamu di dusun-dusun peluangnya cukup besar. “Kalau kita jualan di kota saingan sudah banyak. Serta tidak bisa dapat untung seratus ribu. Suami saya Sukiman juga berprofesi sebagai tukang jamu dengan motor. Ini sudah kami lakukan selama puluhan tahun,”kata Satiem.
Sementara itu, Ali Sam mengatakan, hadir dan bisa melayani di HUT Muarojambi merupakan hal yang tak terbayangkannya sebelumnya. Awalnya dirinya hanya menjual rujak keliling dari kantor-ke kantor di Muarojambi.
Menurut warga Sengeti ini, selama enam tahun dirinya sudah menjual rujak. Dirinya bersama istrinya yang berprofesi buka salon sederhana mampu menyekolahkan dua anaknya hingga SLTA dari berjualan rujak.
“Saya sudah enam tahun di Sengeti Muarojambi. Tampak perkembangan sudah ada. Seperti sarana jalan hingga ke desa-desa serta pembangunan pasar tradisional. Usia Muarojambi yang masuk sembilan tahun masih banyak yang perlu dibenahi, terlebih sarana pelayanan umum dan pendidikan,”katanya. ruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar