Kamis, 28 Agustus 2008

Petani Sayur yang Diseruduk Sriwijaya Air Masih Kritis

Jambi, Batak Pos
Seno (50) petani sayuran di ujung landasan Bandara Sulthan Taha Syaifuddin (STS) Jambi yang menjadi korban “diseruduk” pesawat Sriwijaya Air jenis Boing 737 seri 200 062 PK CJG, yang terperosok di ujung landasan, Rabu (28/8) pukul 16.25, hingga Kamis (28/8) sore masih kritis di Rumah Sakit Asia Medika Jambi. Sementara istrinya Pasri (41) berangsur pulih. Namun naknya Rahmat Sadikin (4) kini masih kritis.

Pasri, saat ditemui Batak Pos di RS Asia Medika Jambi, Kamis (28/8) mengatakan, kesehatannya beserta anaknya sudah mulai pulih. Namun mereka masih menjalni rawat inap di rumah sakit tersebut.

Terperosok : Pesawat Sriwisaya Air jenis Boing 737 seri 200 penerbangan SJ 062 PK CJG, yang terperosok di ujung landasan Bandara Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi, Rabu (28/8) pukul 16.25, hingga Kamis (28/8) masih terenggok di lokasi kejadian. Minyak pesawat terus bocor sehingga menyebabkan air disekitar ladang bercampur minyak dan bau menyengat hingga radius 50 meter.

Menurut Pasri, suaminya mengalami patah leher dan kaki. Sementara 17 penumpang Sriwijaya Air yang luka ringan, termasuk lima awak pesawat, Rabu (28/8) malam sudah bisa pulang. Pihak rumah sakit belum memberikan keterangan terkait dengan kondisi korban pesawat Sriwijaya tujuan Jakarta ke Jambi.

Menurut penuturan Pasri, mereka petani penggarap ladang di pinggir Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi. Saat kejadian, Seno lagi mencuci piring di sumur, anaknya Rahmat bermain dihalaman sedangkan isterinya Sri membersihkan tanaman sayurannya yang baru dipanen.


Data Kronologis yang ditulis pihak kepolisian.

“Tiba-tiba anak saya berteraiak, ada pesawat sangat rendah sekali. Hanya dalam waktu sekejap sayap pesawat menghantam kami. Saya mendengar teriakan Rahmat, tapi suami saya tidak menggubrisnya. Karena tiap hari melihat pesawat yang akan mendarat,” Pasri.


Kata Pasri, pihaknya sudah menggeluti pertanian sayuran di ujung landasan itu sejak lima tahun lalu. Dia juga mengaku kalau mereka sudah berulangkali dilarang oleh pihak bandara. Namun karena tidak ada lahan lain, mereka memberanikan diri menggarapnya.


“Mata pencaharian kami hanyalah dari bertanam sayuran. Profesi lain tidak ada. Kalau boleh pemerintah daerah Kota Jambi dapat memberi lahan untuk kami garap. Kami pasrah atas kejadian ini, mudah-mudahan dengan kejadian ini seluruh petani yang menggarap lahan bandara mengambil sikap mundur. Janganlah sampai ada korban lagi,”katanya.


Pasri juga berharap biaya perobatan keluarganya di rumah sakit dapat ditanggulangi oleh Sriwijaya Air atau pihak bandara. “Terus terang kami tidak punya biaya untuk berobat ini. Kami mohon bantuan dermawan,”katanya.


Sementara itu, Kepala Bandara Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi, Basuki Mardianto SE MM kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (28/8) mengatakan, pada tanggal 26 Agustus 2008 lalu, pihaknya telah memanggil sekitar 125 petani yang bercocok tanam di sekitar bandara.


“Kita sudah tegaskan tidak boleh mengelola lahan disekitar bandara. Kita sudah ingatkan betul itu. Kita sudah berikan penjelasan kepada mereka. Sebagian petani sudah ada yang mengerti. Namun sekitar 125 petani masih membandel. Kita juga sudah minta Pemerintah Kota Jambi untuk menertibkan warga yang bertani di sekitar landasan,”katanya.


Basuki saat kejadian mengaku berada di Bandung dalam acara Pendidikan Penanganan Gawat Darurat. “Saya dengar kabar itu, saya langsung menuju bandara Sukarno Hatta, dan tiba di Jambi naik pesawat Batavia Air pukul 20.00 wib Rabu (28/8),”katanya.


Cuaca Baik


Menurut Basuki, kondisi cuaca di sekitar bandara saat pesawat mendarat, jarak pandang delapan kilo meter, tekanan angin 4 knot atau kondisi calm (bersahabat). Namun Basuki tidak mau mengatakan penyebab terperosoknya pesawat Sriwijaya Air tersebut.


“Saya tidak berwewenang memberikan keterangan tentang penyebab terperosoknya pesawat tersebut. Penyidikan penyebab kejadian itu sudah turun dua petugas Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dari Jakarta. Namun kita belum mendapatkan informasi dari KNKT tentang penyebab kecelakaan itu. Pihak KNKT masih melakukan penyelidikan,”katanya.


Normal


Sementara itu Bandara Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi sudah normal sejak Rabu (28/8) pukul 20.00 wib. Menurutnya sudah ada enam penerbangan dari dan ke Jambi, Rabu dan Kamis (29/8).


“Bandara sudah normal dan penerbangan berjalan seperti biasa. Sementara pesawat Sriwijaya Air yang terperosok itu belum dievakuasi dari lokasi kejadian. Polisi dan TNI disiagakan di sekitar pesawat untuk menjaga hal-hal yang dapat merugikan,”katanya.


Minyak Pesawat


Berdasarkan pengamatan Batak Pos disekitar terperosoknya pesawat, bau bahan bakar pesawat menyengat hingga radius 50 meter. Bahkan air disekitar ladang sayuran tersebut, sudah berlumuran dengan minyak pesawat.


Warga masyarakat yang hendak melihat pesawat, banyak di sekitar ladang lokasi pesawat terperosok. Areal ladang sayur tersebut sudah dipasang garis polisi. Sejumlah personil polisi disiagakan disekitar ladang sayur tersebut. ruk

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Blognya Menarik. akan saya tunggu updates berikutnya.
Salam kenal.

GBU