Halaman

Jumat, 11 Januari 2013

Monang Saragih SH, Pejuang Penegakan Hukum Bagi Kaum Lemah

Lelah Membawa Mobil dari Bandung-Siantar 2011 Lalu.
Monang Saragih, adalah orangnya sederhana dan mudah bergaul dengan siapa saja. Bicara soal hukum, sudah menjadi kesehariannya. Mencerahkan penegakan hukum kepada warga biasa, khususnya pendegar Radio Mora Jabar Bandung dan Radio Mora Sumut Siantar kerap dilakukannya. Tidak jarang kalau banyak warga mengadu kepadanya khususnya yang teraniaya dengan ketidak adilan hukum di Negeri ini.

Sikapnya yang tegas dan tanpa kompromi, juga dibuktikannya kepada oknum-oknum pejabat publik yang terjerat kasus-kasus korupsi. Dirinya tak segan-segan untuk berkoar-koar soal pemberantasan korupsi hingga membuat oknum itu masuk penjara. Lewat siaran Radio Mora, dirinya lebih leluasa menyuarakan aspirasi masyarakat soal penegakan hukum di negeri ini, terlebih oknum aparat hukum yang mempermainkan hukum kepada orang lemah.

Sebagai Pengacara Senio di Jawa Barat, Monang Saragih SH juga kerap dibutuhkan jasanya untuk menangani kasus-kasus lain di Sumatera. Dirinya rela tak dibayar untuk membela orang lemah yang dipermainkan oleh ketidak adilan hukum. 

Demikian sekelumit tentang Monang Saragih SH soal profesi pengacara serta Penyiar Senior di Radio Mora Jabar dan Radio Mora Sumut. Berikut ini tulisan yang pernah dimuat di website.indosiar.com tahun 2005 lalu saat berderma kepada warga kampung halamannya yang terbelit kesulitan ekonomi.

Para perantau dari desa-desa pesisir Danau Toba, Kabupaten Simalungun, hingga kini masih jarang yang peduli terhadap kesulitan ekonomi masyarakat di kampung halaman mereka. Perantau desa-desa pesisir Danau Toba tampaknya tidak miris melihat kesengsaraan petani di kampung mereka, yang saat ini nyaris tidak memiliki mata pencaharian, akibat punahnya bawang merah dan bawang putih sejak tahun 2001.

Namun bagi Hamonangan Saragih SH, perantau asal Desa Hutaimbaru, Kecamatan Silimakuta, Simalungun, yang sekarang tinggal di Kota Kembang Bandung, kesulitan ekonomi petani di kampung halamannya itu membuatnya sedih dan terbeban.

Betapa tidak sedih. Di tengah kesulitan ekonomi warga desa, ternyata ada oknum-oknum yang memanfaatkan mereka melakukan tindakan kriminal. Sejak tahun 2003 lalu misalnya, beberapa penduduk desa pesisir Danau Toba di Simalungun, termasuk desanya sendiri, Hutaimbaru dan Nagori Purba terlibat penanaman ganja. Bahkan, beberapa warga desa sempat diproses hingga ke pengadilan akibat tindakan kriminal itu.

Hamonangan yang akrab dipanggil Monang Saragih kepada Penulis di Desa Hutaimbaru baru-baru ini mengungkapkan, akibat kesulitan ekonomi, para petani di desa-desa pesisir Danau Toba banyak yang terjerumus menjadi petani ganja.

Para petani terjebak cengkeraman mafia ganja karena tanaman bawang tidak tumbuh lagi di daerah itu. Kemudian, para petani menanam tomat dengan biaya mahal. Tetapi, harganya sering anjlok. Sedangkan hasil tangkapan ikan di Danau Toba tidak ada.

Akhirnya petani menanam ganja. Selain itu, warga desa yang mau beribadah ke gereja juga semakin sedikit. Sedangkan sekolah di daerah itu sudah tutup karena guru tidak betah tinggal di desa terpencil ini, ujarnya.

Melihat keputusasaan para petani itu, Monang Saragih yang memiliki usaha radio pemancar Mora FM Bandung dan Radio Mora Sumut FM (Siantar) pun merasa prihatin. Ketika dia kembali ke kampung halaman, Maret 2004 lalu, dia memberikan bantuan sekitar Rp 70 juta kepada warga Desa Hutaimbaru. Setiap keluarga miskin di kampung itu mendapat bantuan modal Rp 1 juta. Modal tersebut dimaksudkan untuk menanam kopi sigarar utang (pembayar hutang) yang bisa panen setahun.

Bantuan yang saya berikan itu sebenarnya hanya sekadar membangkitkan semangat petani agar kembali bergairah bertani. Bantuan tersebut dulu saya harapkan mendapat tambahan dari pemerintah setempat atau
perantau. Tetapi ternyata tidak, katanya.

Monang Saragih yang kini juga termasuk pengacara terkenal di Bandung mengatakan, kurangnya dukungan perantau dan pemerintah terhadap pemberdayaan ekonomi desa pesisir Danau Toba tersebut, membuat bantuannya itu tidak berhasil.

Pada saat pulang kampung ketika ibu saya meninggal Minggu (06/02/2005), ternyata bantuan yang saya berikan tidak berhasil. Bantuan tidak dibuat untuk modal, tetapi dijadikan biaya rumah tangga. Ini karena kurangnya pendampingan pemerintah desa terhadap warga desa dalam pemanfaatan modal usaha dan penyuluhan pertanian, ujarnya.

Kendati bantuannya yang diberikan kepada warga kampung halaman tidak berhasil, ternyata Monang Saragih yang lahir di Desa Haranggaol, 26 Juni 1957 ini tidak berhenti mengulurkan tangan membantu petani di desanya. Monang Saragih masih berencana membantu petani di desanya bibit babi. Setiap keluarga rencananya diberikan sepasang bibit babi untuk dikembangkan.

Kita harapkan bibit babi itu nanti akan dapat dikembangkan warga desa untuk membangkitkan kembali usaha tani mereka. Dalam setahun, babi yang mereka pelihara nanti sudah bisa dijual. Harga daging babi di
daerah ini sekarang cukup mahal, mencapai Rp 23.000/Kg, ujarnya.

Menghibur

Ternyata Monang Saragih tidak hanya memberikan bantuan materi bagi orang kampungnya. Dia juga mau bersusah payah menghibur warga desanya. Ketika dia pulang kampung ke Desa Hutaimbaru karena ibunya
meninggal, dia sengaja menghadirkan artis ibukota Trio Ambisi ke desa terpencil itu untuk menghibur warga desa.

Selain itu, artis Bandung pun turut serta dibawa seperti Parna Trio dan Wildan Nasution, si pencipta lagu dangdut Hujan di Malam Minggu. Kehadiran artis nasional dan Kota Kembang Bandung tidak diduga warga desa tersebut. Karena itu, mereka terperangah melihat artis datang ke kampung mereka yang terpencil.

Para artis tersebut yang manggung hingga subuh pun benar-benar mampu menghibur warga desa yang sedang berduka akibat meninggalnya seorang tokoh masyarakat desa itu yang juga ibunda Monang Saragih.

Menyaksikan penampilan Trio Ambisi, Parna Trio dan Wildan Nasution yang cukup memikat dan mampu mengobati duka orang kampung, membuat ratusan warga desa langsung mengelu-elukan Monang Saragih yang mereka nilai sangat peduli terhadap penderitaan warga miskin di kampung halamannya.

Menurut Monang Saragih, dia bersusah payah mendatangkan Trio Ambisi, Parna Trio dan Wilda Nasution ke kampung halamannya atas permintaan almarhum ibunya semasa hidup. Permintaan itu tercetus dari ibunda Monang Saragih karena melihat kedekatan Monang Saragih dengan Trio Ambisi dan Parna Trio selama ini. Hal itu sudah pernah disampaikan Monang kepada Trio Ambisi.

Karena itu ketika Monang memberitahukan ibunya meninggal kepada Trio Ambisi di Jakarta, mereka langsung siap berangkat ke Desa Hutaimbaru tanpa minta bayaran. Ketika itu, Trio Ambisi sedang rekaman untuk album terbaru mereka. Hal yang sama juga dilakukan Parna Trio dan Wildan Nasution di Bandung.

Ya, upaya kita mendatangkan kawan-kawan artis Ibukota ke desa ini hanya untuk menghibur orang kampung. Hal itu saya lakukan sebagai ucapan terima kasih saya kepada warga kampung. Merekalah yang selama ini mendampingi ibunda saya yang sudah menjanda sejak tahun 1975. Kami anak-anaknya sebagian besar merantau. Hanya seorang yang tinggal di kampung ini, katanya.Rosenman Saragih  Manihuruk
 
RIWAYAT HIDUP SINGKAT

Nama      : Monang Saragih.S.H.

Acara  Radio Mora    : Saksi,Maragam-ragam,kasasi.

Position   : Direktur

email       : monangsaragih@radiomora.com

facebook : monang saragih



Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap:: Hamonangan Saragih Manihuruk,SH
Nama Kecil: Monang Saragih,SH.
Umur : 51 Tahun
Tempat Lahir : Haranggaol, 26 Juni 1957
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat Rumah: JI. PDAM No. 17, Sukamulya Bandung


PENDIDIKAN

Tamatan SD Negeri Hutaimbaru, tahun 1996            
Berijazah
Tamatan SMP Negeri IV P. Siantar, tahun 1972          
Berijazah  
Tamatan SMA Kristen LPSK Bandung, Tahun 1975          
Berijazah
Tamatan Universitas Padjajaran Bandung, tahun 1987
sampai tingkat Sarjana)


PENGALAMAN BEKERJA


1.    Tahun 1970-1974, sebagai Tukang Keranjang Rotan
Industri Rumah di P. Siantar,
2.    Tahun 1974-1976, sebagai Tukang Foto keliling di
Bandung,
3.    Tahun 1976-1978, sebagai Penarik Beca, Penjual Susu
Mumi BMC, Knek Angkot, Supir Angkot di Bandung,
4.    Tahun 1978-1979 di PT. Asuransi Jiwa Pura Nusantara
Cabang Bandung, sebagai karyawan Penagih Premi,
5.    Tahun 1979-1981 di PT. Radio Famor sebagai Pesuruh
& Operator, tahun 198 1-1983 di PT. Radio Columbia,
sebagai Penyiar dan Bagian Umum, tahun 1983-1985 di
PT. Radio Adhika Swara, sebagai Penyiar & Kepala
Studio, 1985 di PT. Radio Continental, sebagai Bagian
Ikian, tahun 1985-1987 di PT. Radio Estrelita sebagai
Direktur,
6.    Dan tahun 1987-1988 di Bilfinger J.O. Toll Highway
Padaleunyi, sebagai Pengemudi,
7.    Dan tahun 1988-1990 di STHB, sebagai Tenaga
EdukatifTetap,
8.    Dan tahun 1990-1993 di Radio Suara Balenda, Radio
Pemda Kab. Bandung, sebagai Direktur, Tahun 1993 di
PT. Radio Dwi Karya sebagai Direktur,
9.    Dan tahun 1993-1995 di Monang Saragih, S.H. &
Partners Jakarta, sebagai Konsultan Hukum,
10.    Dari tahun 1995-1997 di GM Associates Legal
Consultant sebagai Direktur, dan di Koperasi Jasa
Hukum Bandung ( KOPJASKUM Bandung), sebagai Pendiri
dan Ketua,
11.    Dan Tahun 1997-sekarang di kantor Pengacara Monang
Saragih,S.H. & Rekan sebagai Pimpinan, dan di Koperasi
Jasa Hukum Jawa Barat ( KOPJASKUM Jabar), sebagai
Ketua,
12.    Dan Desember 1999-sekarang di Radio MORA FM
Bandung,Radio Mora Sumut FM sebagai Pendiri, Pemilik & Pengelola.

DATA KELUARGA
1.  Nama Bapak     St. Moradim Efraim. Saragih Manihuruk (Almarhum)
2.  Nama Ibu    : R Porman. Br Halolo (Almarhumah)
3.    Anak ke-9 dan 12 orang bersaudara, 4 orang saudara
Wanita, 7 orang saudara Pria.
4.    Kawin dengan Adriani Heriati br Sinaga, S.H., pada
tanggal 15 Juli 1983
5.    Mempunyai 4 orang anak, terdiri dan 3 orang Pria,
dan I orang Wanita masing-masing bemama: 1. Ferdinan
Moratama Saragih
    2. Rezeki Hotdo Gamaliel Saragih
3. Trivan Andreas Saragih
4. Attalya Saragih


KETERANGAN LAIN

1.    Aktif di Gereja Kristen Protestan Simalungun,
sebagai Pengurus/Majelis Jemaat (2013 Perutusan Sinode Bolon GKPS

Resort Bandung).
2.    Aktif di Resimen Mahasiswa Batalyon II (Mahawarman)
Universitas Padjadjaran Bandung.
3.    Aktif di berbagai kegiatan extra kulikuler dan
kegiatan kemasyarakatan.
4.    Aktif mengikuti seminar-seminar, antara lain Aspek
Hukum, Pembajakan Kaset, dan Hak Cipta Musik
Indonesia, Seminar Perikianan, Seminar Pasar Modal,
Seminar Perpajakan Nasional.
5.    Aktif mengikuti kursus-kursus antara lain, Kursus
Guru Militer, Kursus Kader Pimpinan (SUSKAPIN)
Wankamra!Menwa. Angkatan XI Pusadnas Hankam Jakarta,
Pendidikan Pers & Jurnalistik Radio Nasional — 1PM!
Cabang Bandung.
6.    Aktif di Dewan Pimpinan Cabang Ikatan Advokat
Bandung (DPC Ikadin Bandung), sebagai Anggota, pemah
sbg Koord. Bidang Pengkajian dan Pengembangan Hukum..
7.    Aktif di Dewan Pimpinan Daerah Assosiasi Radio
Siaran Swasta Indonesia Jawa Barat (DPD ARSSI Jabar)
sebagai Ketua.
8.    Pada tahun 1999 menerima penghargaan “Citra
Indonesian Award” dalam prestasi dedikasi bidang
Penegakan Hukum Indonesia.
9.    Pada tahun 1999 menerima penghargaan “Indonesian
Development Award” dalani prestasi dan dedikasi bidang
membina dunia usaha di Indonesia.
10.    Sebagai Nara Sumber diberbagai Seminar & Panel
Diskusi Nasional, Nara Sumber Mata Kuliah Sosiologi
Komunikasi di Institut Teknologi Bandung, Penceramah
tetap tentang Enterpreuneur & Costumer Voice pada
Dikiat PT. Telkom, serta Nara Sumber masalah Penyiaran
dan Masalah Hukum di berbagai Media Massa a.l : TVRI
Bandung/Jakarta, INDOSIAR, ANTEVE, SCTV, LATIVI, METRO
TV, H.U. Pikiran Rakyat, H.U. Galamedia, H.U. Suara
Pembaharuan, H.U. Sinar Harapan, H.U. Metro Bandung,
RRI Pro 2, El Sintha, dll.
11.    Pemah menjadi anggota/Pengurus (Bid. Hukum) PAN
Jabar.
12.    Sejak tanggal 12 Desember 2003 menjadi anggota
PNBK Bandung dan menjadi Caleg DPR RI, Derah Pemilihan
Jabar I No. Urut: 1.


Demkianlah Riwayat Hidup mi saya buat dengan
sebenarnya.


Bandung, 7 Maret 2005
Saya yang bersangkutan



Monang  Saragih


Potret Monang Saragih Dalam Bingkai Fotografer
Jumat, 28 Desember 2012 di Hutaimbaru Simalungun
















Tugu Manihuruk Harapohan Sabtu 29 Des 2012.



Foto Saat Masih Balita Paling Bungsu


Di Atas KM Dame Menuju Harapohan Samosir Sabtu 29 Des 2012.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar