Minggu, 17 Juli 2011

HKBP MENJADI BERKAT BAGI MASYARAKAT DAN BANGSANYA

Dr. Ir. Dompak M.T. Napitupulu, MSc. Foto Rosenman Manihuruk (Asenk Lee Saragih)

Oleh: Dr. Ir. Dompak M.T. Napitupulu, MSc.

Pendahuluan
Pada Tahun 2011 pekabaran injil melalui institusi HKBP telah genap 150 tahun. Usia HKBP yang telah cukup panjang tersebut menyebabkan kehadirannya sudah selayaknya dirayakan secara meriah dan monumental oleh segenap jemaat HKBP di seluruh dunia.

Gaung perayaan Jubileum HKBP 150 Tahun telah dikumandangkan selama lima tahun yakni dengan dibentuknya Panitia Pesta Pra-Jubileum 150 Tahun HKBP di setiap distrik pelayanan HKBP di Indonesia. Ulang tahun ke 150 tahun sangat pantas dirayakan dengan meriah.

Demikian juga sebaliknya, capaian usia yang telah cukup panjang tersebut dapat menjadi momen yang sangat pantas untuk mengevaluasi keberhasilan lembaga ini melaksanakan panggilan tugas yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus Kristus sebagai Raja Gereja kepadanya, sekaligus sebagai momen ideal untuk menjadikan HKBP tampil lebih visioner.

Sinode Godang HKBP Tahun 2002 telah mensahkan Rumusan Aturan dan Peraturan HKBP yang di dalamnya memuat Visi HKBP yakni “HKBP berkembang menjadi gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka, serta mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, bersama-sama dengan semua orang di dalam masyarakat global, terutama masyarakat Kristen, demi kemuliaan Allah Bapa yang Mahakuasa.”) dan misinya (“HKBP berusaha meningkatkan mutu segenap warga masyarakat, terutama warga HKBP, melalui pelayanan-pelayanan gereja yang bermutu agar mampu melaksanakan amanat Tuhan Yesus dalam segenap perilaku kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, mau pun kehidupan bersama segenap masyarakat manusia di tingkat lokal dan nasional, di tingkat regional dan global dalam menghadapi tantangan Abad 21.”).

Jika dibandingkan dengan pembangunan Bangsa Indonesia, HKBP sebagai suatu organisasi masyarakat yang telah berusia 150 tahun sudah seharusnya melalui 30 (tiga puluh) kali periode pembangunan jangka menengah (RPJM) atau 6 (enam) kali periode pembangunan jangka panjang (RPJP).

Suatu proses pembangunan yang dapat menjadikan HKBP berdiri kokoh di tengah-tengah masyarakat sehingga dapat menjadi mercusuar (garam dan terang) penunjuk arah dalam pembangunan masyarakat Indonesia. Terdapat tiga kata kunci utama dalam visi yang disajikan pada Aturan dan Peraturan HKBP 2002 tersebut yakni inklusif, dialogis dan terbuka.

Momen Jubileum 150 tahun yang jatuh pada Tahun 2011 ini telah dapat dimanfaatkan untuk menyimak sudah sejauhmana HKBP menjadi inklusif, dialogis dan terbuka dalam melaksanakan panggilan tugas yang diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada lembaga ini. Paper ini menyajikan entry point dalam urun rembuk untuk dapat mewujudkan HKBP Distrik XXV Jambi menjadi Garam dan Terang di tengah Masyarakat Jambi.


HKBP Sebagai Terang dan Garam


Jika ditelaah lebih jeli, tiga komponen utama dalam visi HKBP telah juga menjadi landasan pekabaran injil yang dilakukan oleh Apostel ni Halak Batak yakni Ompui Dr. I.L. Nommensen. Output dari visi tersebut yakni HKBP sebagai pelita penerang dan garam dalam pembangunan masyarakat Indonesia telah dapat wujudkan.

Pekabaran injil oleh Ompui Dr. I.L. Nommensen melalui konsep Pargodungan telah mampu membebaskan orang Batak dari masa kegelapan dan efek multipliernya secara nyata juga telah dapat dirasakan oleh kelompok masyarakat lain selain orang Batak.


Salah satu prinsip perjuangan Bangsa Indonesia yang selalu didengungkan oleh para pendiri bangsa kita jaman dahulu adalah motto: “Bersatu kita teguh, bercerai kita berai”. Motto tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa pluralitas budaya, adat istiadat bahkan latar belakang ideologi para pejuang pendiri bangsa Indonesia harus digunakan sebagai suatu kekuatan dan bukan sebagai kelemahan.

HKBP beserta jemaatnya harus menyadari bahwa dia hidup dalam masyarakat yang plural dan ditugaskan menjadi garam dan terang bagi kehidupan lingkungan yang beraneka ragam tersebut. Khususnya di daerah perantauan, jauh dari bona ni pasogit, jemaat HKBP berada di tengah tengah masyarakat yang memeluk agama lain khususnya Agama Islam yang merupakan agama mayoritas di Indonesia. Strategi pekabaran injil oleh HKBP seyogyanya mempertimbangkan kondisi lingkungan keberadaaan HKBP tersebut.

Berada di tengah-tengah masyarakat yang tidak seiman, jemaat HKBP telah menerima perintah tugas dari Tuhan Yesus Kristus untuk menjadi “garam dunia” dan “terang dunia“ (Mat. 5:13-14). Jemaat HKBP diperintahkan oleh Tuhan Yesus Kristus untuk memberi cita rasa, dan berkarya melepaskan masyarakat sekitarnya dari kegelapan.

Perintah tugas yang diberikan oleh Tuhan Yesus tersebut tidak dapat dilakukan hanya dengan mencintai diri sendiri, melainkan harus dilakukan dengan cinta kasih dengan kerelaan mengorbankan diri sendiri ibarat garam yang terlarut pada makanan ataupun lilin yang habis terbakar untuk menerangi sekitarnya.

“Ikutlah saya”, demikian titah Yesus kepada murid-muridnya. Dalam Yohannes 13: 34-35, Tuhan Yesus memerintahkan agar murid murid-Nya selalu mengasihi satu dengan yang lainnya. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Kontribusi HKBP dalam pembangunan masyarakat yang plural merupakan panggilan hidup beragama yang substansial yakni sebagai Garam dan Terang Dunia. Aplikasi dari visi Garam dan Terang Dunia dilakukan melalui misi tri tugas panggilan gereja yang di anut oleh HKBP yakni: Koinonia, Marturia, dan Diakonia.

Dewan Koinonia, yaitu Organ pelayanan di tingkat jemaat HKBP yang merencanakan dan melaksanakan pelayanan untuk memantapkan persekutuan yang sehati, sepikir, dan seperasaan mencakup seksi-seksi: Sekolah Minggu, Remaja, Pemuda, Perempuan dan Kaum Bapak (A&P 2002 bab.I psl.1).

Di Bidang Koinonia, HKBP membangun masyarakat melalui peningkatan iman kristen jemaat. Hingga dewasa ini HKPB telah mempunyai 3190 unit gereja ditambah 25 pos sending, dengan jumlah jemaat sekitar 4 juta keluarga. Sesuai dengan bidang pelayanannya, HKBP membangun masyarakat melalui pelayanan jemaat dalam sistem kategorial.

Kesempatan HKBP dalam pelayanan masyarakat yang lebih luas dapat dilakukan melalui bidang Diakonia dan Marturia. Di bidang Diakonia dapat dikatakan bahwa implementasi perintah tugas HKBP menjadi garam dan terang dunia telah cukup signifikan meskipun belum berarti telah optimal.

Tanpa melupakan berbagai peran HKBP beserta jemaatnya dalam pembangunan masyarakat yang seutuhnya, salah satu kontribusi HKBP yang telah dilakukan bahkan sejak kedatangan Ompui Dr. I. L. Nomensen adalah pendidikan bagi warga masyarakat sekitar tempat tinggalnya dan pada berbagai daerah yang dikunjungi beliau.

Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu: memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran orang lain. Lebih lanjut, Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa substansi pendidikan adalah membebaskan manusia dari ketidak tahuan dan ketidak mampuan. Agar proses pendidikan dapat memberikan hasil, dengan demikian harus dilaksanakan dengan komitmen saling mengasihi.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, Program Pendidikan telah lama dikembangkan oleh HKBP sebagai jawaban dari tri-tugas gereja yang meliputi Koinonia, Marturia dan Diakonia. Badan Pelaksana Pendidikan HKBP telah melakukan proses pendidikan dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi. Universitas HKBP Nommensen yang memiliki kampus di Medan dan di Pematang Siantar hingga saat ini telah memiliki 11 Fakultas dan 33 program studi untuk tingkat Sarjana dan Pasca Sarjana.

Kehadiran berbagai lembaga pendidikan dari tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi HKBP dapat menjadi indikator yang baik betapa HKBP telah dapat berkontribusi dalam pembangunan masyarakat Indonesia di berbagai daerah. Pada awal tahun 1990-an sejumlah guru secara khusus diterbangkan dari Sumatera Utara ke berbagai daerah tertinggal termasuk ke Provinsi Jambi.

Hadirnya para guru yang nota bene mayoritas orang Batak pada kala itu telah juga mampu memajukan pendidikan di Provinsi Jambi. Tidak kurang dari dua orang Gubernur Jambi yakni Drs. Sayuti dan Drs Zulkifli Nurdin dalam beberapa kesempatan mengakui betapa besarnya sumbangsih orang Batak dalam memajukan pendidikan di Provinsi Jambi, dan beliau sangat berterimakasih oleh karenanya.

Peran HKBP dalam memajukan pendidikan bagi anggota masyarakat tidak berhenti hanya dilaksanakan di komplek pargodungan tapi juga bergandengan tangan dengan pemerintah dengan diangkatnya para Guru Zending sebagai pengajar dan kepala sekolah di berbagai sekolah negeri di wilayah pelayanan zending HKBP.

Komitmen para Guru Zending dalam melaksanakan misi pelayanan kerohanian dan sekaligus pendidikan yang dilaksanakan secara sepenuh hati menuai pujian dan penghargaan dari anggota masyarakat dan pemerintah. Penghargaan masyarakat ternyata tidak terbatas pada diri pribadi Guru Zending tapi juga kepada anggota keluarganya. “Ai aha so hasea ibana, ai anak ni guru zending do i!” Demikian ungkapan yang sering diucapkan oleh anggota masyarakat Batak.

Misi Zending HKBP yang pada tahun 2011 ini genap berusia 150 tahun merupakan salah satu tonggak yang menunjukkan bagaimana HKBP berkontribusi dalam pendidikan masyarakat Indonesia.

Benih misi pendidikan yang ditanamkan oleh Ompui Dr. I.L. Nommensen dari Pargodungan berkembang ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Tahun 1952 dapat dikatakan sebagai tahun keterbukaan (inklusif) HKBP, khususnya di bidang pendidikan dengan didirikannya Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Guru Atas (SGA) HKBP di Tarutung. Puncak perkembangan pendidikan HKBP yang terbuka bagi masyarakat yang lebih luas adalah dengan didirikannya Universitas HKBP Nomensen pada tanggal 7 Oktober 1954.

Secara institusional, pendidikan HKBP dianggap telah berusia 50 tahun pada tahun 2000 yakni dengan ditetapkanlah tahun 2000 menjadi tahun pendidikan HKBP melalui rapat gabungan Praeses dan Majelis Pusat HKBP bulan Oktober 1999. Dengan demikian pendidikan HKBP telah genap berusia 60 tahun pada Tahun 2010. Pemilihan tahun pendidikan HKBP ini berkemungkinan didasarkan pada tahun pendirian Sekolah Theologia Menengah di Seminari Sipoholon yakni pada Tahun 1950.

Komitmen HKBP sebagai organisasi kemasyarakatan untuk dapat berkontribusi dalam membangun masyarakat Indonesia melalui jalur pendidikan semakin besar dengan visi dan misi pendidikan HKBP.

Sebagaimana disajikan dalam sejarah singkat pendidikan HKBP, Visi Pendidikan HKBP adalah: Pendidikan HKBP akan menjadi suatu system pendidikan yang terkemuka dalam pengembangan Sumber daya Manusia (SDM) bermutu, yang mampu menghadapi tantangan kehidupan abad 21 baik tingkat local dan nasional maupun regional dan global, dengan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan ketrampilan motoris yang didasari oleh moralitas kristiani yang kokoh. Visi tersebut sejalan dengan upaya Indonesia untuk meningkatkan daya saing SDM bangsa sebagaimana yang diupayakan untuk diraih dalam berbagai era pembangunan nasional.

Lebih lanjut, komitmen HKBP untuk menjadi berkat bagi masyarakat Indonesia melalui jalur pendidikan juga dengan nyata disajikan dalam Misi Pendidikan HKBP. Sejalan dengan visi pendidikan HKBP, salah satu misi pendidikan HKBP adalah: berusaha dengan sebaik-baiknya melayani masyarakat bangsa dan Negara, khususnya para peserta didik, dengan jasa-jasa kependidikan yang sesuai dengan kebutuhan dalam konteks perkembangan zaman sehingga SDM bermutu (bagi pembangunan bangsa) selalu tersedia. Dengan eksplisit ditunjukkan bahwa HKBP menjadikan dirinya untuk turut bersama-sama dengan pemerintah bertanggung jawab menyediakan SDM bangsa yang berkualitas untuk dapat menjawab tuntutan pembangunan di abab 21 yang bergerak semakin cepat dan meng-global.

HKBP di Tengah Masyarakat Jambi

Akhir-akhir ini, kita sering sekali dikejutkan oleh berbagai peristiwa kekerasan yang bernuansa agama di tengah masyarakat. Dari mulai sulitnya mendirikan bangunan gereja (rumah ibadah), pembakaran atau perusakan rumah ibadah, hingga penyegelan rumah ibadah karena alasan administrasi yang kurang lengkap sesuai amanat SKB Menteri Dalam Negeri dan menteri Agama seperti yang terjadi di Bekasi Timur dalam beberapa bulan ini.

Dr. Ir. Dompak M.T. Napitupulu, MSc. Foto Rosenman Manihuruk (Asenk Lee Saragih)


Seorang ahli agama sebagaimana yang disitasi oleh Pdt W.T.P. Simarmata, M.A., menyebutkan bahwa hal itu bukan merupakan suatu hal yang tidak terduga. Kita sebetulnya tidak perlu terkejut menerima berbagai kenyataan pahit seolah adanya diskriminasi kebebasan beribadah yang ditujukan bagi umat HKBP di Indonesia.

Berbagai deraan yang diterima HKBP diduga disebabkan lalainya jemaat HKBP dalam membina hubungan dengan umat agama lain yang memberikan berbagai deraan tersebut. Dalam perjalanan pelayanan HKBP akhir akhir ini, baik pelayan maupun jemaat telah seakan melupakan metode pekabaran injil yang dilakukan oleh Dr. I. L. Nomensen. Apostel Batak tersebut datang ke Tanah Batak terlebih dahulu menjalin persahabatan dengan bangso Batak yang menjadi sasaran pelayannya.

Gambaran Umum Sosial Ekonomi Jambi

Sebelum menelaah lebih jauh tentang peluang HKBP dalam melayani secara inklusif kepada masyarakat sekitarnya, ada baiknya melihat sekilas tentang kondisi sosial ekonomi Provinsi Jambi. Angka sementara data statistik menunjukkan bahwa pada Tahun 2010 penduduk Provinsi Jambi telah mendekati 3 (tiga) juta jiwa dengan kecenderungan pertumbuhan positip.

Berdasarkan Agama yang dianut, pada Tahun 2009 mayoritas (2.683.099 jiwa atau 94,98 %) penduduk tersebut menganut Agama Islam dan 66.664 jiwa 2,29 % menganut Agama Kristen Protestan. Sementara itu data statistik HKBP Tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah jemaat HKBP Jambi diperkirakan sebesar 25.174 jiwa atau 37,76 % dari total penduduk beragama Kristen Protestan yang tergabung ke dalam 5368 KK. Jumlah ini setara dengan 0,882 persen dari jumlah penduduk Jambi.

Artinya dalam setiap 1000 penduduk Provinsi Jambi terdapat 88 orang jemaat HKBP. Secara demografi perkembangan komposisi penduduk Provinsi Jambi merupakan kesempatan dan menyediakan peluang bagi HKBP untuk berperan dalam tritugas panggilan gereja (marturia, diakonia dan koinonia) di tengah-tengah pluralitas masyarakat.


Gambar 1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Provinsi Jambi dari Tahun 2005 - 2010 Dari sisi perekonomian, dapat dilihat bahwa kontributor utama terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi masih diperoleh dari Sektor Pertanian, Pertambangan, Perdagangan, dan Jasa-jasa lainnya.

Satu hal yang cukup menarik dicermati adalah kontribusi sektor pertanian yang meskipun masih di atas 25 % dari total PDRB, namun trendnya telah menunjukkan penurunan. Penurunan dari sektor pertanian terlihat diisi oleh peningkatan pada sektor pertambangan, perdagangan, dan jasa jasa meskipun terlihat masing masing bertumbuh secara fluktuatif.


Gambar 2. Perkembangan kontribusi sektor perekonomian dalam PDRB Provinsi Jambi.
Kaitannya dengan peluang pelayanan HKBP Jambi, dapat dikatakan bahwa warga jemaat HKBP di Provinsi Jambi dapat ditemui pada hampir setiap sektor perekonomian yang menjadi kontributor PDRB khususnya pada sektor pertanian, dagang dan jasa-jasa. Dua sektor perekonomian tersebut dapat dijadikan sebagai entry point dalam pelayanan HKBP bagi warga Provinsi Jambi.

Secara khusus pemanfaatan sektor pertanian, dagang, dan jasa-jasa sebagai entry point memiliki peluang besar bagi warga jemaat HKBP dalam berkontribusi dalam pembangunan Provinsi Jambi.

Dalam Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Tahun 2011-2025 ditetapkan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia didekati melalui enam Koridor pembangunan ekonomi yakni: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua - Kepulauan Maluku dengan 22 kegiatan perekonomian unggulan.

Koridor Ekonomi Sumatera meliputi 11 pusat pertumbuhan yakni: Banda Aceh, Medan, Pekanbaru, Padang, Tanjungpinang, Jambi, Palembang, Bengkulu, Pangkal Pinang, Bandar Lampung, dan Serang. Koridor Ekonomi Sumatera mempunyai tema Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional dengan lima kegiatan ekonomi utama yakni: Kelapa Sawit, Karet, Batu Bara, Perkapalan dan Besi Baja.


Gambar 3. Peta koridor pembangunan ekonomi Sumatera Secara geografis, peta aliran koridor pembangunan ekonomi Sumatera dapat dikatakan memiliki simpul di Provinsi Jambi. Provinsi Jambi berada di bagian tengah peta koridor Pembangunan Ekonomi Sumatera dapat menjadi pusat pertumbuhan yang menjadi terminal aliran barang dan jasa dari bagian utara ke Selatan dan sebaliknya.

Tiga kegiatan ekonomi unggulan dalam Tema Koridor Pembangunan Ekonomi Sumatera yakni Kelapa Sawit, Karet dan Batu Bara menjadi unggulan perekonomian Provinsi Jambi. Dapat dilihat bahwa Koridor Ekonomi Sumatera berkembang dengan baik di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan ekonomi utama pada perkebunan kelapa sawit, karet serta batubara.

Penentuan lima kegiatan ekonomi unggulan dalam Koridor Sumatera di mana tiga di antaranya juga merupakan kegiatan ekonomi unggulan Provinsi Jambi mengindikasikan gerakan pembangunan perekonomian Provinsi Jambi akan difokuskan pada peningkatan kinerja produksi di bidang perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Penambangan Batu Bara.


Peluang Pelayanan HKBP Bagi Masyarakat Jambi

HKBP yang inklusif, dialogis dan terbuka secara sederhana dapat diartikan sebagai HKBP yang melayani bukan hanya jemaatnya tapi juga masyarakat sekitarnya. Sama seperti di daerah lainnya, jemat HKBP merupakan sub-sistem dari masyarakat Provinsi Jambi, oleh karena itu HKBP seyogyanya harus dapat memberikan konstribusi yang jelas dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan tidak hanya jemaat HKBP tapi masyarakat lain di sekitarnya melalui tindakan yang konkrit.

Satu hal yang terpapar dengan jelas dalam kehidupan bermasyarakat adalah kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat. Perkembangan teknologi yang disertai dengan visi global telah meruntuhkan batas batas wilayah dan budaya.

Modernisme dan Globalisasi bagaikan pisau bermata dua, di samping sangat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia, modernisasi dan globalisasi juga memiliki dampak negatif yang dapat mengurangi kesejahteraan umat manusia itu sendiri. Pesatnya laju modernisasi yang seringkali tidak dapat diikuti oleh kesiapan mental rohani manusia menyebabkan manusia menghalalkan segala cara untuk terhindar dari himpitannya.

Ketidak seimbangan terjadi baik dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat. Dalam situasi yang sedemikian rupa sudah saatnya HKBP menyediakan pelayanan yang berkualitas. Nunga tingkina hita mempersiapkan SDM HKBP melalui kaderisasi calon pemimpin secara sistematis dan terprogram.

Pendidikan

Pendidikan untuk belajar hidup bersama dalam perbedaan merupakan bekal penting untuk membangun masa depan yang penuh kedamaian. Kita tidak perlu malu dengan metoda pendekatan Minang yaitu, “di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung”.

Artinya, kita ambil langkah-langkah kecil dan lokal, dengan dukungan kebudayaan lokal, dengan langkah kecil ini dari tahun ke tahun akan menjadi langkah besar. Langkah besar yang harus kita sikapi adalah menjadikan kearifan lokal sebagai kekuatan bagi para pelayan gereja untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Menghadapi tantangan dan peluang Abad-21, misi para pelayan gereja ke depan harus lebih kritis, berbenah diri dan cepat beradaptasi dengan perubahan, dan cepat menangkap esensi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi maupun lingkungan di mana gereja berdomisili. Kita tidak boleh lupa bahwa perjalanan hidup manusia akan senantiasa dihadapkan pada tiga dimensi waktu yakni: masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.

Pengalaman pada suatu dimensi waktu, pada hakekatnya akan menjadi bekal yang sangat bermanfaat bagi keberhasilan pada dimensi waktu berikutnya. Keberadaan gereja tidak bisa dilepaskan dari proses tersebut, proses ini merupakan realitas yang tidak terelakkan mengingat kuatnya arus perkembangan tehnologi dan informasi. Gereja sebagai bagian integral dari masyarakat, siap atau tidak , setuju atau tidak juga akan terkena imbas dari proses globalisasi.

Di bidang pelayanan pendidikan, HKBP jambi telah memiliki entri point yakni dengan telah didirikannya Yayasan Pendidikan Nomensen sejak Tahun 1986. Hingga saat ini Yayasan ini telah melaksanakan pendidikan setingkat SMP dan SMA.

Namun demikian, meskipun Yayasan Nomensen HKBP Jambi telah berusia 24 tahun, dari sisi kualitas rasanya masih susah menempatkannya untuk sejajar dengan lembaga pendidikan sejenis baik swasta maupun negeri yang ada di Jambi. Peningkatan kualitas baik fisik maupun Sumber Daya Manusia khususnya guru pendidik di Yayasan tersebut sangat perlu dilakukan.

Perekonomian

Entry point lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh HKBP Jambi untuk dapat berkontribusi secara nyata terhadap pembangunan masyarakat di Provinsi Jambi adalah pemberdayaan sumber daya modal bagi pelaku usaha kecil dibidang perdagangan. Salah satu upaya yang telah dimiliki HKBP Jambi adalah dengan mengembangkan lembaga simpan pinjam yang bernafaskan kekristenan yakni Credit Union Modifikasi (CUM) Makarios yang mulai didirikan sejak tahun 2009. Namun sangat disayangkan, komitmen setengah hati dari pelayan gereja dan pengurus yang diharapkan dapat mengembangkan usaha ini menyebabkan salah satu kegiatan diakonia ini menjadi mati suri.

Master-plan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Tahun 2011-2025 telah menentukan dua dari kegiatan ekonomi unggulan Provinsi Jambi adalah di bidang pertanian. Selain dari pada itu, sektor pertanian dan perdagangan masih merupakan kontributor utama dalam pembangunan perekonomian Provinsi Jambi. Gambaran umum perekonomian Provinsi Jambi tersebut seyogyanya dapat lebih mendorong kreativitas HKBP membesarkan CUM Makarios sebagai entry point dalam berkontribusi pada pembangunan masyarakat Provinsi Jambi.

Satu hal yang cukup menarik untuk dicermati adalah peran pemerintah dalam dalam menunjang perekonomian melalui kegiatan investasi masih sangat terbatas. Pembangunan Koridor Perekonomian Sumatera masih sangat nyata lebih dibebankan ke pihak swasta.

Sebesar 60 % APBN 2010 sebagai misal masih diperuntukkan untuk menutupi pengeluaran administrasi, cicilan utang Luar Negeri dan Dalam Negeri, serta biaya rutin penyelenggaraan pemerintahan ditingkat pusat berupa gaji dan lain sebagainya. Sebahagian besar lainnya yakni sekitar 32 % dialokasikan untuk biaya rutin pemerintah daerah. Sisanya sekitar 8 % digunakan untuk pembangunan atau pengeluaran pemerintah untuk investasi dalam negeri.

Hal ini secara implisit menunjukkan betapa peran swasta masih sangat besar dalam pembangunan perekonomian masyarakat.

Selain fenomena pendanaan investasi pembangunan yang masih mengandalkan sektor swasta, produktivitas tenaga kerja akibat hambatan SDM dan modal kerja juga masih mengemuka. Tingkat pengangguran masih cukup tinggi di Provinsi Jambi.

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi keadaan Agustus tahun 2008 mencapai 1.290.854 orang yang terdiri dari 1.224.483 orang bekerja dan 66.371 orang pencari kerja/pengangguran. Selain yang aktif mencari kerja, juga terdapat sejumlah besar angkatan kerja yang bekerja dengan imbalan gaji minimal (UMR) dan bahkan di bawahnya. Pengangguran terus meningkat akibat PHK dan tambahan pencari kerja baru dari tamatan tamatan perguruan tinggi dan sekolah lanjutan.

Umumnya pencari kerja baru mengarahkan lamarannya menjadi pegawai negeri sipil yang kuota penerimaannya justru semakin sedikit setiap tahun. Dalam kondisi sedemikian rupa, gereja dapat hadir dengan menyediakan modal kerja murah dan pelatihan kewirausahaan. Informasi terbaru yang dapat diperoleh adalah telah tersedianya lahan seluas 12,2 Ha di pinggir Kota Jambi untuk membangun HKBP Center.

Lahan tersebut akan dikelola menjadi pusat pembinaan mental-spiritual (retreat center) dan wisata alam (eco-educational = pendidikan yang berorientasi lingkungan alam) bagi warga jemaat maupun masyarakat umum. Pendirian Distrik Center dapat membuka peluang bagi HKBP Jambi untuk berperan serta dalam membangun masyarakat dengan menambah unit usaha perkoperasian ala CUM serta lembaga pelatihan keterampilan berwira usaha yang terbuka untuk masyarakat luas.

Dalam pengembangan selanjutnya tidak tertutup kemungkinan Distrik Center HKBP Jambi akan juga berkembang menjadi pusat layanan kesehatan yang terbuka bagi masyarakat Provinsi Jambi sehingga konsep pargodungan ala Nomensen yakni sistem pelayanan dalam bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, dan sistem ekonomi yang terintegrasi dalam persekutuan di kompleks gereja dapat dihidupkan kembali.

Satu hal yang perlu dicermati adalah bahwa hingga dewasa ini belum terlihat belum ada master plan dan grand design pengembangan usaha HKBP sejenis distrik center dalam jangka panjang dan jangka pendek di tingkat sinode godang.

Adanya master plan sangat dibutuhkan untuk dapat membangun secara efisien pengembangan badan usaha di HKBP. Sementara ancaman dari luar terhadap upaya HKBP Jambi untuk dapat menjadi berkat melaluipartisipasi aktif dalam pembangunan adalah doktrin mengharamkan HKBP dan ketakutan pemeluk agama lain akan upaya penyebaran agama. Tidak sedikit gereja yang dibakar atau dirusak, atau setidaknya disegel di berbagai daerah hanya karena alasan administrasi yang kurang lengkap.

Penutup

Kontribusi HKBP dalam pembangunan masyarakat Indonesia salah satunya dapat dilakukan dan lebih ditingkatkan dengan merubah perilaku jemaat HKBP dalam mengisi kehidupan bermasyarakat yang dilakoninya.

Selain itu, HKBP sebagai lembaga atau organisasi kemasyarakatan yang berada di tengah tengah masyarakat pluralis yang diwarnai oleh kelompok mayoritas dominan harus mampu meninjau ulang dan rekonstruksi kembali titah teologi yang diinduksikannya.

HKBP harus mampu dan mau reformulasi pemahamannya akan misi yang diembannya. Dengan tetap mentaati firman Tuhan Yesus untuk selalu mengasihi sesama manusia meskipun harus lebih kasih kepada saudara seiman (Gal 6:10), HKBP harus mau mengkaji ulang strategi penginjilan yang dilakukan sehingga tidak memperoleh penolakan dari masyarakat sekitar tetapi sebaliknya memperoleh sokongan sebagaimana yang diperoleh Ompui Dr. I.L. Nommensen dari halak Batak pada saat memberitakan injil ke tanah Batak.

Agar semangat Jubileum 150 tahun dapat berbuah di tengah-tengah jemaat HKBP Distrik XXV Jambi dan masyarakat sekitarnya maka jemaat bersama-sama pangula harus dapat memperbaharui dirinya dengan pendekatan lokal.

Pelayanan gerejawi harus dapat diwujudkan melalui suatu tindakan nyata yang lebih konkret dalam mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan. Back to Philosophy Pargodungan ni Ompui Nomensen.

Dewasa ini kehadiran HKBP misalnya dapat terlihat pada saat ada bencana alam. HKBP Jambi dalam rangka merayakan Jubileum 150 Tahun melalui Diakoni Sosial hadir dengan membagi-bagikan bantuan berupa materi (sembako) kepada sejumlah warga masyarakat yang kurang mampu di sekitar gereja.

Gereja HKBP sudah saatnya melakukan pemberdayaan jemaat dan masyarakat melalui peningkatan kualitas Sumberdaya Modal dan Sumberdaya Manusia. Hal ini sebagai misal dapat dilakukan melaui fasilitas simpan pinjam (CUM) pemberian motivasi (mind-set revolution), keterampilan (Balai Latihan Kerja), peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, menyiapkan dan menyalurkan bantuan teknologi dan usaha-usaha lain yang dapat meningkatkan taraf hidup warga gereja dan sesama manusia.

Akhirnya, HKBP harus menyadari bahwa dalam mengemban tugas pelayanannya masih berhadapan dengan setumpuk persoalan baik dalam lingkungan internal maupun eksternal.

Upaya turut berkontribusi dalam pembangunan secara nyata semakin terhambat oleh berbagai peraturan yang membatasi ruang gerak gereja dalam berkarya. Menyikapi permasalahan tersebut, bagi umat Kristen khususnya HKBP tidak ada pilihan selain mempersiapkan diri untuk menghadapi dengan penuh komitmen yang didasari iman Kristen. Menjadi berkat di tengah masyarakat Indonesia yang plural dominan membutuhkan kebesaran jiwa untuk sungguh sunguh menjadi Gereja yang inklusif, dialogis, dan terbuka Tuhan Memberkati. Amen!

(Disampaikan Pada Seminar Sehari Panitia Jubileum 150 Tahun HKBP (Distrik XXV Jambi) di Hotel Ceria Maal Kapuk Jambi, Sabtu 17 Juli 2011.

Tidak ada komentar: