Minggu, 16 November 2008

Nelayan Pantai Timur Jambi Tak Bisa Melaut

Jambi, Batak Pos

Ratusan nelayan tradisional di wilayah pantai Timur Provinsi Jambi tepatnya di Nipah Panjang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tiga hari terakhir tidak melaut karena tingginya gelombang laut. Kini tinggi gelumbang mencapai satu hingga dua meter. Perahu nelayan tidak ada yang beranai melaut karena tidak laik pakai dengan kondisi gelumbang besar.

Bantuan Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Provinsi Jambi hingga kini belum pernah menyentuh para nelayan di wilayah pantai Timur Provinsi Jambi. Padahal musim ikan Nopember ini sangat menggairahkan nelayan tradisional setempat. Keterbatasan kapal membuat nelayan urung melaut.

Demikian dikatakan seorang nelayan Nipah Panjang, Rozali (37) kepada Batak Pos di Jambi, Mingu (16/11). Menurutnya, bulan November ini merupakan musim panen ikan laut. Karena merupakan angin utara. Namun angin kencang disertai gelombang yang cukup tinggi membuat nelayan urung melaut

“Kondisinya ini akan berlangsung hingga awal tahun depan. Ironisnya, bulan akhir tahun ini merupakan musim ikan. Kehidupan kami makin susah saja, apalagi nelayan kecil yang mengunakan pompong atau perahu motor kecil tidak dapat melaut. Coba kalau ada bantuan kapal nelayan besar, kami pasti bisa melaut,”katanya.

Disebutkan, nasib nelayan kecil di pantai Timur Provinsi Jambi dari tahun ke tahun makin susah. Kesulitan itu dari naiknya harga BBM hingga tidak menentunya cuaca.

“Para nelayan di wilayah kami berharap Dinas Kelautan Propinsi Jambi memberikan bantuan berupa kapal motor yang besar. Sehingga ombak besar masih bisa mencari ikan ke laut. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jambi kurang memperhatikan nasib para nelayan di laut,”katanya.

Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi Jambi daerah pemilihan Tanjung jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat, Supriyono mengatakan, para nelayan di wilayah Timur Provinsi Jambi membawa distribusi yang cukup lumayan untuk APBD.

Disebutkan, Dinas DKP Provinsi Jambi lebih memperhatikan para petani ikan patin di keramba, dari pakan ikan hasil tangkapan nelayan di laut. “Pembuatan karamba dan bibit ikan patin disubsidi setiap tahun miliaran rupiah,”katanya.

Menurut Supriyono, APBD Provinsi Jambi 2009 Dalam perubahan APBD Provinsi Jambi Tahun Angaran 2008 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi ditambah Rp 5,65 milyar, dengan demikian total APBD Dinas Kelautan dan Perikanan menjadi Rp26,70 Miliar tahun 2008.

Sementara produksi patin Jambi sejak tahun 2006 hingga 2008 tidak dapat mendongkrak APBD Provinsi Jambi. Bahkan eksport ikan patin Jambi minim. Program patin Jambi terkesan gagal dan hanya menguntungkan segelintir orang saja.

Padi Diserang Ganjur

Sementara itu, Dinas Pertanian Ketahanan Pangan, Kabupaten Tanjung Jabung Timur belum mampu mengatasi serangan penyakit ganjur atau pentil yang menyerang tanaman padi warga. Sehingga ratusan hektar padi milik petani gagal panen.

“Penyakit ganjur tersebut sudah beberapa tahun menyerang padi kami, masalah ini sudah kami laporkan kepada dinas terkait, tapi hingga kini belum ada jalan keluarnya,”kata Suratmo, salah seorang petani padi di Rantau Rasau, Tanjabtim.

Disebutkan, ciri-ciri penyakit ganjur pada padi antara lain padi menguning dan buah padi kosong. Tidak bisa dipanen, karena buah padinya tidak ada. Tiap tahun petani mengalami kerugian jutaan rupiah.

Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, M.Nuri mengatakan, untuk membasmi penyakit ganjur tersebut, sangat tergantung kepada petani.Pasalnya petani harus terus membersihkan areal persawahannya.

“Penyakit ganjur akan mudah terjadi apabila kondisi lahan kotor atau tidak terawat. Selain itu, keterlambatan menanam padi juga menjadi salah satu penyebab timbulnya penyakit tersebut.Biasanya penyakit ini muncul disaat air pasang surut ketika padi baru berumur 35 hingga 40 hari,”ujarnya. ruk

Tidak ada komentar: