Halaman

Kamis, 03 September 2015

Mengenang 25 Tahun Wafatnya Syamsul Watir

Kartu Pers Almarhum saat meliput Sidang Umum MPRS-RI bulan Juni 1966 di Jakarta.
BERITAKU-MENGENANG 25 TAHUN WAFAT SYAMSULWATIR M. (September 1990-2015). "Masih tersimpan kartu pers Almarhum saat meliput Sidang Umum MPRS-RI bulan Juni 1966 di Jakarta. Pada masa itu saya masih dalam kandungan ibunda hehehe. (Saya lahir 23 Desembr 1966). Waktu itu Almarhum Syamsul Watir wartawan kantor berita KNI dan DEPT-news Indonsia Perwakilan Jambi. Baru tahun 1974 menerbitkan Mingguan Independent," kata Sakti Alam Watir, putra Syamsul Watir. (Lee)










Syamsul Watir menyalam Presiden Soeharto

INSPIRATORKU (vi)

Diamben terikat tali
Bersama bantal berhias melati
Independent tergurat pasti
Penanda awal jurnalis Jambi

Jambi, 29 Agustus 2015
Junaidi T Noor
(Budayawan Jambi)

DI BALIK KABUT, PUNCAK ITU 

Di balik kabut nama-Mu kusebut, Engkaukah maut?
Wajah berkabut
Semesta berkabut
Kekasih larut ke dalam misteri kabut yang kabur

Dalam samar dan gemetaƕ
Kubaca peribahasa perih di mata
"Ada api ada asap, ada hati ada harap"
O, kudengar suara meratap
Bagaimana bertunas harap?
Di balik kabut asap kau berderap ke puncak
Aku menumbuk serbuk merica untuk semangkuk sup
Airmata menggenangi kemarau di puncak bukit
Dan dada ini terasa sakit
Berkali engkau dengar lagi lagu "Pamit"
"Daun Semangka Berdaun Sirih"
: aku begini, engkau begitu ...
Awal September 2015
* catatan pagi berkabut dan namamu masih kusebut. (Dimas Arika Mihardja)

INSPIRATORKU (v)
Seruni merah jahitannya
Hiasan baju kebaya remaja
BKKNI pernah dipimpinnya
Kesenian maju budaya jaya

Jambi, 29 Agustus 2015
Junaidi T Noor
(Budayawan Jambi)
NB: BKKNI (Badan Koordinasi Kesenian Indonesia)

MENGENANG 25 TAHUN WAFAT SYAMSULWATIR M

Honda CG110 warisan almarhum Syamsulwatir M
MOTOR ini bisa dikatakan motor sejarah Honda CG110 warisan almarhum Syamsulwatir M. merupakan bantuan Gubernur Jambi dimasa Masjchun Sofwan SH, dimana separuh harga ditanggung pemerintah, sedangkan separohnya dibayar secara kredit di Bank Pembangunan Daerah (BPD).

Masa itu harga motor sekitaran Rp.800.000,- tahun 1982. Ada 8 wartawan Jambi menerima motor tersebut termasuk sahabatnya Om Akma Suryanagara. Motor ini sangat membantu untuk aktivitas Mingguan Independent dan Almarhum jarang menggunakannya, karena saya pakai untuk menggantar koran. Sampai sekarang motor ini masih tetap terawat dan dipajang diruang tamu. (Sumber: FB sakti Alam Watir)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar