Halaman

Jumat, 09 Januari 2015

Manfaatkan TIK, e-Sabak Akan Jadi Sarana Pembelajaran Interaktif bagi Siswa dan Guru

Manfaatkan TIK e-Sabak Akan Jadi Sarana Pembelajaran Interaktif bagi Siswa dan Guru
Jakarta-Kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini perlu dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan TIK ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan di berbagai bidang kehidupan, salah satunya bidang pendidikan. Saat ini generasi muda dinilai telah cukup akrab dengan teknologi dan perangkat gawai (gadget) lainnya. Dunia pendidikan harus mampu memanfaatkan potensi tersebut.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengatakan, salah satu alat ajar paling penting adalah buku pelajaran dan buku-buku teks lainnya. Dengan memanfaatkan TIK, ke depan seluruh siswa dan guru di Indonesia akan menggunakan buku elektronik dengan media tablet yang disebut “e-sabak” sebagai sarana pembelajaran interaktif.


“(Guru dan siswa) menggunakan tablet sebagai alat untuk belajar mengajar. Buku tulis untuk menulis tetap menggunakan kertas, tetapi buku teks-nya menggunakan elektronik sehingga kita bisa menekan satu biaya menjadi jauh lebih murah,” jelas Mendikbud dalam jumpa pers di Jakarta baru-baru ini seperti dikutip dari http://kemdikbud.go.id, Kamis (8/1).

Dengan e-sabak, kualitas buku yang dikirimkan kepada siswa tidak terpengaruh oleh faktor yang selama ini kerap menjadi masalah, seperti kualitas kertas, proses distribusi, dan kerumitan lainnya seputar logistik. 

“Nah, di sini kita berbicara dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi bersama PT Telkom untuk memulai fase electronic book bagi anak-anak kita. Ke depan kita memiliki e-sabak untuk proses belajar mengajar,” ujarnya.

Mendikbud menyebut, melalui pendekatan ini ketimpangan akses pendidikan yang berkualitas diharapkan dapat berkurang, karena siswa yang berada di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) bisa mendapatkan kualitas pengetahuan dan informasi yang sama dengan mereka yang berada di perkotaan. “Itu adalah harapan kita. Kerja sama dengan Telkom adalah untuk menindaklanjuti gagasan ini,” tuturnya.

Mendikbud mengakui bahwa program menjadikan buku pelajaran menjadi electronic book bukan sesuatu yang baru. Sebelumnya masyarakat mengenal Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang dapat diakses dan dicetak oleh siapa saja. 

Namun, yang berbeda dengan e-sabak ini adalah sejak awal materi dirancang untuk tablet dan jauh lebih interaktif dari sekadar buku yang sifatnya elektronik. Bahkan dalam diskusi pembahasan program ini, ada potensi untuk memberikan bahan-bahan kuis bagi guru melalui e-sabak.  

“Intinya adalah kalau dulu medianya bebas ditentukan oleh mereka yang ada di hilir, kalau sekarang medianya sudah ada, yaitu tablet. Dengan cara begitu, materinya bisa menjadi lebih kaya,” jelas Mendikbud.

e-Sabak Akan Dimulai di Daerah 3T

Mendikbud Anies Baswedan menuturkan, pihaknya akan memprioritaskan program e-sabak di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) terlebih dahulu. Ini sesuai dengan arahan Presiden RI yang disampaikan dalam rapat kabinet yang digelar di Jakarta, Rabu (7/1).

Khusus untuk program ini, prioritas pertama adalah wilayah perbatasan dan daerah dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih rendah. Mendikbud mengatakan, prioritas tersebut diberikan kepada beberapa wilayah di Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara. 

“Namun, prioritas utama adalah di daerah perbatasan. Kalau di Nusa Tenggara Timur dan Papua, kecenderungannya kita lebih dominan daripada tetangga kita, tetapi kalau di Kalimantan kita harus dorong supaya kita tidak inferior di wilayah sendiri,” ungkapnya.   
         
Alasan lain memprioritaskan daerah 3T adalah karena wilayah tersebut selama ini sulit terjangkau oleh pengiriman logistik buku-buku pelajaran.

Sebelum memulai pembelajaran melalui e-sabak, pengguna juga akan diberikan pelatihan. Namun, Mendikbud mengingatkan agar tidak meremehkan kemampuan anak-anak di wilayah tersebut. 

“Kalau teman-teman pernah lihat rekamannya, ada sebuah perkampungan yang tidak pernah melihat tablet sama sekali, kemudian diberikan tablet dan dalam waktu beberapa hari, anak-anak itu sudah canggih sekali mengoperasikan alat tersebut. Bahkan dikunci pun mereka sudah tahu bagaimana membuka kuncinya. Jadi, menurut saya, jangan under estimate kemampuan anak-anak kita,” katanya.

Mendikbud menjelaskan, pihaknya telah menganggarkan program ini dan akan dimulai sesegera mungkin. Namun, arahan Presiden yang meminta memprioritaskan daerah 3T terlebih dahulu, Mendikbud mengaku harus menyesuaikan anggaran tersebut dengan kebutuhan, sehingga belum dapat menyebut angkanya. 

“Dalam minggu-minggu ke depan, kita harapkan sudah ada outline proses implementasinya seperti apa. Yang pasti orientasinya bukan daerah perkotaan dulu, tetapi wilayah 3T,” lanjutnya.
  
Menjawab pertanyaan wartawan, Mendikbud menuturkan, nantinya program ini akan dilayani secara “manage service”. Artinya, penerima tablet juga mendapat layanan jaringan berupa akses internet dan aplikasi berupa buku elektronik. 

Dan jika terjadi masalah, maka bukan sekolah yang memperbaiki, tetapi penyedia layanan yang harus memastikan pengguna mendapatkan layanan sebaik mungkin. “Layaknya mesin foto kopi yang disewa kantor, jika terjadi masalah, maka bukan kantor yang memperbaiki, tetapi penyedia jasa foto kopi itu,” contoh Mendikbud.    

Mendikbud berharap, melalui e-sabak ini ketimpangan akses pendidikan berkualitas dapat dikurangi. Itu karena mereka yang berada di daerah 3T bisa mendapat kualitas pengetahuan dan informasi yang sama dengan siswa yang berada di kota-kota besar.

Penggunaan tablet untuk pembelajaran ini juga sudah dilakukan oleh sekitar 1.200 siswa SMA Terbuka yang dimulai tahun lalu. Mendikbud mengatakan, ini menjadi salah satu bahan yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana implementasi penggunaan tablet dalam pembelajaran di lapangan. (*/lee)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar