Jambi-Separuh masyarakat Jambi atau 50 persen dari Jumlah
penduduk di Jambi ternyata belum memanfaatkan layanan jasa industri keuangan
seperti di perbankan. Tingkat persentase minat masyarakat untuk membuka
rekening di bank hampir sama dengan persentase tingkat nasional. Survei di
Jambi, katanya, berdasarkan dari jumlah rekening yang ada.
Hal itu dikemukakan Kepala OJK Provinsi Jambi, Darwisman, di Jambi, Jumat (12/12). Menurut dia, berdasarkan hasil survei, memang pemanfaatan akses masyarakat Jambi terhadap industri keuangan ini hanya 50 persen, itu jika kita melihat dari jumlah rekening yang ada, jumlah penabung, jumlah deposito dan jumlah giro.
Hal itu dikemukakan Kepala OJK Provinsi Jambi, Darwisman, di Jambi, Jumat (12/12). Menurut dia, berdasarkan hasil survei, memang pemanfaatan akses masyarakat Jambi terhadap industri keuangan ini hanya 50 persen, itu jika kita melihat dari jumlah rekening yang ada, jumlah penabung, jumlah deposito dan jumlah giro.
Fenomenan ini, kata dia, tentu menjadi hal yang penting bagi
OJK dan industri jasa keuangan di Jambi, agar lebih banyak lagi
mensosialisasikan pentingnya akses perbankan ke masyarakat.
“Kita upayakan lebih banyak lagi mensosialisasikan tentang industri keuangan perbankan ke masyarakat yang tentunya dibantu kawan-kawan media untuk menyebarluaskannya," ujarnya.
Selama ini, ungkapnya, masyarakat Jambi cenderung menyimpan uang di bawah bantal tempat tidur. Namun hal itu tentu saja tidak efektif, sebab jika ada keperluan sedikit saja tentu mereka mengambil uang itu.
“Kita upayakan lebih banyak lagi mensosialisasikan tentang industri keuangan perbankan ke masyarakat yang tentunya dibantu kawan-kawan media untuk menyebarluaskannya," ujarnya.
Selama ini, ungkapnya, masyarakat Jambi cenderung menyimpan uang di bawah bantal tempat tidur. Namun hal itu tentu saja tidak efektif, sebab jika ada keperluan sedikit saja tentu mereka mengambil uang itu.
“Kita akan didik masyarakat kalau bisa nanti mereka
menabung, tentu dari hasil usaha atau dari hasil panen bagi mereka yang
bertani. Selain ditabung kita akan didik mereka untuk berinvestasi,"
katanya.
Di Jambi, kata dia, masih banyak masyarakat yang tinggal
jauh dari akses bank, hal itu tentu saja mempersulit masyarakat dan mengurangi
niat masyarakat untuk menabung.
Data itu, katanya, juga berdasarkan konsultasi OJK dengan
beberapa kepala daerah di Jambi.
“Itu sedang kita jajaki dan monitor, kami dari OJK terus mendorong kawan-kawan industri ini untuk bisa melebarkan sayapnya. Dan kawan-kawan industri keuangan juga harus bisa melihat bahwa masih ada daerah-daerah yang potensial, yang sebenarnya kawan-kawan industri bisa membiayainya. Dari pada harus berkutat di kota Jambi yang mengakibatkan pangsa pasar jadi jenuh dan menyebabkan persaingan," kata Darwis.
“Itu sedang kita jajaki dan monitor, kami dari OJK terus mendorong kawan-kawan industri ini untuk bisa melebarkan sayapnya. Dan kawan-kawan industri keuangan juga harus bisa melihat bahwa masih ada daerah-daerah yang potensial, yang sebenarnya kawan-kawan industri bisa membiayainya. Dari pada harus berkutat di kota Jambi yang mengakibatkan pangsa pasar jadi jenuh dan menyebabkan persaingan," kata Darwis.
Dijelaskannya lagi, tingkat pendidikan dan pemahaman adalah
penyebab utama kurangnya minat masyarakat untuk menabung.
Industri keuangan hendaknya mengeluarkan produk tabungan
sederhana yang tidak ada biaya administrasi, misalnya masyarakat bisa menabung
dalam jumlah berapapun.
“Itu juga tanggung jawab kita untuk mendidik dan meningkatkan pemahaman akan pentingnya menabung agar masyarakat merasakan manfaatnya. Dengan semakin banyak masyarakat menabung, maka masyarakat tersebut sudah semakin pintar mengelola keuangannya," imbuhnya.
“Itu juga tanggung jawab kita untuk mendidik dan meningkatkan pemahaman akan pentingnya menabung agar masyarakat merasakan manfaatnya. Dengan semakin banyak masyarakat menabung, maka masyarakat tersebut sudah semakin pintar mengelola keuangannya," imbuhnya.
Selain itu, tabungan masyarakat oleh industri akan
dioptimalkan dalam rangka disalurkan kembali ke masyarakat di sektor-sektor
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan masyarakat yang membutuhkan.
“Bayangkan, jika satu juta masyarakat menabung dengan Rp10
ribu, berapa perputaran uang yang bisa dioptimalkan. Uang tabungan akan
dihimpun perbankan yang kemudian disalurkan kembali ke masyarakat. Ini adalah
PR besar OJK," tukasnya.(ant/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar