ISTIMEWA/HARIAN JAMBI
EVAKUASI: Harimau Sumatera yang terperangkap jerat babi
hutan milik petani di Desa Bedeng VII, Batang Merangin, Kabupaten Kerinci
dievakuasi tim gabungan beberapa waktu lalu.
|
HARIMAU SUMATERA TERANCAM PUNAH
JAMBI- Makin berkurangnya jumlah populasi Harimau Sumatera terutama
di Provinsi Jambi saat ini tidak hanya disebabkan perburuan liar serta
perdagangan ilegal kulit harimau. Belakangan diketahui Panthera Tigris Sumatraeinibanyak
yang mati di tangan petani.
Para petani di Jambi dan Sumatera secara umum sering
membunuh harimau secara sengaja dengan memasang jerat atau memberikan racun
melalui makanan. Mereka beralasan, pemasangan jerat dan racun ini dilakukan karena
harimau telah masuk ke kawasan perkebunan dan pertanian warga.
Kepala Bagian (Kabag) Humas Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) Provinsi Jambi, Cahya kepada wartawan, Rabu (5/11) kemarin membenarkan
itu. Ia menjelaskan, sebagian besar kematian Harimau Sumatera di Jambi
disebabkan konflik dengan manusia.
Biasanya konflik karimau dengan manusia itu terjadi akibat
masuknya harimau ke kawasan perkebunan dan pertanian milik warga. Untuk
mengatasi gangguan harimau tersebut, kata dia, para petani memilih menjerat dan
meracuni harimau, yang berujung mati.
“Selama dua tahun terakhir, sedikitnya 46 ekor harimau
Sumatera mati akibat konflik dengan manusia. Dua ekor harimau Sumatera mati
terkena jerat beraliran listrik yang dipasang petani di kawasa perkebunan
Kabupaten Tanjungjabung Timur. Kemudian beberapa ekor harimau Sumatera di Jambi
juga ditemukan terluka akibat kena jerat. Para petani sering membunuh harimau
karena serangan harimau sudah banyak memakan korban jiwa,” katanya.
Dijelaskan, selama dua tahun belakangan terjadi 11 kasus
konflik Harimau Sumatera dengan manusia. Konflik tersebut selalu menelan korban
jiwa.
Selain itu, selama satu tahun terakhir, dua orang petani dan
beberapa orang warga terluka akibat serangan harimau di Jambi. Harimau Sumatera
menyerang petani di kawasan perkebunan warga.
Ia menjelaskan, Harimau Sumatera ini sering
masuk ke kawasan perkebunan dan pertanian akibat kerusakan hutan yang selama
ini menjadi habitat satwa langka dilindungi tersebut.
Menurut Cahya, meningkatnya perburuan liar dan pembunuhan
harimau di Jambi menyebabkan populasi Harimau Sumatera terus berkurang.
Berdasarkan data BKSDA Provinsi Jambi, populasi Harimau Sumatera di daerah itu
saat ini hanya tersisa 50 ekor.
Populasi Harimau Sumatera tersebut, kata dia, yakni di
kawasan Taman Nasional Berbak (TNB) Jambi, Taman Nasional Kerinci Seblat
(TNKS), Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Wira Karya Sakti (WKS) Jambi, kawasan
PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) Kabupaten Batanghari, dan di kawasan Taman
Hutan Raya (Tahura) Muarojambi.
Kasubbag Data, Evlap, dan Humas Balai Besar Taman Nasional
Kerinci Seblat (BB TNKS), Hifzon, dikonfirmasi Harian Jambi mengatakan,
berdasarkan data survei pihaknya, jumlah populasi Harimau Sumatera yang hidup
di kawasan TNKS yakni sebanyak 166 individu.
Sementara itu, Koordinator Publikasi Komunitas Konservasi
Indonesia (KKI) Warung Konservasi Informasi (Warsi) Jambi, Sukmareni
mengatakan, upaya-upaya penyelamatan harimau Sumatera perlu terus ditingkatkan
guna menghentikan kepunahan satwa langka dilindungi tersebut.
Penyelamatan harimau Sumatera tersebut dapat dilakukan
dengan memberantas perburuan liar harimau Sumatera dan pencegahan kegiatan
penjeratan maupun pembunuhan harimau oleh petani.
“Saat ini sangat sulit mencegah harimau masuk ke kawasan
perkebunan dan pertanian karena hutan di Jambi semakin rusak. Masuknya harimau
ke perkebunan sangat memudahkan pemburu liar menangkap harimau. Kemudian
harimau yang masuk ke kebun petani juga sering mati terperangkap jerat. Karena
itu perburuan liar dan kegiatanmenjerat harimau ini harus diberantas,”katanya.
Menurut Sukmareni, penyelamatan hutan di kawasan taman
nasional di Jambi juga perlu dilakukan agar harimau tidak sampai kehilangan
habitatnya. Penyelamatan hutan taman nasional di daerah tersebut dapat dilakukan
dengan memberantas pembalakan hutan, menghentikan konversi hutan menjadi kebun
sawit dan menghentikan pembakaran hutan.
Sementara populasi Harimau Sumatera di Taman Nasinal Kerinci
Seblat (TNKS) dikhawatirkan akan terus berkurang, seiring maraknya perburuan
hewan langka di Sumatera tersebut beberapa waktu belakangan.
Meski sudah ada beberapa pemburu, penjual dan penadah
terjerat hukum, namun hal itu tak menjadi efek jera. Buktinya perburuan harimau
Sumatera masih saja marak dan grafiknya cenderung meningkat. (lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar