JOROK: Kondisi Pasar Lopak daging Babi di Pasar Angso Duo
Kota Jambi yang kondisinya jorok dan reot memprihatinkan. Lapak hak guna pakai dibayar
Rp 2,5 juta dengan retribusi Rp 56 ribu per bulan. Dari awal 35 pedagang daging
babi di sana, kini tersisa 15 pedagang. Pembeli sepi karena enggan masuk ke
lapak tersebut akibat jalannya berkubang dan bau tak sedap. Foto Rosenman
Manihuruk/HARIAN JAMBI
Rutin Bayar Retribusi Namun Tak Ada Perhatian Pemkot Jambi
JAMBI-Sedikitnya 35 lapak atau tempat berjualan pedagang
daging babi di Pasar Lopak Angso Duo Kota Jambi sangat memprihatinkan. Lapak
pedagang daging babi itu kini menjadi sasaran tempat pembuangan sampah pada
pedagang lain. Bahkan sebanyak 20 pedagang daging babi memilih pindah karena
kondisi lapak yang jorok, kumuh bau tak sedap.
Ibarat pepatah mengatakan, kebersihan adalah pangkal dari
kesehatan. Maka senatiasa orangtua menganjurkan agar menjaga kebersihan
lingkungan, demi terhindari dari segala penyakit yang bersumber dari tempat
yang kotor.
Salah satu tempat yang semestinya dijaga kebersihan adalah
pasar tradisional, karena pasar tradisional adalah pusat pemasaran barang
makanan, baik yang siap saji maupun yang masih mentah.
Namun lain halnya di kawasan pasar tradisional Angso Duo
Jambi yang berdampingan dengan Pasar Lopak, Kota Jambi. Salah satu sudut paling
kiri Pasar Lopak Agso Duo Jambi, adalah tempat pedagang daging babi yang
notabene etnis Tionghoa.
Ali Ayong (37) salah seorang pedagang daging babi di Pasar
Lopak Angso Duo, Kota Jambi, kepada Harian Jambi, Senin (17/11) mengatakan,
kondisi lapak mereka hingga kini masih memprihatinkan.
Lapak tidak terawatt, kebersihan tak terjaga, kondisi lantai
lapak becek, dindink lapak kropos, atap lapak bocor. Begitulah sekilah kondisi
lapak pedagang daging babi di pasar itu.
“Lapak ini hak guna pakai dengan bayar dulu Rp 2,5 juta.
Kemudian retribusi Rp 56 ribu sebulan. Namun hingga kini kondisi lapak kami
memprihatinkan. Dari 35 pedagang daging babi di sini dulu, kini tinggal 15
orang. Pembeli sepi karena enggan masuk ke lapak kami akibat jalannya berkubang
dan bau tak sedap,” kata Ali Ayong.
Disebutkan, sejak dibangun sekitar tahun 1999, sampai saat
ini belum tersentuh oleh renovasi. Sungguh memperhatinkan kondisi pasar Lopak
yang sepertinya pasar yang terisolasi dari pasar tradisional yang ada di Kota
Jambi.
Selain tumpukan sampah, di dalam pasar Lopak tidak
berfungsinya drainase serta tidak ada penerangan listrik, disamping itu lantai
dan atap pada berlobang. Bila musim hujan pasar tersebut mengalami banjir.
“Sejak menempati pasar Lopak Angso Duo tahun 1999 belum ada
perbaikan dari Pemerintah Kota Jambi. Padahal kami bayar retribusi. Namun
hingga kini terus dibiarkan dengan kondisi yang memprihatinkan seperti ini,”
kata Aman Liem, pedagang daging babi lainnya sembari menunjuk atap lapak
berlobang-lobang.
Kata Aman Liem, sudah 15 tahun tidak diperhatikan
Pemerintah dan ditambah sejumlah pungutan liar (pungli). Pedagang Pasar Lopak
Angso Duo Kota Jambi sangat mengharapkan agar kondisi ini segera diperhatikan
Pemerintah Kota Jambi. (lee)
Alhamdulillah semoga atas bantuan ki witjaksono terbalaskan melebihi rasa syukur kami saat ini karna bantuan aki sangat berarti bagi keluarga kami di saat kesusahan dengan menanggun 9 anak,kami berprofesi penjual ikan di pasar hutang saya menunpuk di mana-mana sempat terpikir untuk jadikan anak bekerja tki karna keadaan begitu mendesak tapi salah satu anak saya melihat adanya program pesugihan dana gaib tanpa tumbal kami lansung kuatkan niat,Awalnya suami saya meragukan program ini dan melarang untuk mencobanya tapi dari yg saya lihat program ini bergransi hukum,Saya pun tetap menjelaskan suami sampai dia ikut yakin dan alhamdulillah dalam proses 1 hari 1 malam kami bisa menbuktikan bantuan aki melalui dana gaib tanpa tumbal,Bagi saudara-saudaraku yg butuh pertolongan silahkan
BalasHapushubungi Ki Witjaksono di:O852-2223-1459
supaya lebih jelas
Kunjungi juga blog klik-> PESUGIHAN TANPA TUMBAL