Halaman

Senin, 10 Februari 2014

Rumah Ini Pertahankan Ukiran Khas Jambi



Di Era Modern
Seperti halnya kediaman miliki Sutomo di kawasan Seberang Kota Jambi ini.Foto Ririn
Desain dan motif rumah kini semakin beragam. Nuansa rumah yang dipilih biasanya, lebih cenderung ke arah yang simpel dan minimalis. Apalagi di perkotaan, rumah dengan desain dan ukiran bermotif khas lokal semakin sulit dijumpai. Namun, rumah dengan nuansa budaya lokal di Jambi ini belum musnah sepenuhnya.

RIRIN, Jambi
Siapa yang tidak menginginkan rumahnya menjadi idola sebagai hunian yang nyaman. Apalagi jika rumah tersebut juga sebagai salah satu upaya untuk melestarikan budaya asli daerah. Salah satunya adalah rumah yang berdesain dengan ukiran-ukiran khas Jambi. Selain mempercantik, desain tersebut juga menjadi pesan yang disampaikan melalui seni yang berupa dalam ukiran berbagai bentuk.
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Begitu dengan model desain rumah. Tidak hanya menyorot yang modern, tetapi rumah yang mempertahankan keaslian juga mendapatkan perhatian. Salah satunya adalah rumah Sutomo, yang beralamat di Seberang Kota Jambi.
Seperti dengan di daerah lain, kawasan Seberang Kota Jambi merupakan bagian tidak terpisahkan dari daerah yang  memiliki arsitektur bangunan rumah tempat tinggal yang unik dan spesifik. Bahkan cenderung untuk mempertahankan bangunan rumah model lama. Seperti halnya kediaman miliki Sutomo di kawasan Seberang Kota Jambi ini.
“Rumah saya ini didirikan sejak tahun 1982, di mana pada waktu almarhum orangtua saya memang asli orang Seberang. Jadi saya selaku anak tunggal disuruh menjaga rumah ini, jadi saya sebagai penerima rumah ini ya harus menjaganya,” ungkapnya kepada Harian Jambi.

Bahkan Sutomo juga mengatakan bahwa orang di sekitar Seberang, apalagi warga yang asli dan menetap di situ memang tidak terlalu suka ornamen hiasan rumah yang seakan-akan dicetak masal oleh pabrik. Karena sebagaian dari mereka kurang menyukai bentuknya yang tidak unik dan tidak natural. Oleh karena itu, tidak heran jika masyarakat Seberang lebih memilih model rumah seperti zaman dulu. Walaupun pada dasarnya banyak juga masyarakat Seberang yang mempunyai desain rumah yang lebih modern.
Selain itu, masyarakat Seberang juga lebih banyak yang menyenangi hiasan patung atau ukir-ukiran khas daerah. Kursi dan meja kayu berukir atau kursi dan meja yang terbuat dari bambu atau rotan sebagai penghias interior rumah mereka. Bahkan terkadang interior pun tak luput dari sentuhan anyam-anyaman bambu, kain berpola batik ataupun kain tenunan berpola tradisional sebagai penghias interior rumah. Hal ini dikarenakan bentuknya yang unik dan beragam, serta pola-polanya yang cantik dan elegan.

Inspirasi dari Flora dan Fauna
Rumah Sutomo ini, sejak dibangun hingga sekarang tetap berbentuk empat persegi panjang. Bangunan rumah tersebut dibuat dalam ukuran 9 x12 meter, dengan menggunakan kayu ulim yang banyak tumbuh di daerah Jambi. Untuk merangkai kayu-kayu pada bagian rumah, Sutomo mengandalkan teknik tradisional, seperti teknik tumpuan, sambung kait dan pengait menggunakan pasak.
Keunikan bangunan rumah Sutomo terletak pada struktur konstruksi dan ukiran yang menghiasi bangunan. Konstruksi bangunan terdiri dari beberapa bagian, seperti, bubungan atap dibuat seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas yang sering disebut lipat kejang atau potong jerambah.
Kemudian masinding dinding, terbuat dari papan yang diukir. Ada juga pelamban yang merupakan bangunan tambahan yang dipergunakan untuk ruang tunggu bagi tamu yang baru datang sebelum diizinkan masuk oleh tuan rumah. Pintu pada rumah Sutomo ini terdiri dari 3 pintu, yaitu pintu tegak, pintu masinding dan pintu balik melintang.
Bangunan rumah milik Sutomo menjadi lebih indah dengan adanya hiasan beraneka ragam motif ukiran khas masyarakat Jambi. Motif ukiran pada rumah panggung tersebut diinspirasi dari aneka ragam flora dan fauna. Untuk motif flora antara lain motif bungo tanjung (bunga tanjung), tampuk manggis, dan bungo jeruk (bunga jeruk).
Motif bungo tanjung bisanya diukir pada masinding dinding bagian depan, sementara motif tampuk manggis bisanya diukir pada bagian atas pintu masuk. Untuk motif ukiran bungo jeruk, diukir pada bagian luar rasuk (belandar) rumah. Sementara itu, motif ukiran fauna hanya menggunakan satu motif ukiran saja, yaitu motif ikan. Motif ikan diukir pada bagian bendul (jendela) gaho dan pada pintu balik melintang.
 Desain dengan Nuansa Alami
Dalam hal ini, para pecinta ukiran selalu menjadikan ukiran sebagai salah satu keunikan untuk menghiasi rumahnya. Hal ini disebabkan karena, ukiran yang memiliki tingkat kerumitan yang tinggi akan menjadikan daya tarik tersendiri bagi pemiliknya.
“Untuk ukirannya sendiri, saya mesan dengan tukang ukira yang ada di Jambi tapi kalau dipikir harga antara ukir kayu dengan desain yang lain itu juga sama karena ukiran dari bahan kayu yang bagus memiliki harga yang cukup tinggim karena bisa lebih tahan lama,” ujar ayah dari tiga anak ini.
Ukir-ukiran yang ada dalam rumah Sutomo seringkali menampilkan unsur flora yang mampu memberikan suasana nyaman dan menenangkan pada rumah. Apalagi sekarang ini, kesadaran hidup lebih ramah lingkungan sedang sangat gencar melanda perkotaan-perkotaan besar. Prinsip back to nature pun menjadi semakin penting, bagi mereka yang tinggal di perkotaan. 
Sehingga selain menciptakan rumah yang hemat listrik dan memiliki daerah terbuka hijau yang luas, mereka juga kebanyakan menginginkan suasana alami dalam rumah dengan adanya hiasan kayu, bambu, tumbuhan. Atau sekedar kain-kain dengan gambar bunga dan tanaman pangan. Warna dinding pun kebanyakan dibuat sealami mungkin mendekati warna alam, seperti cokelat kayu atau hijau daun misalnya.
Oleh karena itu, untuk menciptakan suasana alami tradisional pada interior rumah, Sutomo juga menggunakan hiasan ukiran tradisional khas daerah atau gunakan lampu-lampu kontemporer dengan sentuhan ukir kayu atau batu alam. Selain itu juga menggunakan furnitur-furnitur terbuat dari kayu, bambu atau rotan dengan kain-kain berpola batik, tribal, atau tenun pada sarung bantal, seprai, tirai dan wallpaper.
“Tapi hindari penggunaan terlalu banyak ornamen tradisional, jika kita menyukai yang lebih sederhana. Karena hal itu akan membuat rumah terlihat terlalu mencolok dan ramai. Sebaiknya padukan ornamen tradisional dengan warna-warna netral, seperti putih polos maka akan lebih terlihat suasana tenang dan lembut pada ruangan,” jelasnya.

Nilai Seni dan Estetika yang Tinggi
Bentuk-bentuk rumah yang memiliki desain dengan ukiran khas bisa memilki nilai seni, baik dilihat dari segi bangunan dan juga nilai estetika yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena rumah tersebut memiliki bentuk yang unik dan indah sehingga rumah dengan desain ukiran khas Jambi, bisa menjadi salah satu pilihan bagi para pecinta seni.
Akan tetapi, seiring perkembangan zaman dan akibat kebudayaan asing dan juga desain modern yang masuk, rumah-rumah yang memiliki ukiran desain kayu pun tidak begitu banyak. Kecuali di daerah Seberang tersebut. Bahkan, jika di daerah perumahan kota, sepertinya jarang sekali terlihat rumah dengan ukiran kayu.
“Kalau untuk perumahan di kota, hampir seluruh penghuninya memang membangun rumah-rumah mereka dengan model desain seni bangunan luar negeri seperti amerika dan eropa. Karena mereka memang melihat dari segi modifikasi yang lebih modern,” ujar Muhadi selaku penghuni rumah di daerah perkotaan Kota Jambi.
Jarang sekali yang menggunakan bentuk desain seni bangunan rumah dengan ukiran khas Jambi. Walaupun pada dasarnya bangunan desain rumah dengan ukiran khas tersebut menjadi salah satu seni bangunan. Seninya pun banyak, apalagi jika ukiran-ukiran itu memang dibentuk sesuai dengan motif khas Jambi, seperti model perahu dan yang lainnya.
Padahal jika dilihat secara resmi, corak arsitektur bangunan seperti kantor-kantor pemerintahan yang ada di Jambi itu juga menggunakan ukiran-ukiran khas Jambi. Karena memang ada nilai seni yang khas tersendiri.

Susunan dan Fungsi Ruangan
Rumah ini dibuat dari bahan kayu Bulian yang diambil langsung dari Jambi. Bentuk desain rumah terdiri dari serambi depan, serambi belakang dan ruang utama. Serambi depan untuk menerima tamu, serambi belakang untuk rapat adat dan ruang utama untuk kepentingan keluarga dan dapur. Di belakang ruang utama terdapat blubur, ruang terpisah untuk menyimpan hasil pertanian.
Terdapat desain konstruksi dan ukiran yang cukup unik. Pada bagian atap atau bubungan dibuat seperti perahu dengan ujung bagian atas melengkung yang bisa disebut lipat kejang atau potong jerambah. Selain itu terdapat juga Kasau Bentuk yakni atap bagian atas yang berfungsi untuk mencegah air hujan agar tidak masuk ke rumah.
Terdapat pula bagian yang dinamakan tebar layar yang berfungsi sebagai dinding penutup ruang atas yang menahan rembesan air hujan. Terdapat pula pelamban yakni bagian bangunan yang digunakan untuk ruangan tunggu bagi tamu yang datang sebelum diizinkan masuk oleh tuan rumah. Dinding rumah pun dibuat dari papan yang diukir yang bisa disebut masinding.
“Sebenarnya kalau untuk susunan rumah itu kan bisa disesuaikan dengan keinginan masing-masing individu. Tapi kalau untuk di rumah saya ini, modelnya memang seperti ini, hanya direnovasi tanpa mengubah bentuk asli,” ujar Sutomo.
Namun untuk pemesana ukiran tersebut Sutomo langsung berhubungan dengan tukang ukir jayu yang beralamat di daerah Kotabaru. Hal ini disebabkan karena belum tentu semua orang bisa membuat ukiran khas Jambi yang tergolong tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit juga. Oleh karena itu, susunan ukiran yang ada dalam rumah pun disesuaikan dengan penempatan masing-masing.

Ragam Motif Hias
Bangunan rumah Sutomo memang cenderung lebih banyak dihiasi dengan beberapa motif ragam hias yang berbentuk ukir-ukiran. Motif ragam hias di sana adalah flora (tumbuh-tumbuhan) dan fauna (binatang). Motif ragam hias tersebut dimaksudkan untuk memperindah bentuk bangunan dan sebagai gambaran bahwa di sana banyak terdapat tumbuh-tumbuhan.
“Untuk motif flora yang digunakan dalam ragam hias ukiran rumah itu antara lain adalah motif bungo tanjung, motif tampuk manggis dan motif bungo jeruk karena motif itu terlihat lebih elegan dan natural, jadi enak kalau dilihat,” papar Sutomo.
Bahkan Sutomo juga menjelaskan motif bungo tanjung akan lebih bagus diukirkan di bagian depan masinding. Motif tampuk manggis juga di depan masinding dan di atas pintu, sedang bungo jeruk di luar rasuk (belandar) dan di atas pintu. Ragam hias tersebut dibuat dengan motif yang berwarna-warna natural.
Adapun motif fauna yang digunakan dalam ragam hias adalah motif ikan. Ragam hias yang berbentuk ikan sudah distilir ke dalam bentuk daun-daunan yang dilengkapi dengan bentuk sisik ikan. Motif ikan dibuat tidak berwarna dan diukirkan di bagian bendul gaho serta balik melintang.
Sutomo juga mengungkapkan, bahwa tak ada keinginan dari dirinya untuk mengubah wujud rumah, kecuali mengganti atapnya menjadi seng, sekadar alasan kepraktisan.
“Kalau atap dari rumbia harus diganti terus tiap dua atau tiga tahun sekali karena penggunaan seng itu lebih awet,” tuturnya.
Bahkan Sutomo mengaku bangga dengan rumah yang dimilikinya. Rumah yang masih kokoh ditempati bersama istri dan anak-anaknya tersebut, kini sering menjadi tempat studi kalangan mahasiswa, peneliti, atau pejabat daerah yang ingin mengenal lebih jauh tentang rumah dengan ukiran khas Jambi.(*/poy) (SUMBER HARIAN JAMBI-TEMATIK EDISI SENIN 10 FEB 2014)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar