Hadirnya
kalkulator, memanjakan pelajar untuk dapat menghitung dengan cepat tanpa
berpikir. Namun ada cara lain yang bisa digunakan agar otak anak tetap terasah.
Hal tersebut adalah melatih berhitung dengan aritmatika sempoa.
KAHARUDDIN, Jambi
Banyak hal yang harus dilakukan orang tua untuk meningkatkan mutuh pendidikan anaknya.
Mental aritmatika adalah suatu program yang dapat membuat seorang anak mampu menghitung dengan cepat, tanpa bantuan alat apapun.
Menghitung
menggunakan teknik aritmatika dalam hal ini hanya membutuhkan daya ingat yang
kuat. Menghitung aritmatika hanya semata-mata menggunkan pikiran dan otak. Tingkat
kecepatan menghitung dengan pola aritmatika dapat tiga kali lebih cepat dari mesin
hitung elektronika atau biasa dikenal dengan sebutan kalkulator.
Neti,
Pemimpin Yayasan Aritmatika Indonesia Cabang Jambi, yang beralamat di Jalan
Gajah Mada Jelutung Kota Jambi ini mengatakan, selai digunakan untuk dapat
menghitung dengan cepat, aritmatika ini juga dapat membentuk karakter anak.
Selanjutnya, juga dapat mengoptimalkan kemampuan dan potensi otak anak.
Kemudian,
dapat membentuk sifat dan keperibadian anak dalam masa pertumbuhan, membina minat
anak pada pelajaran matematika dan membuat lingkungan sekolah menjadi menarik
bagi anak.
"Mental
aritmatika memberdayakan otak kiri dan kanan. Hal itu sangat membantu dalam
rangka pencapain prestasi yang lebih tinggi serta mempunyai olah pikir yang
kreatif," ujarnya.
Dikatakannya,
bahwa yang mengikuti kursus mental aritmatika ini pun beragam. Ada yang dari
TK, SD dan SMP. Namun, kebanyakan yang mengikuti kursus adalah anak-anak SD. Untuk
usia yang dibolehkan mengikuti kursus mental aritmatika ini, usia efektif
adalah dari usia 6 hingga 12 tahun. Usia ini dikatakan efektif, karena pada
usia tersebutlah pola pikir anak akan terbentuk.
“Pada
usia ini, pemikiran anak belum terlalu padat. Sehingga masih sangat mudah
menghafal dan menerima apa yang diajaarka oleh gurunya. Jika sudah berusia lebih
dari 12 tahun, anak-anak sudah susah untuk mengingat, apalagi pemikiran mereka
hanyalah bermain," ujarnya.
Alat Bantu Sempoa
Pada tahap awal latihan mental aritmatika memakai alat bantu sempoa (abacus)
atau nyata, yang sudah dimodifikasi dengan biji 1:4, yang mempunyai bentuk,
bunyi dan warna. Kemudian, beralih pada sempoa bayangan yang tidak memiliki
bentuk bunyi dan warna.
Setelah
anak menghapal semua bilangan yang ada pada sempoa, maka anak-anak tidak lagi
menghitung menggunakan sempoa. Anak cukup membayangkan sempoa kemudian
menjumlahkan soal yang ada dihadapannya.
"Jadi
setelah anak menghafal isi sempoa, anak tidak lagi perlu menggunakan sempoa. Cukup
membayangkan sempoa dalam menjumlahkannya," paparnya.
Aktifkan Otak Kiri dan Kanan
Kedua
belah otak manusia memiliki fungsi masing-masing. Otak kiri, berfungsi sebagai sequence (mengikuti aturan), analysis (analisa), linear (terarah/lurus), maths
(matematika), language (bahasa), word of songs (kata-kata dalam lagu), verbal (perkataan), faacts (kenyataan), think of words (berfikir dengan
kata-kata), computation (penghitungan),
logic (Logika).
Sementara,
otak kanan berfungsi sebagai wholistic
(menyeluruh), intuition (faham tanpa
berfikir), creative (kreatif), arts-motor skill (seni), rhytm (ritme/ irama),
tune of songs (irama dan lagu), non verbal (tanpa perkataan), feeling (perasaan),
think of picture (berfikir dengan
gambar), daydreaming (angan-angan), imagination (imajinasi).
Dalam
hal ini, otak kiri lebih cenderung digunakan oleh anak, tanpa memanfaatkan otak
kanan. Dengan latihan aritmatika ini, seorang anak akan dilatih untuk
memfungsikan keduanya.
Selain
dapat mengitung dengan tepat dan cepat, belajar mental aritmatika ini juga
dapat membantu kelancaran anak dalam menyerap mata pelajaran lainnya. Karena,
melalui latihan ini, anak akan didorong untuk dapat memfungsikan otak kanan
dengan baik. Sehingga, pelajaran apapun yang dipelajarinya akan muda meresap ke
dalam otak anak.
“Karena
biasanya otak kanan sangat jarang digunakan. Dengan belajar mental aritmatika,
maka semua akan difungsikan. Dengan demikian, daya pikir anak akan terbuka dan
daya ingat anak menjadi kuat. Jadi banyak sekali manfaat belajar mental
aritmatika ini," ujarnya.
Dengan memfungsikan otak kanan dengan baik, ini akan berguna bagi masa depan anak. Karena dengan memfungsikan otak kanan, anak dapat lebih cepat menghitung dalam negosiasi bisnis atau usaha. Selanjutnya, seseorang tersebut juga akan lebih cepat menganalisa laporan dalam angka. Misalnya laporan keuangan biaya penjualan, biaya produksi dan yang berkenaan hal berhitung lainnya. Anak menjadi lebih percaya diri, lebih tekun dan lebih kreatif dalam menciptakan ide-ide.
"Anak-anak
yang mengikuti kursus mental aritmatika ini mempunyai pemikiran yang cemerlang,
dan cerdas," tegasnya.(*/poy)
****
Terapkan Mental Aritmatika
Aritmatika memang cenderung terhadap pelajaran matematika. Namun, mental aritmatika bukanlah matematika secara umum.Syafrida, Mentor Mental Aritmatika mengatakan, bahwa pada latihan mental aritmatika tersebut, hanya akan mengajarkan penambahan, pengurangan dan pekalian matematika saja. Matematika umum yang lengkap seperti adanya pembelajaran terkait bilangan pecahan dan lain sebagainya tidak diajarkan didalamnya.
Mental
aritmatika dalam hal ini, difokuskan untuk dapat memperkuat daya ingat anak. Kemudian,
anak dapat berkonsentrasi dalam belajar. Dengan belajar mental aritmatika, anak-anak
tidak lagi takut dengan pelajaran matematika.
"Dengan
belajar mental aritmatika sempoa, anak cenderung lebih berprestasi dibandingkan anak
yang tidak ikut kursus mental aritmatika," ujarnya.
Proses pembelajaran mental aritmatika sama seperti pembelajaran lainnya. Dalam latihannya, tetap menggunakan system taatp muka. Namun yang membedakan adalah alat-alat mengajarnya. Dalam mental aritmatika ini, alat yang digunakan adalah sempoa.
Metode
yang digunakan adalah metode langsung, yaitu face to face. Di dalam satu ruangan makasimal siswa hanya 10 orang.
Karena jika terlalu banyak, akan susah untuk diatur.
“Jadi
efektifnya mengajar itu sebanyak 10 anak per local. Mental aritmatika juga seperti
sekolah pada umumnya. Dan kursus mental aritmatika ini ada 10 tingkatan. Setiap
tingkatan kurang lebih dari 3 bulan, dan diajarkan seminggu satu kali dalam 2
jam," ujarnya.
Kunci Pendidikan Matematika
Dikatakan
Rini Warti M SI, Dosen Matematika di IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi,
pengenalan angka pada anak, seharusnya sudah diperkenalkan sejak usia dini,
terutama di kalangan keluarga. Menurutnya, kunci untuk belajar matematika ini
berasal dari perkalian. Jika anak-anak memahami perkalian, maka semua materi
matematika akan mudah dipelajari.
Namun
yang menjadi permasalahan saat ini, banyak anak yang kurang memahami pekalian,
bahkan nyaris lemah diperkalian. Jika dibandingkan pada zaman dulu, anak-anak
SD kelas satu sampai kelas 3 diwajibkan menghafal perkalian. Jika tidak hafal
maka anak akan dihukum.
“Tapi
sekarang sistem menghukum anak sudah tidak diperbolehkan lagi, bahkan
diwajibkan menghafal perkalianpun tidak. Akibanya, anak-anak banyak yang tidak
hafal perkalian. Jangankan yang SD, di kalangan mahasiswa saja masih banyak
yang tidak hafal," ungkapnya.
Menghadapi
hal tersebut, telah banyak lembaga bimbingan belajar yang tersedia, untuk
membantu anak dalam mengatasinya. Namun bimbingan tersebut seolah hanya untuk
beberapa kalangan saja. Karena biaya yang dikeluarkan untuk bimbingan tersebut
pun tergolong mahal.
“Sekarang
ini sudah banyak dibuka bimbingan-bimbingan belajar atau kursus menghitung
dengan cepat seperti sempoa, mental aritmatika sempoa dan lain sebagainya.
Namun tidak semua kalangan masyarakat bisa memasukkan anaknya kursus di sempoa
atau aritmatika, karena memasukkan anak kursus butuh uang lebih. Jadi bagi
masyarakat yang tidak mempunyai biaya, dianjurkan untuk mengenalkan penghitungan
kepada anak-anak di rumah. Seperti menghitung permen satu ditambah satu sama
dengan dua permen. Anak seharusnya diperkenalkan menghitung karena angka itu
adalah ilmu pasti," ujarnya.
Dilanjutkannya, bahwa aritmatika seharusnya telah diperkenalkan kepada anak sejak usia dini. Ini bertujuan, untuk dapat mempermudah anak ketika telah menginjak bangku sekolah. Anak tidak lagi diperkenalkan dengan angka, namun sudah dapat diperkenalkan dengan metode berhitung.
“Namun
untuk pengenalan angka lebih di tekannka di TK dengan cara mewarnai buah.
Berbeda dengan zaman dulu, pengenalan angka dilakukan di kelas satu SD. Dulu
belajar menghitung menggunakan lidi tapi sekarang tidak lagi," katanya.
Dalam hal ini, Guru Matematika juga harus bisa membaca situasi dan kondisi siswa di kelas. Jika ternyata guru mengajar dalam satu kelas tidak mengetahui kondisi anak, maka anak akan susah untuk menangkap pelajaran.
Di
kalangan siswa-siswi juga mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda. Jadi, guru
dituntut untuk benar-benar membimbing anak-anak belajar matematika, dan terus
mengulangnya hingga siswa mengerti dan faham atas apa yang diajarkan.
"Guru
juga harus berperan aktif untuk pembelajaran matematika bagi anak yang tidak
ikut kursus sempoa, arimatika, dan lain-lain," ujarnya.(khr/poy) (HARIAN JAMBI EDISI CETAK SELASA 18 FEB 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar