Jambi, Batak Pos
Karena tidak terima dengan perlakuan seorang oknum dosen yang diterima anaknya, orang tua dan belasan anggota keluarga mendemo Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) dan Akademi Keperawatan (Akper) Prima Jambi. Dosen Nurliana Karo Karo dan Nia Nurzia melakukan perbuatan tak terpuji itu karena YT dan MW kepergok keluar asrama tanpa izin.
YT dan MW dipaksa membuka jilbab dan celana yang mereka pakai. Kemudian keduanya disuruh memakai celana pendek. Lalu, mereka dipaksa berdiri di luar ruangan untuk disaksikan oleh banyak orang, termasuk oleh mahasiwa dan dosen laki-laki.
Kepada pers, Jumat (16/12) YT dan MW mengaku bersalah. Keduanya terpaksa keluar dari asrama Jumat (09/12) lalu karena harus menjemput uang belanja. Mereka nekat meninggalkan asrama sekitar pukul 05.00 WIB dengan memakai pakaian dinas.
“Kami keluar karena ingin menjemput uang untuk belanja kami. Setelah mengambil uang belanja, pada siang sekitar pukul 11.30 WIB, karena lapar kami langsung pergi makan martabak malabar di Kampung Manggis. Namun saat itu salah satu dosen melihat kami di sana,”kata YT.
Namun, keduanya menyayangkan bentuk hukuman yang diberikan. Seharusnya bentuk hukumannya sesuai dengan peraturan yang ada. Karena tidak terima, akhirnya mereka menghubungi orang tuanya dan menceritakan apa yang dialami. Mendapat informasi dari anaknya, kedua orang tua MW dan YT bersama warga lain langsung mendatangi kampus STIKES dan AKPER Prima Jambi untuk mempertanyakan perlakuan yang diterima anaknya, Kamis (15/12).
Pertemuan berlangsung panas memaksa Kapolsek Jambi Selatan Kompol Ali Sadikin dan Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Jambi Rasdi turun tangan menengahi persoalan.
Dalam pertemuan yang difasilitasi Kapolsek dan anggota dewan, orang tua YT dan WM meminta agar dua dosen yang menelanjangi anaknya diberhentikan. Namun, tuntutan ini ditolak oleh pihak kampus. Setelah melalui pertemuan alot hingga pukul 14.00 WIB, akhirnya diperoleh kesepakatan untuk berdamai.
Nuradien Manik, Pembantu Ketua I Bidang Akademik, enggan berkomentar ketika diwawancarai. “Tadi sama-sama sudah didengarkan, itulah hasil keputusan dan hanya itu yang bisa saya jawab,”katanya sembari berlalu.
Kapolsek Jambi Selatan Kompol Ali Sadikin menyatakan karena kedua pihak telah bersepakat untuk damai, maka persoalan tidak perlu dibawa ke ranah hukum.
Natal STIKES dan AKPER Prima Jambi
Meski kasus pelecehan dua mahasiswi STIKES dan AKPER Prima Jambi itu merebak, perayaan Natal Bersama STIKES dan AKPER Prima Jambi tetap berjalan aman dan penuh hikmat di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Kotabaru Jambi, Kamis (15/12) malam.
Perayaan Natal yang mengangkat Tema “Hendaklah Pinggangmu Terikat dan Pelitamu Tetap Menyala” (Lukas 12:35) dan Subtema “Dengan perayaan natal ini, hendaklah kita tetap sejalan dalam iman dan menjadi penerang bagi dunia”, dihadiri sekitar 500 mahasiswa-mahasiswi STIKES dan AKPER Prima Jambi.
Dalam pesan natal yang disampaikan Pendeta GKPS Resort Jambi, Pdt Jhon Ricky R Purba STh, agar mahasiswa-mahasiswi STIKES dan AKPER Prima Jambi dapat menjadi terang dan garam dunia.
Pdt Jhon Ricky R Purba STh juga meminta agar mahasiswa tidak melakukan apa yang dilakukan Sondang Hutagalung (aktivis mahasiswa Universitas Bung Karno) yang membakar diri di depan istana sebagai bentuk protes terhadap pemerintah.
“Masih ada cara-cara yang elegan dan terhormat dalam menyampaikan aspirasi oleh mahasiswa, tidak seperti cara tragis oleh Sondang. Hal itu perbuatan yang tidak disukai Tuhan Yesus Kristus karena bentuk dari keputus asaan. Mahasiswa harus tegar dalam menjalani hidup dengan Kasis Tuhan Yesus Kristus,”katanya.
Perayaan natal bersama STIKES dan AKPER Prima Jambi diisi dengan Liturgis tentang Kelahiran Yesus Kristus serta pujian paduan suara serta puisi dan drama singkat kelakuan muda-mudi masa kini yang kerap masuk jurang dosa. RUK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar