Halaman

Jumat, 25 Agustus 2017

Bunga Megapuspa Mekar di Puncak Jayawijaya Papua Jadi Perhatian Dunia

BERITAKU-Bunga Megapuspa yang mekar di Puncak Jayawijaya Papua (di dunia hanya ada di Papua) yang mekar 33 tahun sekali. Rabu 23 Agustus 2017 Pukul 14.30 WIT terjadi pemekaran. "Kebesaran Tuhan luar biasa bagi umat manusia," demikian dituliskan Duma Fridawaty Simatupang di akun Fbnya.

Salah satu fenomena aneh ini membuat mata terbelalak bagi yang memandang. Konon kabarnya, bunga Megapuspa hanya ada satu di jagad raya ini. 

Hebatnya lagi, bunga langka yang mekarnya hanya sekali dalam waktu 33 tahun ini adanya hanya di Indonesia, tepatnya di Puncak Jayawijaya Papua. 

Dan yang bikin lebih takjub lagi, pada kelopak bunga nan cantik ini terdapat hitungan angka 17, 8 dan 45 simbol dari Kemerdekaan RI. Tak heran jika peristiwa yang bikin takjub ini menjadi viral di media sosial (medsos).

Hingga saat ini belum banyak para peneliti yang melakukan riset khusus tehadap keunikan bunga ini. Sehingga, diharapkan para ahli botani dan biologi dapat mengungkap fenomena unik Bunga Megapuspa tersebut.

Keunikan Bunga Megapuspa, banyak orang menganggap simbol Kemerdekaan Indonesia. Karena kelopaknya melambangkan tanggal HUT Kemerdekaaan RI (17). Putih diatas ada 5: Pancasila, Jumlah yang putih semua: 17, Merah diatas : 8, Jumlah semua kelopak: 45.

Orang menuliskan Bunga ini menyimbolkan Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 yang berlandaskan Pancasila.


Bahkan, keunikan Megapuspa juga dikaitkan dengan Pesona Papua, dan Pesona Indonesia. Karena Papua merupakan salah satu daerah yang indah dari kebhinnekaan nusantara. 

Belum Terkonfirmasi

Viralnya Bunga ini di sosial media, belum ada pihak terkait yang bisa menjelaskan soal Bunga  Nagapushpa ini. Gambar berwarna-warni menyerupai bulu, cambuk atau cacing ini, sebenarnya sebuah Sea Pen, jenis karang. 

Sea Pens beragam dan mirip hewan air. Sea Pens memiliki bentuk keras, kerangka internal dan beberapa bentuk dapat bersinar dalam gelap. Hal ini diidentikkan dengan beberapa warna-warni Laut Pens menghiasi lantai Samudera (lihat gambar di Galeri). 

Menurut kurator zoologi invertebrata di California Academy of Sciences, Gary Williams, Sea Pens (pena laut) tumbuh antara 5 cm sampai 2 meter. Pena laut tunggal seperti semua karang dapat dipandang sebagai koloni atau mereka dapat menjadi individu dengan banyak mulut.

NAGAPUSHPA

Ada juga menuliskan bahwa Nagapushpa adalah kata Sangsekerta untuk Dewadaru pohon (Nagakesara di Telugu Bahasa), yang juga disebut sebagai Ceylon ulin, India naik kastanye, atau kunyit Cobra. 


Dewadaru (pohon Nagapushpa) adalah pohon yang tumbuh lambat. Berat dan kekerasan kayunya sangat terkenal. Pohon ini dibudidayakan untuk tujuan dekoratif karena bentuknya anggun, daun muda dan besar, bunga putih yang harum.

Nagapushpa dapat ditemukan di Timur Himalaya dan Western Ghats India, dimana ia tumbuh hingga ketinggian 1.500 meter. 

Hal ini juga asli daerah basah, bagian tropis Sri Lanka, Thailand, Nepal Selatan, Burma, Indocina, Filipina, Malaysia dan Sumatera, dimana ia tumbuh di hutan cemara, terutama di lembah sungai. Aslinya sebetulnya bunga tidak ada, difoto itu adalah Sea Pen.

Beredar pesan berantai diberbagai group whats app (WA) tentang bunga Naga Puspa yang mekar di Puncak Jayawijaya Papua. Selain jangka waktu mekarnya yang hanya 33 tahun sekali, keunikan bunga ini adalah diantara kelopaknya terdapat hitungan angka-angka 17, 8 dan 45 simbol dari kemerdekaan RI.

Nagapushpam Flower diambil oleh Gordon J. Bowbrick pada tahun 2013. Bunga ini dikaitkan dengan anenomes dan karang lunak. Kendati demikian banyak yang menentang jika bunga ini dikaitkan dengan Nagapushpam Flower. 


Pasalnya, Nagapushpam, Naga Pushpa, dan Naga Pushpam tidak mengacu pada bunga Himalaya nyata yang mekar hanya sekali setiap 36 tahun.

Bunga yang biasa hidup di pegunungan Himalaya ini, kini dapat ditemukan di Pegunungan Jaya Wijaya Papua.

Terkait bunga ini masih banyak yang meyangsikannya. Pasalnya, belum ada yang bisa membuktikan bahwa benar bunga ini mekar 36 tahun sekali, oleh karena itu perdebatan mekarnya bunga ini masih berlangsung hingga sekarang. (JP-Berbagai Sumber/Lee)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar