Halaman

Senin, 12 Oktober 2015

HBA dan Zumi Zola Tak Punya Konsep Penanggulangan Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan di Jambi


Debat Cagub Jambi HBA dan Zumi Zola Sabtu 3 Oktober 2015


Jambi-Warga masyarakat Kota Jambi mengaku kecewa terhadap dua pasangan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) Jambi, Hasan Basri Agus ( HBA) – Edi Purwanto (EP) dan Zumi Zola Zulkifli (ZZZ) – Fachrori Umar. Kekecewaan tersebut mencuat karena kedua pasangan cagub dan cawagub Jambi tersebut tak sedikit pun menyinggung perihal penanggulangan bencana asap dan kebakaran hutan pada debat publik pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 9 Desember 2015. Bahkan keduanya tak memiliki konsep yang jelas soal penanggulangan kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Jambi.

Arlan Subandri (45), warga Paal 8, Kenali Asam Bawah, Kotabaru, Kota Jambi kepada Media Regional, Minggu (4/10) mengatakan, dia sangat kecewa terhadap kedua cagub Jambi karena tidak menyampaikan rasa prihatin dan tidak memberikan solusi terkait bencana asap yang melanda Jambi sejak Juli hingga Oktober ini. Kedua cagub yang mengikuti debat publik cagub peserta pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 9 Desember 2015 tersebut hanya fokus pada penyampaian program - program mereka untuk memenangkan pilkada.


"Hal tersebut menunjukkan bahwa para pejabat di Jambi kurang peduli terhadap masalah asap, kebakaran hutan dan lahan. Rasa kurang peduli tersebut membuat penanggulangan bencana asap dan kebakaran hutan sekarang ini sangat lamban. Kurangnya kepedulian pejabat di Jambi terhadap bencana asap dan kebakaran hutan juga menyebabkan terjadinya bencana asap dan kebakaran hutan serta lahan setiap tahun," katanya.

Sementara itu, pantauan Media Regional pada pelaksanaan debat publik cagub Jambi di Ratu Convention Center (RCC) Kota Jambi, Sabtu (3/10) malam, cagub hanya fokus pada program yang akan mereka usung untuk memenangkan pilkada nanti. Bahkan cagub HBA lebih banyak mengungkapkan keberhasilan pembangunan Jambi selama Dia menjabat Gubernur Jambi lima tahun terakhir.

Ketika moderator debat publik cagub Jambi, Bambang Purwoko dari Universitas Gajah Mada ( UGM) Yogyakarta menyampaikan pertanyaan mengenai penegakan hukum yang adil, kedua cagub Jambi tidak sedikit pun menyinggung tentang penegakan hukum kasus kebakaran hutan dan lahan. Kemudian ketika moderator menanyakan mengenai program pembangunan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, kedua kandidat pun tidak menyinggung tentang penanggulangan asap yang telah menimbulkan banyak dampak negatif bagi masyarakat luas di Sumatera hingga ke luar negeri.

Kedua kandidat lebih banyak memaparkan visi – misi mereka jika terpilih menjadi Gubernur Jambi periode 2016 – 2020. Cagub Jambi nomor urut 1, HBA pada kesempatan tersebut lebih banyak menjelaskan mengenai keberhasilan Jambi melaksanakan program satu miliar satu keamatan (samisake). Melalui program tersebut, Jambi sukes melaksanakan bedah rumah, meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan dan usaha ekonomi keluarga kurang mampu. Kemudian HBA juga memaparkan mengenai keberhasilan pembangunan infrastruktur jalan dan pelabuhan.

Sementara itu cagub Jambi nomor urut 2, ZZZ pada debat publik tersebut lebih banyak memaparkan program peningkatan investasi, percepatan pembangunan ekonomi melalui pembangunan agribisnis serta transparansi pembangunan. Kemudian ZZZ juga mengemukakan pentingnya pemerintahan bersih dan berkualitas untuk mempercepat laju pembangunan serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada warga masyarakat.

"Supaya aparatur pemerintah bisa bekerja lebih profesional dan bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) maka tradisi titip menitip dalam perekrutan pegawai negeri sipil (PNS) harus dihilangkan. Kemudian transparansi pembangunan juga perlu dilakukan melalui pemanfaatan media sosial," katanya. 

Terpisah, Direktur Walhi Jambi, Musri Nauli menyebutkan, KPU kurang tanggap dalam pemberian materi pertayaan terkait dengan situasi lingkungan saat ini yakni kabut asap kepada kedua kandidat cagub. Materi yang ditanyakan hanya fokus kepada pemerintahan dan soal seni budaya. Sementara soal lingkungan diabaikan.

Disebutkan, selama dua bulan Provinsi Riau, Jambi, Sumsel, Kalteng dan Kalbar ditutupi asap. Hingga Oktober 2015, berdasarkan citra satelit WALHI mencatat terdapat sebaran kebakaran 52.985 hektar di Sumatera dan 138.008 di Kalimantan. Total 191.993 hektar. Indeks mutu lingkungan hidup kemudian tinggal 27%.

Kebakaran kemudian menyebabkan asap pekat. Menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) terutama CO2, N2O, dan CH4 yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. NASA memperkirakan 600 juta ton gas rumah kaca telah dilepas akibat kebakaran hutan di Indonesia tahun ini. Jumlah itu kurang lebih setara dengan emisi tahunan gas yang dilepas Jerman.

Sebanyak 25,6 juta orang terpapar asap dan mengakibatkan 324.152 jiwa yang menderita ISPA dan pernafasan lain akibat asap. Indeks standar pencemaran udara (ISPU) melampaui batas berbahaya. Bahkan hingga enam kali lipat seperti yang terjadi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. 12 orang anak-anak meninggal dunia akibat asap dari kebakaran hutan dan lahan. 4 balita di Kalteng, 3 orang di Jambi, 1 orang di Kalbar, 3 di Riau dan 1 orang di Sumsel.

Kualitas udara yang sangat berbahaya juga mengakibatkan anak-anak terpaksa diliburkan dari sekolah. Di Riau, 1,6 juta anak-anak sekolah diliburkan. Di Jambi sudah dua bulan diliburkan. Bahkan di Sumsel, pemerintah baru meliburkan sekolah walaupun status ISPU sudah sangat berbahaya. Penerbangan terganggu di Kalbar dan Sumsel terganggu. Bahkan lumpuh di Riau, Jambi dan Kalteng.  (Asenk Lee)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar