Halaman

Jumat, 03 Juli 2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan I 2015


Jambi, MR-Perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menghasilkan output Rp31,11 triliun dan tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 4,71% (yoy). Akan tetapi melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,5% (yoy)) dan triwulan I 2014 (10,3% (yoy)). Perlambatan pertumbuhan juga terlihat secara triwulanan, dimana pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,98% (qtq) menjadi 0,5% (qtq).

Demikian surat elektronik  Kepala Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Aya Sophia, Rabu (1/7/15). Disebutkan, struktur perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 46,21%, diikuti sektor sekunder sebesar 27,95% dan sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 25,8%. ​


Disebutkan, 5 (lima) sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan I 2015 adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang mencapai 14,1% (yoy) disusul oleh sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 12,0% (yoy), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3% (yoy), sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,2% (yoy) dan jasa lainnya 8,2% (yoy) .​

“Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 17,32% (yoy) di triwulan I 2015 memberikan andil sebesar 11,53% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,06% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,79% (yoy) dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 2,79% (yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I 2015 sebesar 0,14% (yoy),” ujar Aya Sophia.

Pada triwulan I 2015, inflasi kota Jambi tercatat 4,88%(yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (8.72%(yoy)), dan lebih rendah dari inflasi nasional (6,38%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan I dalam tiga tahun terakhir (5,83%(yoy)). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 4,92% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional. ​

Disebutkan, inflasi Kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi administered price yang mencapai 13,4% (yoy). Sumber utama inflasi administered price adalah kenaikan harga BBM jenis Solar dan Bensin pada bulan Maret 2015.

Kenaikan tarif angkutan udara seiring diberlakukannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 91 Tahun 2014 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2014 tentang mekanisme formulasi perhitungan dan penetapan tarif batas atas penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri.

Kemudian kenaikan harga LPG 3 Kg sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan harga LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015. Inflasi inti cenderung stabil di level 3,2% (yoy). Sementara itu, kelompok volatile food justru mengalami deflasi sebesar 0,3% (yoy) yang utamanya disebabkan tren penurunan harga cabai merah sepanjang triwulan I 2015. ​

Perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi 2,57% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (5,38% (qtq). Pergerakan angka deflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar 0,89%, 1,50% dan 0,20%.

Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami deflasi sebesar 2,52% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (5,24% (qtq)) dengan pergerakan angka deflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar 0,53%, 1,33% dan 0,68%. ​

Kinerja perbankan pada triwulan I 2015 secara umum menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan mengalami peningkatan (5,9% (qtq)) dan diikuti dengan peningkatan dana pihak ketiga (3,5% (qtq)) dan kredit (1,2% (qtq).

Hal tersebut menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami penurunan sebesar 256 bps menjadi sebesar 116,85% dari triwulan sebelumnya 119,41%. Penurunan tersebut karena kenaikan kredit lebih kecil dibandingkan kenaikan dana pihak ketiga.

Penyaluran Kredit

Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp336,8 miliar (1,3% (qtq)) yaitu dari Rp26,2 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp26,5 triliun. Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga) pada periode laporan menurun dibandingkan triwulan IV 2014.

Sejalan dengan hal tersebut, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi Jambi juga menunjukkan penurunan. Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,89%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,49%). ​

Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp1,2 triliun, turun 44,3% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara aliran kas masuk (cash inflow) sebesar Rp1,4 triliun, naik signifikan 56,9% (qtq).

Pada triwulan laporan, Jambi mengalami net inflow sebesar Rp160,6 miliar setelah pada triwulan sebelumnya net outflow sebesar 1,3 triliun. Net inflow tersebut pertama kali terjadi sejak tahun 2012. Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,20 triliun, menurun (14,4% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp 2,57 triliun).

Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dari sisi nominal secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun sebesar Rp17,7 triliun (18,7% (qtq)) menjadi Rp77,4 triliun dan volume transaksi menurun tajam sebesar 18.057 transaksi (40,4% (qtq)) dari 44.672 transaksi menjadi 26.615 transaksi. ​
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 mencapai Rp522,6 miliar (terealisasi sebesar 15,9% dari APBD 2015), meningkat 51,9% bila dibandingkan triwulan I 2014. Sementara itu, realisasi belanja pada triwulan I 2015 mencapai Rp420,29 miliar (terealisasi 12,0%). Realisasi belanja tersebut meningkat lebih dari delapan kali lipat jika dibandingkan realisasi belanja triwulan I 2014 sebesar Rp45,9 miliar. ​

Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 61,5%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 ( 25,3% dan 31,5%). ​

Pada bulan Februari 2015, jumlah angkatan kerja di Jambi mengalami peningkatan 122,1 ribu orang menjadi 1,69 juta orang dibandingkan Februari 2014 (1,57 juta orang) sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Februari 2015 adalah 69,92% atau meningkat dibandingkan Februari tahun lalu (66,51%).

Selanjutnya jumlah pekerja di Jambi juga mengalami peningkatan yaitu dari 1,53 juta orang di Februari 2014 menjadi 1,65 juta orang. Namun demikian, jumlah pengangguran juga menunjukkan peningkatan menjadi 46,2 ribu orang dibandingkan Februari 2014 (39,3 ribu) sehingga tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 2,73% dari 2,50%. ​

Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan pada kisaran 3,6%-4,1% (qtq), tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,7%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 5,9% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,7%-8,2%. ​
Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah akan menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Bulan puasa akan menjadi faktor pendorong konsumsi rumah tangga.

Dikatakan, sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin meningkat seiring dengan realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Ekspor diperkirakan akan tumbuh meskipun masih relatif terbatas seiring mulai membaiknya permintaan dan harga CPO global. Kondisi membaiknya perekonomian negara lain seperti Amerika dan Jepang akan membantu ekspor beberapa komoditas, terutama komoditas karet. ​

Inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015 yaitu berada pada kisaran 6,4%-6,9% (yoy) dari sebelumnya 4,88% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food. ​

Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) anomali cuaca; 2) tekanan dari sektor eksternal berupa masih lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation); 3) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa; 4) ekpektasi inflasi yang diperkirakan meningkat sejalan dengan meningkatnya beberapa komoditas administered price dan masuknya bulan puasa. (Asenk Lee)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar