Jadi terkenal, Bripda Taufiq diminta tak seperti Norman
Kamaru
Siapa menyangka pria lulusan Sekolah Polisi Negara (SPN)
2014 itu tinggal di bangunan bobrok berukuran 4 x 7 meter. Bripda Muhammad Taufiq Hidayat (kiri) bersama salah satu
adiknya saat berada di kediaman di Yogyakarta, Rabu (14/1). Anggota dari
Sabhara Polda DIY itu tinggal bersama ayah dan ketiga adiknya di sebuah
bangunan bekas kandang sapi berukuran 4 x 7 meter.
Dua hari ini Bripda Taufiq buruan awak media baik lokal
sampai nasional. Dalam waktu singkat sosoknya pun menjadi terkenal di penjuru
Indonesia. Sampai-sampai Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama terkesan
dan membelikan motor untuk Bripda Taufiq.
Menyadari dirinya menjadi sorotan publik, Bripda Taufiq tidak ingin menjadi kacang yang lupa kulitnya. Meski sudah menjadi terkenal, dia tetap berkomitmen menjadi seorang polisi.
“Insya Allah saya akan tetap jadi diri saya sendiri, Bripda Taufiq," katanya pada wartawan, Kamis (15/1). Sebelumnya fenomena polisi yang mendadak terkenal juga terjadi pada Briptu Norman Kamaru. Saat itu Norman banyak mendapatkan undangan dari berbagai media dan tayangan televisi. Sampai akhirnya dia memutuskan keluar dari Polisi dan menempuh karir sebagai artis.
Menyadari dirinya menjadi sorotan publik, Bripda Taufiq tidak ingin menjadi kacang yang lupa kulitnya. Meski sudah menjadi terkenal, dia tetap berkomitmen menjadi seorang polisi.
“Insya Allah saya akan tetap jadi diri saya sendiri, Bripda Taufiq," katanya pada wartawan, Kamis (15/1). Sebelumnya fenomena polisi yang mendadak terkenal juga terjadi pada Briptu Norman Kamaru. Saat itu Norman banyak mendapatkan undangan dari berbagai media dan tayangan televisi. Sampai akhirnya dia memutuskan keluar dari Polisi dan menempuh karir sebagai artis.
Melihat fenomena tersebut, pimpinan dan teman-temannya berkali-kali menasihati Bripda Taufiq untuk tetap setia pada kepolisian. Sebagai pimpinan Bripda Taufiq, Wadir Sabhara Polda DIY, AKBP Pri Hartono menasihati Bripda Taufiq untuk tetap menjadi dirinya sekarang ini.
“Kamu jangan lupa daratan, jangan sampai kamu meninggalkan
seragam mu. Ingat, karena seragam ini kamu bisa menjadi seperti sekarang ini,
jangan jadi kacang lupa kulit," katanya pada Bripda Taufiq di depan wartawan.
Mendengar nasehat tersebut, Bripda Taufiq pun berjanji tidak
akan berubah. "Siap ndan! Saya janji nggak akan begitu. Insyaallah
ndan!" serunya.
Salah seorang seniornya, Bripda Pirsa pun turut menasihati
Taufiq. "Saya cuma pesan, jangan sampai kamu berubah, jangan sampai kamu
keluar, tetaplah jadi Bripda Taufiq," ujarnya.
“Iya mbak," jawab Bripda Taufiq singkat. Nama Bripda Taufiq mulai menghiasi berbagai media setelah institusinya Polda DIY mengetahui bahwa dia tinggal di kandang sapi. Dia tinggal di sana sudah dua tahun bersama dengan ayah dan tiga adiknya.
“Iya mbak," jawab Bripda Taufiq singkat. Nama Bripda Taufiq mulai menghiasi berbagai media setelah institusinya Polda DIY mengetahui bahwa dia tinggal di kandang sapi. Dia tinggal di sana sudah dua tahun bersama dengan ayah dan tiga adiknya.
Fokus Kerja untuk Keluarga, Bripda Taufiq Pilih Menjomblo
Bagi kebanyakan anak muda seusia Bripda Taufiq, urusan
asmara kerap sumber kegalauan. Namun tidak Bripda Taufiq, dia mengaku ingin
tetap melajang sampai dia bisa membiayai adik-adiknya hingga selesai sekolah.
“Fokusnya membiayai adik-adik sekolah dulu, bisa punya rumah
yang layak untuk tinggal, kasian kalau harus begini terus," katanya saat
berbincang-bincang dengan wartawan, Kamis (15/1).
Bripda Taufiq sendiri mengaku semula memiliki pacar ketika
masih duduk di bangku kelas 3 SMK. Namun saat hendak mendaftar polisi, dia
memutuskan hubungan dengan pacarnya tersebut demi berkonsentrasi pada tes masuk
polisi.
“Sekarang nggak punya, dulu pernah punya tapi saya
putusin," ujar polisi kelahiran tahun 1995 ini.
Untuk urusan gadis pujaan, dia pun tidak memiliki kriteria
khusus. Dia hanya ingin kelak memiliki pasangan yang bisa mengerti dirinya.
"Asal mau sama saya," guraunya.
Dia merasa lebih penting fokus pada keluarganya terlebih
dahulu. Dia berencana dalam waktu dekat ini mencari kontrakan sederhana untuk
ayah dan tiga adiknya.
“Kalau bulan depan sudah gajian kan gajinya di rapel, jadi
kalau cukup saya mau cari kontrakan dulu, biar adik-adik bisa tidur enak, bisa
belajar juga enak," tandasnya.
Bripda Taufiq sendiri sudah tinggal di kandang Sapi bersama dengan ayah dan tiga adiknya selama dua tahun. Karena rumahnya kecil, setiap hari ayahnya harus rela mengalah tidur di luar rumah. Sementara itu Taufik dan adik-adiknya tidur di dalam rumah.
Bripda Taufiq sendiri sudah tinggal di kandang Sapi bersama dengan ayah dan tiga adiknya selama dua tahun. Karena rumahnya kecil, setiap hari ayahnya harus rela mengalah tidur di luar rumah. Sementara itu Taufik dan adik-adiknya tidur di dalam rumah.
Setelah Orangtuanya Cerai, Bripda Taufiq Setahun tak Bertemu
Ibunya
Setelah dua tahun yang lalu ayah dan ibunya berpisah, Bripda
Taufiq, ayahnya dan tiga adiknya tinggal di bekas kandang Sapi di Jongke
Tengah, Sendangadi, Mlati, Sleman. Meski tinggal tengah-tengah kandang Sapi dia
dan adik-adiknya tidak pernah mengeluh.
Setelah tinggal di kandang Sapi, ibunya yang kini tinggal di Bogor beberapa kali datang menjenguk mereka. Terakhir kali dia bertemu ibunya satu tahun yang lalu ketika ibunya datang menjenguk.
Setelah tinggal di kandang Sapi, ibunya yang kini tinggal di Bogor beberapa kali datang menjenguk mereka. Terakhir kali dia bertemu ibunya satu tahun yang lalu ketika ibunya datang menjenguk.
“Satu tahun lebih, ibu kan sekarang di Bogor jadi nggak
ketemu," ujarnya. Meski demikian dia merasa tidak masalah. Selama ini dia juga
berkomunikasi intens melalui pesan singkat dan telepon. "Kadang-kadang
telepon atau SMS," pungkasnya.
Sementara itu, adik-adiknya yang masih kecil kerap menangis
karena rindu dengan ibunya. Saat seperti itu, Bripda Taufiq hanya bisa
menghibur adiknya. “Karena masih kecil, jadi masih kangen, untungnya dia
orangnya aktif dan punya banyak teman jadi cepat lupa," tambahnya.
Terkadang Bripda Taufiq juga membeli sate, makanan favorit
Agus, adiknya yang paling kecil ketika sedang rewel karena kangen ibunya.
Seperti beberapa hari yang lalu, Bripda Taufiq pulang ke rumah membawa sate
supaya adiknya tersebut menjadi senang.
“Kemarin ini ke sini, bawa sate untuk Agus, senengnya kan
sate, jadi dibelikan sama Taufiq biar nggak rewel," ujar Partiyah, nenek
Bripda Taufiq saat ditemui di rumah Bripda Taufiq, Kamis (15/1) siang.
Setelah orang tuanya bercerai, Bripda Taufiq memutuskan untuk
tinggal bersama bapaknya. Dia pun melarang adik-adiknya untuk tinggal bersama
ibunya. “Saya punya alasan pribadi, tidak perlu diceritakan. Yang
jelas yang bertanggung jawab dengan keputusan saya, saya juga yang mengurus
adik-adik," tandasnya.
Ahok telepon Bripda Taufiq karena terharu perjuangannya jadi
polisi
Luar biasa perjuangan Bripda Taufiq, anggota Sabhara Polda
Jateng. Hidup dalam keluarga yang sederhana tak membuatnya patah semangat
menggapai cita-cita menjadi keluarga besar Korps Bhayangkara.
Kisah Bripda Taufiq rupanya menyentuh hati Gubernur DKI
Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Melalui ajudannya, Ahok, sapaan Basuki,
menelepon Taufiq. Pada wartawan, Ahok hanya ingin berbincang karena menaruh
simpati pada perjuangannya.
“Saya cuma lihat berita itu, saya minta nomor teleponnya Bripda Taufiq. Kasihan. Saya telepon dia nggak angkat, mungkin nggak tahu nomor telepon saya. Saya suruh orang saya teleponin," kata Ahok, di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (15/1). Ahok mendapatkan nomor itu dari Wakapolda Jateng, Brigjen Imam Sugianto. "Saya sudah dapat nomornya," tambahnya.
“Saya cuma lihat berita itu, saya minta nomor teleponnya Bripda Taufiq. Kasihan. Saya telepon dia nggak angkat, mungkin nggak tahu nomor telepon saya. Saya suruh orang saya teleponin," kata Ahok, di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (15/1). Ahok mendapatkan nomor itu dari Wakapolda Jateng, Brigjen Imam Sugianto. "Saya sudah dapat nomornya," tambahnya.
Saat ditanya, apakah Ahok ada maksud lain sehingga butuh
berkomunikasi dengan Bripda Taufiq, mantan bupati Belitung Timur menegaskan
hanya ingin ngobrol.
“Nanya saja," pungkasnya.
Sebelumnya, saat sedang ditemui wartawan sekitar pukul 12.25
WIB, Taufiq menerima telepon dari nomor yang tidak dikenalnya. Saat diangkat
ternyata yang menelepon dari Polda Metro Jaya.
“Ya siap ndan, maaf mohon diulangi," Taufiq berbicara
dengan seseorang di telepon.
Setelah mendengar penjelasan dari penelepon, Taufiq
mengatakan pada wartawan bahwa yang menghubunginya dari Polda Metro Jaya.
Penelepon tersebut memberitahu jika Ahok akan menelepon dirinya. “Katanya pak Ahok mau telepon saya," ujarnya pada
wartawan.
Nama Taufiq sendiri mulai dari perbincangan khalayak setelah pemberitaan tentang dirinya yang tinggal di kandang sapi. Dia tinggal di rumah berukuran 4x7 meter di kawasan Jongke Tengah, Sendangadi, Sleman. Rumah tersebut berdiri di atas tanah kas desa. Rumah tersebut dikelilingi kandang sapi.
Nama Taufiq sendiri mulai dari perbincangan khalayak setelah pemberitaan tentang dirinya yang tinggal di kandang sapi. Dia tinggal di rumah berukuran 4x7 meter di kawasan Jongke Tengah, Sendangadi, Sleman. Rumah tersebut berdiri di atas tanah kas desa. Rumah tersebut dikelilingi kandang sapi.
“Dulunya itu kandang sapi, sudah dua tahun saya tinggal di
situ dengan bapak dan adik-adik saya," pungkasnya.
Berawal dari mimpi, Bripda Taufiq bisa jadi anggota Shabara
DIY
Nasib orang tidak ada yang tahu. Dari sebuah kandang Sapi
yang dijadikan tempat tinggalnya bersama keluarga, Muhammad Taufiq Hidayat
berhasil lolos menjadi anggota polisi. Dengan segala keterbatasan ekonomi,
Taufiq tetap bersemangat untuk mewujudkan cita-cita menjadi seorang polisi.
Keinginan menjadi polisi sudah muncul ketika dia masih duduk di bangku SMP.
Saat itu dia melihat sosok polisi adalah sosok yang gagah dan berwibawa. Terlebih lagi seragam coklat dan baret di kepala membuat Polisi menjadi terlihat keren.
“Jujur saja dulu melihat hanya dari kasat mata, polisi itu berwibawa, apalagi kalau pas lagi pakai seragam," kata Bripda Taufiq di Gedung Shabara Polda DIY, Rabu (14/1).
Kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan sempat membuatnya berkecil hati untuk mendaftar sebagai polisi. Pasalnya, dia banyak mendengar cerita bahwa untuk lolos sebagai polisi harus menyediakan uang yang jumlahnya bisa mencapai ratusan juta.
Namun berkat dorongan sahabatnya dan ayahnya, dia membulatkan tekad untuk menjadi polisi telah lulus SMA. "Ya diniati, pokoknya harus jadi polisi," ujarnya.
Saat menginjak kelas 3 SMA, dia pun giat melatih fisiknya. Dia pun bergabung dengan ekstrakurikuler Pramuka yang kemudian mengenalkannya pada Saka (Satuan Karya) Bhayangkara. Disana dia mendapatkan banyak pengalaman berharga yang digunakannya saat mendaftar polisi.
Saat itu dia melihat sosok polisi adalah sosok yang gagah dan berwibawa. Terlebih lagi seragam coklat dan baret di kepala membuat Polisi menjadi terlihat keren.
“Jujur saja dulu melihat hanya dari kasat mata, polisi itu berwibawa, apalagi kalau pas lagi pakai seragam," kata Bripda Taufiq di Gedung Shabara Polda DIY, Rabu (14/1).
Kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan sempat membuatnya berkecil hati untuk mendaftar sebagai polisi. Pasalnya, dia banyak mendengar cerita bahwa untuk lolos sebagai polisi harus menyediakan uang yang jumlahnya bisa mencapai ratusan juta.
Namun berkat dorongan sahabatnya dan ayahnya, dia membulatkan tekad untuk menjadi polisi telah lulus SMA. "Ya diniati, pokoknya harus jadi polisi," ujarnya.
Saat menginjak kelas 3 SMA, dia pun giat melatih fisiknya. Dia pun bergabung dengan ekstrakurikuler Pramuka yang kemudian mengenalkannya pada Saka (Satuan Karya) Bhayangkara. Disana dia mendapatkan banyak pengalaman berharga yang digunakannya saat mendaftar polisi.
“Kalau akademik untuk Psikotest saya nggak pernah belajar,
cuma latihan fisik saja persiapannya," tutur pria kelahiran 20 Maret 1995
tersebut.
Sebelum tes, dia mengaku melakukan puasa Senin-Kamis. Dia juga meminta restu dan support dari ayahnya saat hendak mendaftar. Bahkan dia meminta ayahnya untuk ikut berpuasa. "Ya saya minta bapak juga puasa, alhamdulillah bapak mau," tambahnya.
Usahanya pun tak sia-sia, saat pengumuman hasil test, dia begitu kaget ketika tahu dirinya diterima. Dia merasa seperti mimpi bisa menjadi seorang polisi. “Pas pengumuman sama bapak, saya minta bapak nampar saya, ternyata bukan mimpi. Bahkan waktu sampai SPN saya masih nggak percaya," ungkapnya.
Sebelum tes, dia mengaku melakukan puasa Senin-Kamis. Dia juga meminta restu dan support dari ayahnya saat hendak mendaftar. Bahkan dia meminta ayahnya untuk ikut berpuasa. "Ya saya minta bapak juga puasa, alhamdulillah bapak mau," tambahnya.
Usahanya pun tak sia-sia, saat pengumuman hasil test, dia begitu kaget ketika tahu dirinya diterima. Dia merasa seperti mimpi bisa menjadi seorang polisi. “Pas pengumuman sama bapak, saya minta bapak nampar saya, ternyata bukan mimpi. Bahkan waktu sampai SPN saya masih nggak percaya," ungkapnya.
Taufiq tinggal bersama tiga adiknya di sebuah rumah bekas
kandang sapi berukuran 7x4 meter. Ayahnya hanya seorang buruh penambang pasir,
sementara ibunya sudah lama berpisah dengan sang ayah.
Sudah dua tahun ini Taufiq tinggal di rumah itu bersama
ayahnya dan tiga orang adiknya. Bau busuk kotoran sapi yang menyengat sudah
tidak lagi terasa baginya. Rumah tersebut dibangun oleh ayahnya setelah berpisah dengan
ibunya dua tahun lalu. Meski hanya bekas kandang sapi, mereka tetap harus
membayar sewa tanahnya.
“Itu tanah khas desa jadi tetap harus bayar, dulu saya punya rumah di Jongke juga, tapi dijual setelah orang tua berpisah," ujarnya.
“Itu tanah khas desa jadi tetap harus bayar, dulu saya punya rumah di Jongke juga, tapi dijual setelah orang tua berpisah," ujarnya.
Saat malam tiba, Bripda Taufiq tidur bersama dengan tiga
adiknya di dalam rumah. Sementara ayahnya tidur di bak mobil tua miliknya yang
biasa dipakai untuk menambang pasir. "Nggak ada tempatnya, jadi bapak
tidur di bak mobil," katanya singkat.
Saat masih sekolah, dia merasa tidak tega melihat ayahnya
yang selalu tidur beratapkan langit. Setelah dia bekerja sebagai staf
perpustakaan di SMK 1 Sayegan tempat dia dulu mengenyam pendidikan, dia memilih
tidur sendirian di perpustakaan sekolah supaya ayahnya bisa tidur di dalam
rumah.
Sudah mau dibelikan motor, Bripda Taufiq tak tau siapa itu
Ahok
Meski sempat berkomunikasi dengan Ririn, staf Gubernur DKI
Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa dengan panggilan Ahok,
Bripda Taufiq mengaku bingung dengan sosok Ahok.
Beberapa saat setelah menerima telepon dari Ririn, Bripda
Taufiq bertanya pada salah seorang seniornya yang kebetulan sedang duduk di
dekatnya. “Siapa to Ahok?" tanya Bripda Taufiq.
“Kamu nggak tahu Ahok? Gubernur Jakarta," jawab Bripda
Persi salah seorang seniornya.
Mendengar jawaban itu Bripda Taufiq terlihat seperti kaget. “Ya tahu Gubernur Jakarta, tapi mukanya yang gimana ya?" ujarnya.
Mendengar jawaban itu Bripda Taufiq terlihat seperti kaget. “Ya tahu Gubernur Jakarta, tapi mukanya yang gimana ya?" ujarnya.
Usut punya usut, rupanya selama ini Bripda Taufiq nyaris
tidak pernah melihat muka mantan wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut. Bripda
Taufiq mengaku selama ini dia tidak pernah menonton televisi sehingga tidak
begitu paham raut muka Ahok.
“Ya kan nggak punya TV, ada TV tapi di handphone Cross
bapak," terangnya. Melalui stafnya, Ahok menelepon Bripda Taufiq dan
mengatakan akan membelikannya sebuah sepeda motor. Bripda Taufiq pun diminta
untuk memilih sendiri jenis dan merek motor yang diinginkannya.
"Ini pak Ahok mau membelikan motor, nanti silakan pilih motor apa? mau belinya dimana? kita yang bayar," kata Ririn lewat telpon yang di loudspeaker oleh Bripda Taufiq.
Mendengar itu Bripda Taufiq malah bingung. Nggak pengen yang gimana-gimana yang penting bisa jalan buat kerja," katanya singkat. (Merdeka.com)
"Ini pak Ahok mau membelikan motor, nanti silakan pilih motor apa? mau belinya dimana? kita yang bayar," kata Ririn lewat telpon yang di loudspeaker oleh Bripda Taufiq.
Mendengar itu Bripda Taufiq malah bingung. Nggak pengen yang gimana-gimana yang penting bisa jalan buat kerja," katanya singkat. (Merdeka.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar