VERSI JAKARTA: Ketua Umum Partai Golkar versi Munas
Jakarta (ketiga kiri) didampingi Wakil Ketua Umum Priyo Budi Santoso (kiri)
dan Sekjen Zainudin Amali (kanan) memberikan keterangan penetapan pengurus
DPP Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar Jakarta, Jumat (12/12).
Kepengurusan Partai Golkar versi Munas Jakarta sebesar 70 persen diisi oleh
kaum muda dan menetapkan Siswono Yudo Husodo sebagai Ketua Dewan Pertimbangan
serta Fahmi Idris sebagai wakil. ANTARA FOTO/Wahyu Putro
|
Jakarta-Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Jakarta Agung
Laksono, Senin pekan depan akan menyampaikan perubahan susunan pimpinan fraksi
ke pimpinan DPR dan MPR. Lalu apa yang akan dilakukan kubu Agung kepada
Pimpinan Fraksi DPR dan MPR kubu Aburizal Bakrie (Ical)?
“Ya mereka jadi anggota (DPR-MPR) biasa saja," jawab
Agung di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (12/12).
Kubu Agung menetapkan Ketua Fraksi Golkar DPR adalah Agus
Gumiwang Kartasasmita bersama Sekretaris DPR Melchias Mekeng. Sementara untuk
Ketua Fraksi MPR adalah Agung Gunandjar.
Di sudut kubu Ical, Ketua Fraksi Golkar DPR yang sudah ada
yakni Ade Komaruddin bersama Sekretaris Bambang Soesatyo, dan Ketua Fraksi di
MPR adalah Hardi Susilo.
Agung Laksono tak akan memecat mereka-mereka yang bercokol di Fraksi Golkar kubu Ical. Bagi kubu Agung, pecat-memecat bukanlah gaya yang diterapkan kepemimpinan mereka, meski Kemenkum HAM nantinya diyakini memutuskan kepengurusan Agung.
“Kami tidak akan membangun budaya pecat-memecat,"
tutur Agung. Agung Laksono juga tak akan merombak fraksi Golkar di Parlemen
Pusat hingga tingkat anggota sampai Alat Kelengkapan Dewan (AKD). "Kalau
AKD itu urusan Pimpinan DPR. Kami nggak ganggu. Kalau AKD kami juga tidak akan
pecat-memecat anggota DPR dari fraksi Golkar," tutur Agung.
'Kabinet' Agung Lebih Gemuk dari Ical
Sementara Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Ancol Agung
Laksono Jumat (12/12) sudah merampungkan susunan kepengurusan periode
2014-2019. Ada 251 kader partai berlambang pohon beringin itu yang masuk dalam
susunan kepengurusan.
Menurut Agung 251 nama itu diseleksi dari 3000 kader yang
diusukan oleh berbagai elemen politik di Partai Golkar. Nama-nama tersebut
disampaikan kepada publik bersama Sekretaris Jenderal Zainudin Amali, Wakil
Ketua Umum Priyo Budi Santoso, Yorrys Raweyai, dan Ketua Mahkamah Partai
Lawrence Siburian.
Jumlah 251 orang pengurus tadi ditentukan oleh tim formatur
yang diketuai Agung Laksono. Di dalamnya termasuk 25 Ketua Bidang-bidang yang
mengurusi berbagai macam ranah kerja.
“Jumlah 251 orang, berasal dari hampir 3.000 nama yang kami terima dari berbagai elemen politik Partai Golkar. Dari formatur dan senior menyampaikan nama, dan diseleksi menjadi 251 orang, sehingga lebih kecil dari yang lalu," kata Agung Laksono dalam konferensi pers di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Jumat (12/12).
“Jumlah 251 orang, berasal dari hampir 3.000 nama yang kami terima dari berbagai elemen politik Partai Golkar. Dari formatur dan senior menyampaikan nama, dan diseleksi menjadi 251 orang, sehingga lebih kecil dari yang lalu," kata Agung Laksono dalam konferensi pers di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Jumat (12/12).
Pekan lalu yakni Kamis (4/12) Ketua Umum Golkar versi Munas
Bali Aburizal Bakrie (Ical) juga membentuk kepengurusan untuk periode
2014-2019. Total kepengurusan berjumlah 199 orang, sedangkan pengurus harian
berjumlah 118 orang.
Jumlah kepengurusan yang hampir mencapai 200 orang tersebut
menurut Ical termasuk ramping. "Ah tidak (gemuk)," kata Ical di arena
Munas IX Golkar di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Kamis (4/12).
Agung dan Ical sama-sama mengklaim bahwa kepengurusan saat
ini lebih ramping dari periode sebelumnya. Pada periode 2009-2014 lalu susunan
pengurusa Golkar terdiri dari 360 orang.
Perpecahan Golkar Makin Parah
Perpecahan di internal Partai Golkar makin parah dan
berpotensi menghancurkan partai beringin. Munas rekonsiliasi pun digelorakan.
Demi penyelamatan Golkar, para sesepuh harus turun gunung.
“Saya minta sesepuh Partai Golkar yang benar-benar netral
mau turun gunung untuk memediasi kedua kubu tersebut," kata politikus
Golkar, Hajriyanto Y Thohari, dalam siaran pers, Jumat (12/12).
Jika langkah islah menemui jalan buntu, tutur Hajri, maka
jalan satu-satunya adalah Munas rekonsiliasi. Munas rekonsiliasi nantinya jadi
ajang pertarungan yang fair antar dua kubu yang berseteru.
“Jika keduanya tidak mau juga dibujuk untuk islah, ya
sebaiknya dipaksa saja dengan digelar Munas Rekonsiliasi," kata Hajri.
Munas rekonsiliasi untuk saat ini dipandang sebagai jalan
keluar terhadap perpecahan yang melanda partai beringin. Hajri memandang
perpecahan di tubuh partai beringin semakin parah dan berpotensi menganggu
kinerja DPR dan pengambilan keputusan partai dalam berbagai hal.
“Itu jalan keluar yang bisa dilakukan. Syaratnya adalah yang
penting kepanitian Munas Rekonsiliasi tersebut harus benar-benar imparsial,
bahkan kalau perlu kepanitiaan munas rekonsiliasi itu tokoh-tokoh yg tdk mau
lagi menjadi pengurus DPP Partai Golkar agar tidak ada konflik kepentingan
(conflict of interest) dan benar-benar fair," pungkasnya.
“Tim mediasi sebagai embrio panitia perlu segera
dibentuk," kata Hajriyanto. (dtk/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar