Fogging: Syarif Fasya saat melakukan Fogging di Kecamatan
Pasar Kota Jambi saat suksesi Walikota Jambi. Kini kegiatan serupa tak lagi
dilakukan setelah Syarif Fasya menjabat Walikota Jambi.Foto IST/HARIAN JAMBI
Wabah penyakit debam berdarah dengue (DBD) di Kota Jambi
semakin mengganas. Korban meninggal akibat serangan DBD di kota itu tidak hanya
anak-anak dari keluarga awam. Penyakit DBD di Kota Jambi juga telah memakan
korban jiwa dari kalangan paramedis. Seorang perawat rumah sakit swasta di Kota
Jambi, Tri Handayani (22), meninggal akibat serangan DBD, Selasa (11/11). Nyawa
korban tidak bisa diselamatkan karena terlambat dirawat di rumah sakit.
R MANIHURUK, Jambi
Saifullah (56), orangtua Tri Handayani kepada wartawan di
Rumah Sakit (RS) Theresia Kota Jambi kepada wartawan, Rabu (12/11) menjelaskan,
putrinya mulai dirawat sejak Sabtu (9/11) di RS Theresia akibat penyakit
DBD.
Putrinya dirawat di rumah sakit setelah empat hari mengalami
demam di rumah. Kondisi kesehatan korban menurun terus sejak Senin (10/11)
malam. Upaya pertolongan maksimal yang dilakukan dokter tidak mampu memulihkan
kondisi korban, sehingga korban akhirnya meninggal Selasa (11/11) siang.
Pantauan Harian Jambi di RS Theresia dan RS dr Bratanata
Unang (Rumah Sakit Tentara) Kota Jambi, Rabu (12/11), pasien yang terkena
serangan DBD masih banyak dirawat di kedua rumah sakit tersebut. Sebagian besar
pasien DBD di kedua rumah sakit itu anak – anak dan remaja. Proses penyembuhan
para pasien penderita DBD di kedua rumah sakit itu juga tergolong lama.
Otniel Purba (15), warga Komplek Gereja Kotabaru, Kota Jambi
yang dirawat di RS dr Bratanata Unang selama lima hari terakhir belum sembuh.
Kemudian Irawaty (11), warga Talangbakung, Kota Jambi, pasien DBD yang
dirawat di RS dr Bratanata Unang sejak Minggu (9/11) juga belum mengalami
kesembuhan. Kondisi tubuh kedua pasien DBD yang dirawat satu ruangan di rumah
sakit tentara itu masih lemah hingga Rabu (12/11) sore.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Bina Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Kaswendi
mengimbau warga Kota Jambi dan kabupaten di daerah itu meningkatkan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk menekan kasus DBD.
PSN tersebut perlu karena memasuki pertengahan November ini,
curah hujan di Jambi meningkat. Meningkatnya curah hujan membuat genangan air
banyak, sehingga sarang nyamuk aedes aegypti yang menjadi penyebab DBD juga
meningkat.
Selain itu, lanjutnya, warga Jambi juga diharapkan segera
membawa anggota keluarga berobat ke dokter dan rumah sakit jika mengalami
gejala-gejala terkena serangan DBD. Gejala serangan DBD tersebut antara lain
ditandai dengan terjadinya panas mendadak yang dialami seseorang. Kemudian
panas tersebut tidak turun-turun kendati telah mengkonsumsi obat penurun panas.
“Bila seseorang anggota keluarga terkena gejala tersebut,
pihak keluarga harus segerea membawanya berobat ke dokter atau ke rumah
sakit,”katanya.
Dijelaskan, kasus DBD di Kota Jambi cenderung meningkat
kembali selama November ini. Penderita DBD di Kota Jambi sejak Januari-November
2014 mencapai 300 orang. Korban meninggal akibat DBD di Kota Jambi itu sudah
ada empat orang.
Pasien DBD Meninggal Dunia
Sepanjang 2014, 462 orang warga Jambi diketahui terkena DBD
dimana enam orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia.
Kabid Pengendalian, Pencegahan Penyakit dan Lingkungan
(P2PL) Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Kaswendi mengatakan, data tersebut terhitung
sejak Januari hingga Agustus 2014.
Rinciannya, di Kota Jambi tercatat 252 orang warga positif
DBD, tiga diantaranya meninggal dunia. Kota Jambi menjadi daerah terbanyak
penyumbang DBD. Kemudian Kabupaten Batanghari tercatat ada 70 kasus, satu orang
meninggal, di Tanjabbar ada 54 kasus, satu meninggal dunia.
Selanjutnya Kabupaten Muarojambi ditemukan 28 kasus DBD,
Bungo 22 kasus, Sarolangun 9 kasus, Merangin 3 kasus dan Kabupaten Tebo 3
kasus.
“Untuk Kabupaten Kerinci dan kota Sungaipenuh tidak ditemukan
warga yang terkena DBD," kata Kaswendi.
Ia menyatakan, temuan kasus DBD ini hampir sama dibanding
2013 lalu. Dimana 2013 lalu warga penderita DBD tercatat 638 orang dan 18 orang
meninggal dunia . "Jumlah kasusnya kemungkinan sama, ini kan baru tercatat
hingga Agustus. Hanya saja jumlah penderita meninggal jauh berkurang,"
ujarnya.
Ia menambahkan, pada penanganan dilapangan, Kaswendi
menyatakan para tenaga medis di tiap Puskesmas sudah banyak yang dilatih.
Selain itu, warga diharapkan tahu gejala DBD seperti apa. "Demam DBD
seperti flu biasa, jika hari ketiga atau ke empat batuk dan panas tidak turun
dan tidak sadar, segeralah pasien dibawa ke Puskesmas untuk penanganan,"
jelasnya.
Tidak itu saja, tiap keluarga juga diharapkan rutin memantau
jentik nyamuk, minimal tiga kali sepekan. Langkah lain yakni Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan pola Menguras Menutup dan Menguburkan (3M).
Dinkes Kota Jambi Didesak Lakukan Fogging
Seperti diberitakan Harian Jambi sebelumnya, kalangan DPRD
Kota Jambi mendesak jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jambi segera
melakukan fogging atau pengasapan di sekolah–sekolah dan permukiman penduduk
untuk mengendalikan peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di kota itu.
Selain itu pihak Dinkes Kota Jambi juga diminta segera membagikan bubuk abate
kepada warga untuk membasmi jentik-jentik nyamuk di bak-bak air sekolah dan
rumah warga.
Ketua Komisi IV (bidang kesejahteraan rakyat) DPRD Kota
Jambi, Abdullah Thoyib kepada wartawan di Kota Jambi, mengatakan, kasus DBD di
Kota Jambi beberapa pekan terakhir cenderung meningkat menyusul perubahan musim
kemarau ke musim hujan. Peningkatan kasus DBD di kota itu juga dipengaruhi
berkurangnya kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), baik itu melalui
fogging maupun pemberian bubuk abate di bak-bak kamar mandi.
“Kami sudah mendapat laporan meningkatnya kasus DBD di Kota
Jambi dua pekan ini. Kemudian warga juga mengeluh tentang kurangnya kegiatan
PSN yang dilakukan Dinkes Kota Jambi melalui fogging dan pembagian bubuk abatie
untuk mebunuh jentik – jentik nyamuk. Kami akan segera memanggil Kepala Dinkes
Kota Jambi terkait peningkatan kasus DBD ini,”katanya.
Sementara itu pantauan Harian Jambi di Rumah Sakit Bratanata
Unang (Rumah Sakit Tentara) Kota Jambi, Rabu (12/11), jumlah pasien yang
menderita DBD mencapai belasan orang. Ruang perawatan anak di rumah sakit
tersebut dipenuhi pasien DBD. Sebagian besar pasien DBD tersebut anak-anak
sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Para penderita DBD
tersebut diduga terkena gigitan nyamuk aedes aegypti atau nyamuk penyebab DBD
di sekolah-sekolah.
“Anak saya mengaku terkena gigitan nyamuk penyebab DBD di
sekolahnya, SMP Negeri 14 Kota Jambi. Nyamuk penyebab DBD tersebut banyak di
sekolah karena bak kamar mandi atau toilet sekolah tidak pernah dikuras.
Di kamar mandi sekolah anak saya juga banyak nyamuk,”kata J Purba (55),
orangtua seorang pasien DBD di RS Bratanata Unang Kota Jambi.
Menurut J Purba, anaknya diketahui terkena DBD sejak Jumat
pekan lalu dan sempat dirawat di RS Siloam Jambi. Namun kini J Purba
memindahkan anaknya dari RS Siloam Jambi ke di RS RS Bratanata Unang Kota Jambi
karena pelayanan RS Siloam Jambi kurang memuaskan.(*/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar