ANAK DIDIK: Seorang ibu warga di Lokalisasi Payo
Sigadung (Pucuk), Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi tampak
menuntun anaknya saat penutupan Pucuk, Senin (13/10). Puluhan anak didik PSK Payosigadung
terancam putus sekolah akibat penutupan Pucuk. EDWIN EKA PUTRA/HARIAN JAMBI.
JAMBI-Setelah penetapan penutupan lokalisasi di Payo Sigadung (Pucuk-red)
di Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, banyak pekerja seks
komersial (PSK) yang meninggalkan tempat lokasi. Mereka meninggalkan tempat
tersebut pada malam hari sebelum penutupan. Anak didik PSK tersebut terpaksa
putus sekolah karena ikut pindah bersama orangtua mereka.
Namun yang bertahan di lokasi tersebut adalah orang-orang
penduduk asli setempat. Sementara untuk pekerja seks yang berasal dari luar provinsi
berangsur-angsur meninggalkan lokasi.
Jika kita lihat dari segi pendidikan, banyak anak-anak yang
pekerjaan orang tuanya nota bene adalah PSK terpaksa meninggalkan sekolah dan
ikut ibunya.
Bujang (nama disamarkan) saat ditemui Harian Jambi, Senin
(13/10) mengatakan, sehari sebelum penutupan pucuk sudah banyak pekerja seks
yang meninggalkan lokasi. Menurutnya dari satu hari sebelum penutupan banyak
mobil yang membawa barang para pekerja PSK untuk pindah.
“Dari kemarin sudah banyak yang pindah, dak tau kemana
pindahnya, mungkin juga mereka menyewa kos untuk sementara," katanya.
Dikatakan, tidak sedikit jumlah anak-anak yang ibunya
berprofesi sebagai PSK yang sekolah di lingkungan Pucuk. Bahkan ada yang
sekolah hingga ke pesantren Al Hidayah. Namun kebanyakan anak-anak dari PSK tersebut
sekolah di SDN 93 Kota Jambi.
“Sekolah anak-anak dari Pucuk ini beda-beda. Ada yang
sekolah di luar Kota Jambi, ada yang SMA, SMP namun yang paling banyak sekolah
di SD 93 Kota Jambi. Kalau jumlah pastinya saya tidak tau tapi kalau puluhan
ada,” ujarnya.
Ditambahkan, dari segi pendidikan anak-anak yang dari
pemilik cafe ada yang sudah sukses menjadi bidan, menjadi polisi, bahkan ada
yang menjadi seorang pramugari. Karena orang tua mereka tidak ingin anaknya
seperti mereka.
“Anak-anak dari pemilik usaha cari duit ini sudah ada yang
sukses. Dan anak-anak dari PSK yang ada di sini terkesan sopan. Jika dilihat
dari pakaiannya, anak-anak disini lebih sopan pakainya daripada anak-anak yang
diluar sana. Karena kami selalu menegur mereka agar selalu berpakaian yang rapi
dan menutup aurat,” ujarnya.
Sementara Yus, salah satu ibu yang rumahnya di sekitar
lokasi Pucuk mengatakan, anak-anak yang ada di sana kebanyakan sekolah di SD N
93 karena lokasi sekolahnya dekat dengan Pucuk.
“Sudah banyak anak-anak sini yang berhenti sekolah karena
ikut orang tuanya. Ngak tahu nasip mereka apakah masih bisa melanjutkan sekolah
atau tidak. Karena orang tua mereka sudah tidak punya pekerjaan lagi,” kata Yus
saat di tanya Harian Jambi di depan rumahnya.
Sementara Walikota Jambi Syarif Fasya mengatakan, anak-anak
dari PSK yang ada di Pucuk akan diberikan pembinaan. Pihaknya juga akan
memberikan biaya pembinaan untuk anak-anak sekolah yang tinggal di sana.
“Kita akan memberikan biaya pembinaan kepada anak-anak yang
orang tuanya tidak punya penghasilan lagi dampak dari penutupan Pucuk. Sehingga
harus diberikan bantuan biaya sekolah untuk anak-anaknya," katanya.
Dikatakan, bagi anak-anak yang ikut orang tuanya pindah akan
dipermudah surat pindahnya. Hal itu agar mereka bisa tetap melanjutkan
pendidikannya di tepat asalnya.
“Bagi anak-anak PSK yang mau ikut orang tuanya pidah akan
dipermudah proses pindahnya. Dan uang pembinaannya akan dicairkan di daerah
asal PSK itu,” katanya.(khr/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar