Halaman

Jumat, 08 Agustus 2014

Penerapan Sekolah Sore Menurunkan Kualitas Pendidikan Negeri


Belajar Sore: Proses belajar mengajar di SMA 5 Kota Jambi pada jam sore yang dinilai tidak efektif. Pengamat menilai belajar sore justru menurunkan kualitas pendidikan serta membuat kualitas guru-guru menurun. Foto KAHARUDDIN/HARIAN JAMBI 
PENGAMAT

JAMBI-Sistem pembelajaran seharusnya hanya satu shif, yakni pagi hingga siang hari. Karena jika dibagi menjadi dua shif akan mempengaruhi kepada proses belajar mengajar di sekolah. Hal tersebut akan berpengaruh kepada kualitas pendidikan bangsa. Dinas Pendidikan Kota Jambi tidak akan mampu mengkoordinir sekolah, karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Manajemen, biaya, dan sistem pengelolaan yang masih dibawah standar.

Demikian rangkuman pendapat Pengamat Pendidikan Jambi Dr Samsu Phd dan Ketua Dewan Pendidikan Jambi Prof Dr Muktar Latif secara terpisah kepada Harian Jambi, Jumat (7/8).

Menurut Dr Samsu, jika penerapan sistem dobel shif akan mengurangi efektifitas dalam pembelajaran, seharusnya pembelajaran diadakan selama 45 menit dengan menerapan dobel shif jam tersebut akan dikurangi.


Dr Samsu Phd 
“Penerapan sistem dobel shif akan mengurangi intensitas pembelajaran karena stamina guru yang mengajar telah berkurang,” ujarnya.

Hal tersebut juga akan berpengaruh kepada psikolgis anak yang paradikmanya selama ini siswa belajarnya pagi, tiba- tiba harus belajar siang dan musti ada penyesuain terlebih dahulu.

Jika proses mengajar dari pagi dilakukan oleh satu orang guru dengan pelajaran yang sama, akan menimbulkan kejunuhan pada guru. Hal tersebut akan merugikan siswa. “Pelaksanaan dobel shif ini kesannya dipaksakan dan tidak akan efektif dalam proses belajar mengajar,” ujarnya.

Disebutkan, paralihan antara siswa yang masuk pagi dengan siswa yang siang juga dapat membuat suasana tidak kondusif untuk melakukan pembelajaran. Namun untuk daya serap anak dalam pelajaran menurutnya relatif karena anak mempunyai kemampuan yang sangat berbeda.

“Ada anak yang mempunyai daya serap tinggi, namun tetap saja pembelajaran pada sore hari tidak efektik karena cuaca sangat panas. Pembelajaran antara jam 1 hingga jam 3 itu tidak kondusif kerena cuaca yang panas,” katanya.

Penerapan dobel shif tersebut juga akan menggangu dari lalulintas karena sekolah yang menerapkan sistem dobel shif berada di lokasi jalan yang padat dilalui masyarakat. Selain itu guru yang mengajar staminanya telah habis karena guru yang sama juga mengajar di shif sore.

“Idealnya proses belajar mengajar hanya dilakukan pada jam pagi saja. Saya pikir penerapan dobel shif tidak efektif untuk di terpakan," katanya.

Prof Dr Muktar Latif
Sementara  Ketua Dewan Pendidikan Jambi Prof Dr Muktar Latif menambahkan, wacana penerimaan PPDB gelombang kedua dengan alasan tingginya animo masyarakat sekolah di negeri, bukan alasan yang tepat.

Disebutkan, kualitas belajar mengajar juga harus perlu dipertimbangkan. Karena jam belajar adalah sore hingga malam, sehingga perlu dipikirkan dengan matang. Karena proses belajar akan berdampak dari kelas satu hingga kelas tiga SMA. Sekolah negeri setidaknya bukan mengutamakan kuantitas, namun kualitas.

Menurutnya, kebijakan shift sore itu bukan solusi dalam menampung siswa baru di sekolah negeri. “Animo orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya di sekolah negeri, hanya pada sekolah negeri tertentu. Padahal banyak sekolah negeri di Kota Jambi yang siswanya masih minim. Seharusnya siswa itu diarahkan ke sana, bukan menumpukkan di sekolah-sekolah tertentu. Wacana PPDB gelombang kedua sebaiknya dipikirkan lagi,” katanya.

Prof Dr Muktar Latif juga mempertayakan kualitas belajar mengajar sore di sekolah negeri itu nantinya. Karena tenaga pengajar juga harus dipertimbangkan secara matang. “Kualitas yang penting, bukan kuantitas siswa,” katanya.

Menurut Muktar Latif, sekolah dua shift tidak kondusif di Jambi, karena budaya belajar kita masih sangat rendah. Kemudian guru-guru memiliki kemampuan yang terbatas, kurang ratio dengan bidang studi.

“Kota Jambi defisit biaya pendidikan. Maka akan kesulitan operasional pendidikan. Kota Jambi harus siap menambah biaya untuk guru senilai penghargaan yang diterima  guru mengajar pagi hari. Dinas Pendidikan Kota Jambi tidak akan mampu mengkoordinir sekolah, karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Manajemen, biaya, dan sistem pengelolaan yang masih dibawah standar,” kata Muktar Latif.(khr/lee)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar