JAMBI-Sistem
pembelajaran seharusnya hanya satu shif, yakni pagi hingga siang hari. Karena
jika dibagi menjadi dua shif akan mempengaruhi kepada proses belajar mengajar
di sekolah. Hal tersebut akan berpengaruh kepada kualitas pendidikan bangsa. Dinas
Pendidikan Kota Jambi tidak akan mampu mengkoordinir sekolah, karena keterbatasan
Sumber Daya Manusia (SDM). Manajemen, biaya, dan sistem pengelolaan yang masih
dibawah standar.
Demikian
rangkuman pendapat Pengamat Pendidikan Jambi Dr Samsu Phd dan Ketua Dewan
Pendidikan Jambi Prof Dr Muktar Latif secara terpisah kepada Harian Jambi,
Jumat (7/8).
Menurut Dr Samsu, jika penerapan sistem dobel shif akan mengurangi efektifitas dalam pembelajaran, seharusnya pembelajaran diadakan selama 45 menit dengan menerapan dobel shif jam tersebut akan dikurangi.
Dr Samsu Phd |
“Penerapan
sistem dobel shif akan mengurangi intensitas pembelajaran karena stamina guru
yang mengajar telah berkurang,” ujarnya.
Hal tersebut
juga akan berpengaruh kepada psikolgis anak yang paradikmanya selama ini siswa
belajarnya pagi, tiba- tiba harus belajar siang dan musti ada penyesuain
terlebih dahulu.
Jika proses
mengajar dari pagi dilakukan oleh satu orang guru dengan pelajaran yang sama, akan
menimbulkan kejunuhan pada guru. Hal tersebut akan merugikan siswa. “Pelaksanaan
dobel shif ini kesannya dipaksakan dan tidak akan efektif dalam proses belajar
mengajar,” ujarnya.
Disebutkan, paralihan
antara siswa yang masuk pagi dengan siswa yang siang juga dapat membuat suasana
tidak kondusif untuk melakukan pembelajaran. Namun untuk daya serap anak dalam
pelajaran menurutnya relatif karena anak mempunyai kemampuan yang sangat
berbeda.
“Ada anak yang
mempunyai daya serap tinggi, namun tetap saja pembelajaran pada sore hari tidak
efektik karena cuaca sangat panas. Pembelajaran antara jam 1 hingga jam 3 itu
tidak kondusif kerena cuaca yang panas,” katanya.
Penerapan dobel
shif tersebut juga akan menggangu dari lalulintas karena sekolah yang
menerapkan sistem dobel shif berada di lokasi jalan yang padat dilalui
masyarakat. Selain itu guru yang mengajar staminanya telah habis karena guru
yang sama juga mengajar di shif sore.
“Idealnya proses
belajar mengajar hanya dilakukan pada jam pagi saja. Saya pikir penerapan dobel
shif tidak efektif untuk di terpakan," katanya.
Prof Dr Muktar Latif |
Sementara Ketua Dewan Pendidikan Jambi Prof Dr Muktar
Latif menambahkan, wacana penerimaan PPDB gelombang kedua dengan alasan
tingginya animo masyarakat sekolah di negeri, bukan alasan yang tepat.
Disebutkan, kualitas
belajar mengajar juga harus perlu dipertimbangkan. Karena jam belajar adalah
sore hingga malam, sehingga perlu dipikirkan dengan matang. Karena proses
belajar akan berdampak dari kelas satu hingga kelas tiga SMA. Sekolah negeri
setidaknya bukan mengutamakan kuantitas, namun kualitas.
Menurutnya, kebijakan
shift sore itu bukan solusi dalam
menampung siswa baru di sekolah negeri. “Animo orang tua siswa untuk
menyekolahkan anaknya di sekolah negeri, hanya pada sekolah negeri tertentu.
Padahal banyak sekolah negeri di Kota Jambi yang siswanya masih minim.
Seharusnya siswa itu diarahkan ke sana, bukan menumpukkan di sekolah-sekolah
tertentu. Wacana PPDB gelombang kedua sebaiknya dipikirkan lagi,” katanya.
Prof Dr Muktar
Latif juga mempertayakan kualitas belajar mengajar sore di sekolah negeri itu
nantinya. Karena tenaga pengajar juga harus dipertimbangkan secara matang.
“Kualitas yang penting, bukan kuantitas siswa,” katanya.
Menurut Muktar
Latif, sekolah dua shift tidak kondusif di Jambi, karena budaya belajar kita masih
sangat rendah. Kemudian guru-guru memiliki kemampuan yang terbatas, kurang
ratio dengan bidang studi.
“Kota Jambi defisit
biaya pendidikan. Maka akan kesulitan operasional pendidikan. Kota Jambi harus
siap menambah biaya untuk guru senilai penghargaan yang diterima guru mengajar pagi hari. Dinas Pendidikan
Kota Jambi tidak akan mampu mengkoordinir sekolah, karena keterbatasan Sumber
Daya Manusia (SDM). Manajemen, biaya, dan sistem pengelolaan yang masih dibawah
standar,” kata Muktar Latif.(khr/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar