Halaman

Jumat, 18 April 2014

Kuliah di Universitas Terbuka Juga Berkualitas




WISUDA: Wisuda Universitas Terbuka (UT) se Provinsi Jambi di Ratu Conventoin Centre (RCC) Jambi. Jumlah wisudawan mencapai 700 sarjana berbagai jurusan. FOTO KAHARUDIN/ HARIAN JAMBI

Jangan anggap remeh terhadap lulusan Universitas Terbuka (UT). Sulitnya mencari kerja bagi lulusan sarjana, menjadi sorotan tersendiri bagi penyanyi legendaris Iwan Fals yang membuat syair lagu “Sarjana Pengangguran”. Sarjana dari perguruan tinggi ternama kerap diincar pencari kerja. Sementara lulusan sarjana dari perguruan tinggi seperti UT selalu dipandang sebelah mata. Namun hal itu tak lagi berlaku. Banyak sarjana lulusan UT yang berkualitas dan teruji.

KAHARUDDIN, Jambi

Perguruan Tinggi (PT) UT adalah sala satu perguruan tinggi yang ada di Provinsi Jambi yang banyak membantu para guru yang belum sempat mendapat gelar Strata 1 (S1). Untuk meninggkatkan kualitas pendidikan maka semua guru-guru yang ada dituntut untuk profesional. Hal tersebut harus dilampirkan dengan Ijasah S1.  

Kepala  Universitas Terbuka Provinsi Jambi, diwakili Kasubag Tata Usaha Dra Andrianty Amir mengungkapkan,  UT merupakan Universitas Negeri yang berpusat di Jakarta yang berdiri sejak tahun 1984. 


Karena sistem belajarnya jarak jauh maka di bukalah unit-unit di setiap provinsi. Di Jambi ini sendiri baru tahun 1985 dan merupakan urutan yang ke 17 dari semua provinsi yang di buka oleh UT Pusat. Karena di UT sifatnya unit maka semua prosedur yang mentukan pusat dan di Provinsi Jambi hanya pelaksana. 

Jadi yang bedakan Universitas Terbuka dengan UNJA, UNBARI dan perguruan tinggi lain yang ada di Provinsi Jambi adalah sistem belajarnya yang berbeda. UT sendiri tidak mempunyai kampus namun mempunyai punya kantor.

“Mungkin orang menganggap UT itu aneh karena kampusnya tidak ada tapi punya kantor. Universitas Terbuka bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada anak bangsa dari Sabang sampai Merauke dengan sistem jarak jauh. Jika pelaksanaan UT ini hanya ada di Jakarta maka bagaiman dengan di daerah-daerah yang jauh dari Jakarta. UT juga bertujuan memberikan kesempatan yang luas bagi warga negara Indonesia dan warga negara asing. Di mana pun tempat tinggalnya, untuk memperoleh pendidikan tinggi,” kata Dra Andrianty Amir.

Disebutkan, memberikan layanan pendidikan tinggi bagi mereka, yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi seperti Unja Unbari. UT juga berperan dalam meningkatkan pendidikan dan mengembangkan program pendidikan akademik dan profesional sesuai dengan kebutuhan nyata.  

Pembangunan yang belum banyak dikembangkan oleh perguruan tinggi lain. “UT ini memberikan peluang bagi guru yang ingin melanjutkan pendidikannya,” ujar Dra Andrianty Amir.

UT Berkualitas Dunia

Visi dan Misi Universitas Terbuka adalah, sebagai Perguruan Tinggi Negeri. Visi UT adalah pada tahun 2021 UT menjadi institusi Perguruan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh (PTTJJ) berkualitas dunia dalam menghasilkan produk perguruan tinggi maupun dalam menyelenggarakan, mengembangkan, dan menyebarkan informasi PTTJJ. 

Guna mencapai visi tersebut, UT memiliki misi sebagai berikut. Menyediakan akses pendidikan tinggi berkualitas dunia bagi semua lapisan masyarakat, melalui penyelenggaran berbagai program PTTJJ.

Mengkaji dan mengembangkan sistem PTTJJ. “Hal itu bermanfaatkan dan mendiseminasikan hasil kajian keilmuan dan kelembagaan untuk menjawab tantangan kebutuhan pembangunan nasional,” tambahnya.

Adapun sistem belajar di UT menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Istilah jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan televisi). 

Makna terbuka adalah tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, dan frekuensi mengikuti ujian. Batasan yang ada hanyalah bahwa setiap mahasiswa UT harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas (SMA atau yang sederajat).

SKS Menetapkan Beban Mahasiswa

“Sistem belajar yang ada UT yaitu belajar jarak jauh, jadi mahasiswa  belajar sendiri dengan menggunakan modul. Sistem kredit semester UT sama halnya dengan perguruan tinggi  yang lain. Menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) untuk menetapkan beban studi mahasiswa. Dalam sistem ini, beban studi yang harus diselesaikan dalam satu program studi diukur dengan satuan kredit semester (sks). Setiap mata kuliah diberi bobot 1-6 SKS. Satu semester adalah satuan waktu kegiatan belajar selama kurang lebih 16 minggu,” katanya.

Mahasiswa yang mengambil beban studi satu sks harus mengikuti perkuliahan selama satu jam per minggu di kelas dan satu jam untuk praktek, praktikum, atau belajar di rumah, sehingga dalam satu semester mahasiswa harus mengalokasikan waktu belajar sekitar 32 jam. Untuk menempuh mata kuliah yang berbobot 3 sks dibutuhkan waktu belajar sekitar 96 jam per semester. 

Dalam sistem pendidikan jarak jauh, mahasiswa juga harus mengalokasikan waktu yang sama dengan mahasiswa tatap muka (2 jam per minggu per sks). Hanya saja kegiatan belajarnya lebih banyak dilakukan secara mandiri (belajar sendiri, belajar berkelompok, atau tutorial)."Dalam pengajaran UT di bantu oleh dosen-dosen dari UNJA, UNBARI dan kita menjalin kerja sama dengak mereka," ceritanya. 

Khusus untuk UT, satu sks disetarakan dengan tiga modul bahan ajar cetak. Satu modul terdiri atas 40-50 halaman, sehingga bahan ajar dengan bobot 3 sks berkisar antara 360-450 halaman, tergantung pada jenis mata kuliahnya. 

Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan membaca dan memahami rata-rata mahasiswa adalah 5-6 halaman per jam sehingga untuk membaca dan memahami bahan ajar dengan bobot 3 sks diperlukan waktu sekitar 75 jam (360-450 halaman dibagi 5-6 halaman). 

Apabila satu semester mempunyai waktu 16 minggu, maka waktu yang diperlukan untuk membaca dan memahami bahan ajar dengan bobot 3 sks adalah 75 jam dibagi 16 minggu, atau kurang lebih 5 jam per minggu. 

Misalnya, mahasiswa mengambil 15 sks/semester, maka yang bersangkutan harus mengalokasikan waktu belajar sebanyak 15 sks dibagi 3 sks kali 5 jam = 25 jam per minggu atau kira-kira 5 jam per hari (1 minggu dihitung 5 hari belajar). (*/lee)
***

Alokasi Waktu Belajar UT Disesuaikan Bebas SKS 


KANTOR UT: Kantor UT Provinsi Jambi yang beralamat di Jalan Tarmizi Kadir, Thehok Kota Jambi. FOTO-KAHARUDIN/HARIAN JAMBI.


Sistem belajar di UT diharapkan mengalokasikan waktu belajar sesuai dengan beban SKS yang diambil. Atau mengambil beban sks setiap semester sesuai dengan waktu belajar yang dapat dialokasikan, serta mempertimbangkan kemampuan akademik masing-masing.

Dalam penyelenggaraan pendidikan, UT bekerja sama dengan semua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan sejumlah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) serta instansi yang relevan yang ada di Indonesia. Di setiap provinsi atau kabupaten/kota yang terdapat perguruan tinggi negeri, tersedia unit layanan UT yang disebut UPBJJ-UT. 

Perguruan tinggi negeri setempat berperan sebagai pembina UPBJJ-UT serta membantu dalam penulisan bahan ajar, bahan ujian, pelaksanaan tutorial, praktek/praktikum, dan ujian.

UT juga bekerja sama dengan instansi-instansi yang ingin meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, baik instansi pemerintah, BUMN maupun swasta. Mereka dapat mengikuti program yang ada di UT atau memesan program studi baru yang sesuai dengan kebutuhan instansinya. 

UT selama ini telah mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru SD dan guru Anak Usia Dini melalui program yang dikenal sebagai program Pendidikan Guru Pendidikan Dasar (Pendas). 

“Selain itu, UT juga telah mendapat kepercayaan untuk meningkatkan kualitas SDM antara lain dari ANRI, KPN, TNI, Bank BRI, Bank BNI, PT Garuda Indonesia, PT Merpati Nusantara, Departemen Pertanian, Sekretariat Wakil Presiden, Pemerintah Kota/Kabupaten, Pondok Pesantren, Kowani, POLRI, Badan Kepegawaian Negara (BKN), dan beberapa instansi lainnya. Jadi UT banyak mejalin kerja sama dengan pihak pemerintah maupun pihak suwasta,” kata Dra Andrianty Amir.

Salah satu mahasiswa UT mengatakan, sistem belajar yang diterapkan di UT adalah sistem belajar jarak jauh. Artinya mahasiswa tidak perlu datang untuk tatap muka, ada kelas, ada dosen. Mahasiswa belajar secara mandiri menggunakan media yang berupa modul.  

Bayak modul yang ditawarkan UT yang mana mahasiswa dapat memilih media-media mana yang bisa dipakai untuk belajar di UT. Kalaupun ada tatap muka hal itu dikarenakan mahasiswa ada kesulitan untuk belajarnya.

Misalnya mata kuliah yang harus ada bimbingan seperti praktek. Sehingga mahasiswa harus dibimbing dan jumpa dengan tutor. “Jadi kami disini belajarnya tidak sama dengan perguruan tinggi lainnya. Kalau di kampus lain belejar setiap hari, dan dipandu oleh dosen namun kami belajar sendiri dengan menggunakan modul,” ujar Critanta.

Di tempat berbeda, seorang mahasiswi UT mengatakan, belajar mandiri dalam banyak hal ditentukan oleh kemampuan belajar secara efektif. Kemampuan belajar bergantung pada kecepatan membaca dan kemampuan memahami isi bacaan. 

Untuk dapat belajar mandiri secara efektif, mahasiswa UT dituntut memiliki disiplin diri, inisiatif, dan motivasi belajar yang kuat. Mahasiswa juga dituntut untuk dapat mengatur waktunya dengan efisien.

Sehingga dapat belajar secara teratur berdasarkan jadwal belajar yang ditentukan sendiri. Oleh karena itu, agar dapat berhasil belajar di UT. “Jadi  kami harus siap untuk belajar secara mandiri," ujarnya.
Ditambahkan, sistem belajar yang diterpakan di UT adalah sistem belajar sendiri. Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk pandai-padai mengatur waktu untuk belajar. Karena kebanyakan mahasiswa yang kuliah di UT adalah orang yang telah bekerja.

Pihaknya hanya bertemu tutor jika ada mata kuliah yang sulit untuk dipahami untuk memeinta penjelasan terkait dengan permasalahan yang dihadapinya dalam memahami modul yang telah diberikan oleh tutor dalam memahami mata kuliah tersebut. Untuk bertemu dengan tutor pihaknya harus ke kantor UT untuk menentukan jadawal kapan tutor ada waktu untuk menjelasakan permalahan yang timbul dalam pemahaman modul." Kami ketemu tutor jika ada mata kuliah yang susah dipahami, itu pun sekali-sekali," tambahnya.(khr/lee) (Harian Jambi Edisi Cetak Pagi Kamis 17 April 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar