Halaman

Sabtu, 08 Maret 2014

Ketika Nyawa Puji (Petani Jambi) Melayang Ditangan “Sadisme” Oknum Aparat



Komnas HAM Turun

PUJI SAAT DI RS BHAYANGKARA POLDA JAMBI
KLIK Juga

BERITAKU-Tragis, sadis dan tidak manusiawi, itu gambaran yang terurai secara terang menderang atas tewasnya seorang petani bernama Puji (50) warga pendamping Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Bungku , Kecamatan Bajubang, Batanghari, Provinsi Jambi Rabu (5/3/14) sekitar pukul 23.03.

Betapa tidak, Puji meninggal dalam keadaan tangan diborgol dan kaki diikat tali, tubuh dan wajah lebam, dan lehernya kena tebas parang yang diduga kuat dilakukan oknum sekelompok TNI, Polisi dan Keamanan PT Asiatik Persada.

Tewasnya Puji, terkait dengan konflik lahan PT Asiatik Persada, perusahaan perkebunan milik Malasyia di Jambi. Pihak perusahaan terkesan “memanfaatkan” aparat untuk menghalau aksi unjukrasa ribuan petani dan SAD untuk memperjuangkan lahan mereka yang diserobot perusahaan tersebut. 

Berdasarkan pesan BBM, kejadian berlangsung di lokasi PT. Asiatic Persada Desa Bungku Kecamatan Bajubang, Batanghari. Aktivis Perkumpulan Hijau, Feri, selaku pendamping warga SAD 113 membenarkan kejadian ini.

Menurut dia, Kamis (6/3/14) dini hari, sejumlah warga SAD yang menjadi korban pemukulan tengah dirawat intensif di Rumah Sakti Bhayangkara Jambi. Camat Bajubang Ibnu Hajar yang dikonfirmasi terkait kematian warganya di Desa Bungku, mengaku mendengar kabar itu. Namun dia belum mendapat kepastian.

“Saya mendengar kejadian ini. Ada satu orang yang meninggal. Tapi saya belum tahu kepastiannya, kita tunggu besok pagi. Kabar masih simpang-siur. Sementara ini saya masih di Bajubang, belum berani masuk ke Desa Bungku karena saat ini lokasi itu masih menjadi "domain" polisi,” singkatnya.

Berdasarkan informasi yang beredar menyatakan bahwa Puji adalah target pertama, dan Rasto  yang merupakan target ketiga. Mereka berdua merupakan target dari tiga orang yang dianggap sebagai pengacau dan provokator dalam konflik PT Asiatik Persada dengan SAD.

Belum diketahui siapa yang menargetkan mereka, dan apa targetnya. Namun yang pasti Puji pada Rabu sekitar pukul 23.03 tewas dengan tubuh penuh luka di Rumah Sakit Bhayangkara Jambi, setelah dihajar oleh oknum aparat TNI dan Polisi serta keamanan PT Asiatic Persada di Desa Bungku Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari.

Kronologis Kejadian Versi Warga

PUJI (KIRI) DAN RASTO (KANAN)
Aktivis lingkungan Perkumpulan Hijau, Feri, Kamis sekitar pukul 01.00 mengatakan, satu petani diculik, 5 warga SAD dipukuli oleh aparat keamanan PT Asitic Persada di Desa Bungku. Berikut kronologis peristiwa yang masuk ke blackberry masengger (BBM).

Rabu pukul 15.12: Warga bernama Titus diambil paksa oleh aparat keamanan dari rumahnya. Pukul 15.20: Sebanyak 20 aparat keamanan membawa Titus ke lokasi pabrik PT Asiatic Persada di Desa Bungku Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari.

Rabu (6/3/14) pukul 16.10: ratusan warga dan keluarga korban datang menjemput Titus. Namun dihadang ratusan aparat keamanan di lokasi pabrik. Pukul 16.30:  Saat mendekati kantor perusahaan di Desa Bungku, beberapa petani dan warga Suku Anak Dalam (SAD) dipukuli.

Mereka diantaranya: Puji, Khori, Kuris, Adi, Mael, Ucil dan Dadang. Pukul 17.10: Keluarga korban dan warga dibubarkan dengan berondongan senjata oleh aparat keamanan. Hingga Kamis (6/3/14) saat itu, ratusan warga SAD dan petani Mentilingan masih bertahan di lokasi Trans-sosial 1, Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Batanghari.

Puji meninggal dunia Rabu (5/3/14) pukul 23.03 WIB. Puji menjadi korban kekerasan biadap oknum aparat keamanan PT Asiatic Persada (Wilmar Group) dan meninggal di Rumah Sakit Bayangkara Jambi.

Puji saat meninggal dalam keadaan tangan diborgol dan kaki diikat tali. Kondisi wajahnya dalam keadaan rusak dan penuh dengan luka pemukulan dan juga sayatan benda tajam di leher. Untuk diketahui, Puji dibawa oleh ambulance perusahaan dan ditinggalkan di rumah sakit Bhayangkara Jambi Jambi. Sementara beberapa warga yang menjadi korban pemukulan sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Raden Mataher Jambi.

Keterangan Versi Polisi

Terkait meninggalnya Puji oleh oknum aparat keamanan PT Asiatic, Kepala Bidang Humas Polda Jambi AKBP Almansyah, Kamis (6/3/14) memastikan tewasnya Puji merupakan buntut dari diamankannya Titus Simajuntak oleh petugas patroli securiti PT Asiatic Persada.

Titus diduga melakukan pencurian sawit di kawasan Simpang Johor pada Rabu (5/3) sekitar pukul 03.00 Wib dini hari. Saat diamankan Titus digelandang ke pos pengamanan oleh securiti.
Kebetulan pada saat pengamanan tersebut sejumlah anggota polisi Sat Binmas melintas karena baru selesai melakukan penyuluhan. Petugas securiti PT Asitic Persada lantas meminta bantuan kepada polisi untuk mengantarkan Titus ke pos pengamanan securiti di Padang Salak.

Namun naas, setelah sampai di sana 30 orang yang merupakan teman-teman Titus mendatangi pos pengamanan untuk meminta rekannya itu dibebaskan. Terjadi aksi saling dorong dan pukul di sana.

Akibatnya bentrok pecah. Satu orang warga bernama Puji merenggang nyawa dan 6 orang lainnya mengalami luka serius. “Setelah terjadi bentrok, petugas pengamanan tiba untuk menetralisir situasi. Ada korban yaitu Puji dan beberapa orang. Mereka dibawa ke Polda dan Rumah Sakit Bhayangkara,” kata Kabid Humas Polda Jambi AKBP Almansyah, Kamis.

Polisi Sebut Kelompok Petani

AKBP Almansyah juga menegaskan, puluhan orang yang terlibat bentrok di kawasan PT Asitic itu bukan merupakan SAD melainkan petani yang menggarap sejumlah lahan tersebut. “Kelompok ini bukan SAD, tapi petani biasa yang menggarap lahan di sana,” sebut Almansyah.

Saat ditanyakan ke Almansyah apakah benar anggota TNI dan Polisi Batanghari terlibat dalam penganiayaan Puji, ia hanya menjawab, “Kami belum bisa pastikan, masih mengumpulkan bukti dari lapangan,” katanya.

Namun, Almansyah mengatakan laporan kematian Puji dan permintaan perlindungan dari pihak keluarga sudah diterima Pihak Mapolda Provinsi Jambi, Kamis (6/3/14). Menurut Almansyah, tim terpadu dari Mapolda Jambi, sebenarnya bukan saja baru bergerak setelah menerima laporan dari pihak keluarga korban.

Mereka bergerak beberapa waktu sebelumnya, sejak pertikaian antara warga SAD dengan PT Asiatic Persada mencuat. Ia menyatakan, pihaknya tidak saja menerima laporan dari pihak keluarga Puji. Namun juga dari PT Asiatic Persada, yang melaporkan ada pencurian sawit, sebelum pertikaian yang menyebabkan Puji tewas di lokasi tersebut.

Danrem Perintahkan Usut

Komandan Korem 042 Garuda Putih Marsudi Utomo
Komandan Korem 042 Garuda Putih Marsudi Utomo memerintahkan Komandan Kodim Batanghari 0415 untuk mengusut dugaan keterlibatan oknum TNI dalam rusuh antara warga SAD dengan PT Asitic Persada yang menewaskan Puji pada Rabu malam. 

“TNI akan melakukan pemeriksaan internal. Saya juga sudah menugaskan Dandim 0415 Batanghari untuk turun ke lokasi bentrokan melakukan investigasi. Jika dalam kejadian itu ada pelanggaran pidananya maka akan diserahkan ke auditur militer dan akan disidangkan di Mahmakah Militer (Mahmil),” katanya.

Gubernur Dinilai Lemah Atasi Konflik

Anggota DPRD Provinsi Jambi dari Fraksi Gerakan Keadilan AR Syahbandar (Gerindra) menegaskan, perbuatan aparat keamanan PT Asiatic yang menewaskan Puji warga petani di Desa Bungku, Bajubang merupakan tindakan yang sudah di luar batas prikemanusiaan.

“Ini sudah di luar batas prikemanusian. Tewas dalam keadaan kaki tangan sudah diborgol. Saya meminta agar aparat keamanan PT Asiatic menahan diri, agar masalah ini tidak membuat jatuh korban berikutnya. Masalah ini, harus diusut tuntas sampai ke Komnas Ham,” katanya.

Sementara itu Wakil Gubernur Provinsi Jambi Fachrori Umar menyatakan keprihatinannya atas peristiwa yang menewaskan Puji pada Rabu malam lalu.

Fachrori menyatakan seharusnya jangan sampai ada kekerasan sehingga timbul korban jiwa dalam menangani persoalan apapun. “Saya sangat prihatin dengan konflik ini. Kenapa bisa sampai jatuh korban,” ujarnya.

Komnas HAM Turun

Menyikapi kasus ini, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pekan depan akan menginvestigasi dengan menurunkan tim ke Jambi. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dan Komisi Kepolisian Nasional akan terlibat dalam penyelidikan tersebut.

Seperti dilansir, Sinar Harapan.co, Wakil Ketua Komisi Nasional HAM, Dianto Bachriadi, menilai tindakan represif yang diambil aparat saat menghadapi petani di Jambi telah kelewat batas.

Dianto mengatakan, Komnas HAM telah meminta penjelasan dari petinggi kepolisian dan TNI di Jambi soal tewasnya Puji. Tidak cukup hanya itu, Dianto melanjutkan, tiga lembaga termasuk Komnas HAM akan menggelar investigasi di lapangan. “Investigasi bersama ini diharapkan lebih kuat dan perhatiannya lebih besar,” katanya.

Pihak keluarga meminta pertanggungjawaban atas kasus ini. Pihak keluarga Puji diketahui sudah melaporkan dan meminta perlindungan ke Mapolda Jambi.(Rosenman Manihuruk)

SUMBER DATA: WWW.HARIANJAMBI.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar