Halaman

Kamis, 30 Januari 2014

JELANG IMLEK 2565 31 JANUARI 2014, Pedagang Tebu Musiman Menangguk Rezeki


Pedagang Tebu Telor di Pasar Hongkong Kota Jambi. Foto-foto Asenk Lee Saragih-HP 0812 747 7587


Aldo Pedagang Tebu Musiman
BERITAKU-Pagi itu jam menunjukkan pukul 08.00 WIB. Pasar Hongkong, Jelutung Kota Jambi kendaraan padat merayap. Hampir butuh waktu 20 menit kendaraan melintasi Jalan Hawan Wuruk Kota Jambi tersebut. Betepa tidak, Pasar Hongkong dan ruko di deretan jalan itu sebagai pusat penjualan ragam kebutuhan Tahun Baru Cina 2565 atau 31 Januari 2014. Tidak terkecuali pedagang tebu dan nanas musiman yang mengambil lokasi di sekitar Pasar Hongkong.

Ada musim ada rezeki. Begitulah gambaran bagi pedagang tebu musiman di sekitar Pasang Hongkong, Jelutung Kota Jambi. Jelang perayaan Tahun Baru Cina Imlek 2565 yang jatuh pada Jumat 31 Januari 2014, mereka menangguk rejeki dalam dua hari berdagang. Bayangkan saja dalam hitungan jam, pedagang bisa jual tebu hingga 50 batang dengan harga satu pasangan tebu Rp 35 ribu atau tiga pasang tebu Rp 100 ribu.

Amin (32) warga Kelurahan Legok, Telanaipura Kota Jambi, salah satu pedagang tebu musiman yang ketiban rejeki menjelang Tahun Baru Imlek. Para pedagang tebu musiman menjajakan tebu batangan di emperan ruku-ruko daerah Pasar Hongkong Jalan Hayam Wuruk Jelutung.
Menurut Amin, menjual tebu bantangan baru dia lakukan Rabu (29/1/14) hingga Kamis 30 Januari 2014. Dirinya baru membeli tebu bantangan pilihan dari Seberang Kota Jambi sebanyak 100 batang.

“Kami jual tebu bantangan pilihan Rp 50 ribu dua batang atau sepasang. Hari ini baru kami jualan tebu dan hingga Kamis besok. Jual tebu bantangan ini hanya dua hari. Karena Jumat 31 Januari 2014 sudah perayaan Imlek,” katanya.

Kata Amin, dirinya mampu menjual tebu batangan dua hari ini mencapai 200 batang. “Setiap tahun saya jualan tebu di sini. Momen Imlek ini sebagai menanggung rezeki musiman. Lumayanlah Bang, rezeki tahunan,” kata Amin sembari membersihkan batang tebu yang mau dia jual.

Rejeki tahunan itu juga dirasakan Aldo (31) warga RT 32 Kelurahan Legok, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi. Menurutnya ada dua jenis tebu batangan yang mereka jual. Jenis tebu telur dan tebu kapur.

“Kalau tebu telur warna kulitnya kuning. Sedangkan tebu kapur di sekitar ruasnya ada putih-putih seperti kapur. Tebu ini biasa dijual pedagang es tebu,” katanya.

Namun Aldo sedikit pesimis penjualan tebu batangan Imlek tahun 2014 ini. Karena menurut dia, tahun lalu dia dan rekannya bisa menjual tebu mencapai 250 batang dalam dua hari. Sedangkan tahun Januari 2014 ini dirinya pesimis.

“Imlek tahun ini penjualan menurun. Mungkin karena banyak warga etnis Tionghoa yang merayakan Imlek langsung membeli sendiri ke petani. Tahun lalu saya bisa jual hingga 250 batang dalam dua hari jelang Imlek. Hari ini saya baru sediakan 100 batang,” kata Aldo sembari melayani pembeli pagi, Rabu (29/1/14).

Menurut Aldo, menjual tebu bantangan jelang Imlek sudah dia lakukan selama 5 tahun belakangan ini. “Setiap tahun Imlek saya jual tebu batangan. Inilah rezeki musiman itu,” kata Aldo bersyukur.

Pedagang tebu batangan lainnya, Ong Bok He (Saad) yang tiga belas tahun lebih berjualan tebu menjelang Imlek, mengatakan, jelang Imlek biasanya mendapat rejeki musiman dengan menjual tebu telur.

Ong Bok menanam tebu di kebun sendiri. Untuk menghasilkan tebu setinggi lebih kurang 2 meter memerlukan waktu tujuh hingga setahun. Per batang tebu dijual dengan harga kisaran Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu. “Tebu telur ini dijual per pasang (2 batang) Rp 50 ribu hingga Rp 100 per tiga pasang,” katanya.

Menurut Elly, seorang warga Tionghoa Jambi di sela-sela memberi tebu mengatakan, tradisi dan kepercayaan masyarakat Tionghoa, tebu yang dipasang di pintu masuk rumah atau tempat usaha akan memberikan manfaat tersendiri, terutama mendatangkan rezeki dan juga menolak bala.

“Etnis Tionghoa yang merayakan Imlek akan memasang sepasang tebu batangan di pintu rumah. Hal itu sebagai simbol menyambut dewa langit masuk ke rumah sambut Imlek. Tradisi ini sudah menjadi kewajiban bagi etnis Tionghoa,” ujar Elley. (Asenk lee)


Makna Tebu Saat Rayakan Imlek

 Mungkin sebagian warga belum tahu kenapa sih kalau perayaan imlek identik dengan tebu? Apalagi satu hari sebelum perayaan Imlek digelar pasti banyak kita jumpai penjual tebu di pinggir-pinggir jalan.

Kepercayaan terhadap tebu di kalangan warga masyarakat Tionghoa telah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang silam. Mereka percaya bahwa tebu merupakan salah satu tanaman yang mampu mendatangkan hoki (rejeki). Tebu yang dimaksud di sini tentunya bukan tebu sembarang tebu.

Hidayat, tokoh Tionghoa Jambi mengatakan, tebu yang dipercaya membawa keberuntungan adalah tebu yang memiliki panjang lebih dari dua meter dan berwarna hijau. Biasanya, oleh petani tebu yang dipersiapkan untuk keperluan sembahyang Cia Gwek Ce Kau mendapat perawatan khusus dari petani.

Disebutkan, semakin panjang tebu, maka akan semakin tinggi nilai ekonomisnya. Biasanya, dalam setiap acara lelang sembahyang Cia Gwek Ce Kau, tebu bisa laku terjual hingga ratusan bahkan jutaan rupiah. Oleh mereka yang membeli, biasanya tebu dipajang di tempat usaha.


“Etnis Tionghoa percaya kalau tebu yang dibeli dari acara lelang sembahyang akan membawa hoki tersendiri. Selain itu, tebu diyakini mampu mengusir hawa jahat. Menurut budayawan Tionghoa, tebu merupakan tanaman yang melambangkan umur panjang,” ujarnya.


Semakin panjang dan banyak ruas yang ada pada tebu, maka semakin banyak hoki yang dibawanya. Dalam bahasa Mandarin, filosofi tersebut dikenal dengan sebutan ciek-ciek shiang-shiang, artinya setiap ruas yang ada pada tebu melambangkan tahapan hidup manusia.

Sementara Candra, warga etnis Tionghoa lainnya mengatakan, coba lihat dan perhatikan proses tumbuhnya tebu. Ketika ditanam, mata tunas yang menempel pada ruas tebu secara perlahan namun pasti menjelma sebagai tanaman tebu baru.

Tebu muda ini terus tumbuh menjulang tinggi ke angkasa yang pada waktunya, tebu akan merunduk ke bumi. Proses tumbuhnya tebu baru ini sama persis dengan alur kehidupan manusia.
Disebutkan, saat masih muda belia, manusia akan berlomba-lomba menggapai cita-citanya. Seiring dengan bertambahnya usia, manusia akan mengalami masa kematangan emosional.

“Sebagai mahluk yang sempurna, manusia sebaiknya harus bisa mawas diri, melihat ke bawah jauh lebih bijaksana dalam menjalani hidup dan kehidupan, tulah makna yang tersimpan dalam tebu,” ungkapnya.

Dilihat dari segi rasanya, tebu adalah salah satu tanaman yang banyak disukai mahluk hidup karena rasanya yang manis. Dari rasa tebu yang manis ini, keberadaan manusia di muka bumi ini hendaknya bisa mendatangkan manfaat bagi sesama mahluk hidup.

Makna hidup yang terkandung dalam tebu ini sama persis dengan bambu. Bentuknya yang beruas-ruas serta panjang melambangkan panjang umur, sementara warnanya yang hijau bermakna kemurahan rezeki. ( Asenk lee)


Pedagang Tebu Telor di Pasar Hongkong Jambi. Foto-foto Asenk Lee Saragih- HP 0812 747 7587

Tidak ada komentar:

Posting Komentar