Bandara Kuala Namu Sumut. Foto-foto Int.Google/com |
Kelima nama yang telah diusulkan adalah Bandara Sultan Serdang, Bandara Kualanamu, Bandara Raja Sisingamangaraja XII, Bandara Haji Adam Malik dan Bandara Tengku Amir Hamzah. Nurdin juga mengajak seluruh organisasi dan semua pihak berkompeten yang masih memiliki ide terkait usulan nama, termasuk pihak yang pernah menyampaikan usulan bukan kepada Tim Inventarisasi, untuk segera manyampaikannya kepada tim inventarisasi yang dibentuk Pemprovsu.
"Tim memberi peluang hingga dua minggu ke depan sejak Senin 28 Mei 2012. Silahkan ajukan usulan kepada tim, termasuk yang pernah mengajukan agar menyampaikannya kembali kepada tim," tuturnya.
Berdasarkan hasil rapat tim di Kantor Gubsu 24 Mei 2012 lanjutnya usulan nama oleh masyarakat dan Pemkab/ Pemko jika diajukan harus representatif dilengkapi dasar atau alasan pengusulan. Secara resmi
diajukan kepada Gubsu cq. Tim Inventarisasi Usulan Nama Bandar Udara di Kualanamu, d/a Sekretariat Biro Hukum Setdaprovsu Lantai 7 Kantor Gubsu Jalan P Diponegoro 30 Medan.
Dijelaskan, ketentuan yang diatur oleh Menhub bahwa nama bandara diusulkan oleh Pemprovsu dengan persetujuan DPRD Sumut untuk diputuskan atau ditetapkan oleh Menhub. "Enam bulan sebelum operasional nama itu sudah harus ditetapkan. Bandara ini dijadwalkan operasional bulan Maret 2013 sehingga bulan September ini mesti disosialisasikan ke dunia internasional," jelasnya.
Tim Inventarisasi Usulan Nama Bandara ini berdasarkan SK Gubsu H Gatot Pujo Nogroho ST nomor 188.44/277/KPTS/2012 tanggal 9 April 2012 diketuai langsung oleh pejabat Sekdaprovsu. Tentang ke lima nama yang telah masuk masing-masing Bandara Sultan Serdang diusulkan Pengurus Daerah Masyarakat Adat Budaya Melayu Indonesia Deliserdang tertanggal 7 Maret 2012. Alasannya spirit pembangunan bandara ini sama dengan spirit Sultan Serdang ketika membangun Kesultanan Serdang.
Nama Kualanamu diusulkan Bupati Deliserdang melalui surat tertanggal 4 Mei 2012 dan PD MABMI Deliserdang melalui surat tertanggal 7 Maret 2012. "Alasan nama ini antara lain masyarakat Kualanamu sekitarnya telah banyak menerima dampak selama proses pembangunan serta untuk menghindari konflik antar masyarakat yang masing-masing mengusulkan nama bandara yang berbeda," ujarnya.
Pengusul nama Kualanamu juga mengusulkan terhadap nama lain seperti nama pahlawan nasional disarankan untuk ditabalkan menjadi sebutan bagi terminal keberangkatan atau kedatangan dalam dan luar negeri.Nama Raja Sisingamangaraja XII diusulkan oleh Parsadaan Pomparan Ni Raja Sonak Malela Anak Dohot Boruna Medan sekitarnya dengan alasan pahlawan nasional, memiliki semangat nasionalisme dan nilai historis yang tinggi.
Nama Haji Adam Malik diusulkan Pengurus Daerah Wanita Satya Praja Propinsi Sumut dengan alasan tokoh NKRI, Ketua PBB dan pemrakarsa ASEAN, pernah Wapres dan putra daerah Sumut. Sedangkan nama Tengku Amir Hamzah diusulkan Tanfidzi Forum Umat Islam Sumatera Utara dengan Surat Nomor AU.101/1/17/DRJU-2012 tanggal 27 Februari 2012.
Juga dijelaskan bahwa Plt Gubsu sudah menerima surat dari DPRD Sumut meminta agar Pemprovsu segera menyampaikan calon nama untuk bandara baru ini untuk dibahas lebih lanjut pada Paripurna DPRD Sumut.
Kembangkan Kuala Namu AP II Gandeng Bandara Incheon
JAKARTA - Ingin jadikan bandara Kuala Namu, Medan sebagai salah satu bandara pengumpul (hub) internasional di wilayah regional Asean, PT Angkasa Pura II (AP II) secara resmi mengandeng Incheon
International Airport Corporation (IIAC) sebagai Sister Airport.
Dikatakan oleh Direktur Utama AP II, Tri S Sunoko bahwa pihaknya memilih IIAC dikarenakan bandara tersebut telah membuktikan diri sebagai best airport worldwide untuk pelayanan penumpang selama tujuh tahun berturut-turut oleh Airport Council International.
"Tidak hanya itu, tujuan kita menjadikan IIAC sebagai Sister Airport adalah mewujukan cita-cita sebagai kami sebagai World Class airport AP II, terutama untuk mengembangkan bandara Kuala Namu. Untuk itulah kami akan belajar lebih banyak dengan IIAC," kata Tri dalam penandatanganan perjanjian kerjasama antara AP II dengan IIAC di Jakarta, Senin (25/6/12).
Ia pun menabahkan dalam hal ini IIAC sebagai konsultan berdasarkan pengalamannya sebagai best airport worldwide. Adapun kerjasama yang dibangun antara lain meliputi asistensi dalam bidang teknik, modernisasi, perbaikan dan investasi serta bidang evaluasi pasar.
Sedangkan target dari kerjasama ini adalah menjadi bandara Kuala Namu sebagai bandara hub internasional yang pada lima tahun ke depan agar dapat menyaing Bandara KLIA Malaysia dan Changi Singapura.
Namun untuk mewujudkan cita-cita besar ini, perlu dukungan sinergis dari pemerintah pusat dan daerah, termasuk dari maskapai."Sedangkan dipilihnya Kuala Namu sebagai hub internasional karena letak geografisnya yang strategis, sama seperti KLIA dan Changi. Mengapa masyarakat kita mesti melalui bandara di luar negeri itu untuk menuju negara-negara lain, mengapa tidak dari Medan saja," kata Tri.
Ia juga menjelaskan dari sisi pembangunan pihaknya melakukan hal yang maksimal dalam hal membangun bandara Kuala Namu dengan fasilitas standar internasional yang ada. Kebutuhan dana, total anggaran yang diperlukan untuk pembangunan Bandara Kuala Namu sebesar 4,74 triliun rupiah, terdiri dari 1,81 triliun rupiah dari AP II dan APBN 2,93 triliun rupiah.
Kapasitas Kuala Namu terletak di lahan seluas 1.365 hektare di Kabupaten Deli Serdang, disiapkan untuk melayani 8,1 juta penumpang per tahun dengan area terminal penumpang seluas 86.000 m2 untuk tahap I.
Sedangkan terkait Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Tri megatakan kalau bandara tersebut lebih difokuskan kepada bandara hub domestik. Saat ini potensi pangsa pasar domestik masih besar di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 220 juta.
"80 persen hub di Soekarno-Hatta domestik dan 20 persennya melayani hub internasional. Untuk itulah kami akan memfokuskan Soekarno Hatta sebagai hub domistik sedangkan Kuala Namu sebagai hub Internasional," katanya.
Sementara itu, President dan Chief Executive Officer (CEO) IIAC, CW Lee, menjelaskan, Incheon dan Kuala Namu mempunyai karakteristik dan kondisi geografis yang sama, yaitu posisi strategis. Incheon terletak di antara Jepang dan China, sedangkan Kuala Namu terletak di antara Kuala Lumpur dan Singapura.
"Untuk menjadikan bandara hub internasional memang tidak mudah. Kami harus berjuang selama lima tahun untuk dapat menggungguli Jepang dan China untuk itu kuncinya hanyalah satu pelayanan. Dan saya yakin jika Kuala Namu bisa memberikan pelayanan yang terbaik maka akan bisa mengalahkan antara Kuala Lumpur dan Singapura," katanya
Terkait kerjasama yang akan dilakukan, Lee mengatakan dalam bidang teknik, IIAC akan menyediakan dukunganya dalam bidang teknik kepada AP II untuk pengoperasian, manajemen, pembangunan, pemasaran, strategi pengumpul, serta pendidkan dan pelatihan.
Kemudian dalam bidang modernisasi, ruang lingkunya meliputi perbaikan dan investasi yang diharapkan mendorong kedua belah pihak dapat memilih untuk membagi informasi terkait dengan usaha perbaikan maupun modernisasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jasa.
Selanjutnya, dalam bidang evaluasi pasar, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pemasaran bersama, program pertukaran personel, studi banding, maupun kerja sama lain yang tidak hanya berhubungan dengan Bandara Kuala Namu, tetapi juga berhubungan dengan bandara lain yang dikelola oleh Angkasa Pura II. Perjajian Sister Airport ini berlaku selama 3 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama.
"Dalam kerjasama ini nantinya tidak menutup kemungkinan, kami dapat pula bersama-sama berinvestasi dalam proyek pembangunan bandara baru," kata Lee.
Bandara Udara Internasional Kuala Namu(dikenal sebagai Lapangan Terbang Baru Internasional Medan) adalah sebuah Bandara Udara baru untuk kota Medan, Sumatera Utara Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Kuala Namu akan menggantikan Banda Udara Internasional Polonia yang sudah berusia lebih dari 70 tahun. Saat selesai dibangun, Kuala Namu diharapkan dapat menjadi lapangan terbang pangkalan transit AntarBangsa untuk kawasan Sumatera dan Sekitarnya, akan menjadi Bandara Udara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Udara Internasional Soekarno – Hatta di Jakarta.
Latar Belakang Pembangunan Pemindahan lapangan terbang ke Kuala Namu telah dirancang sejak tahun 1991. Dalam kunjungan kerja ke Medan, Azwar Anas, Menteri Perhubungan saat itu, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, lapangan terbang akan dipindah ke luar kota.
Persiapan pembangunan dimulai pada tahun 1997, namun krisis kewangan krisis Moneter pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda. Sejak saat itu kabar mengenai lapangan terbang
ini jarang terdengar lagi, hingga muncul momentum baru saat terjadi kecelakaan pesawat Mandala Airlines pada September 2005 yang jatuh sesaat setelah lepas dari Bandara Polonia.
"Tim memberi peluang hingga dua minggu ke depan sejak Senin 28 Mei 2012. Silahkan ajukan usulan kepada tim, termasuk yang pernah mengajukan agar menyampaikannya kembali kepada tim," tuturnya.
Berdasarkan hasil rapat tim di Kantor Gubsu 24 Mei 2012 lanjutnya usulan nama oleh masyarakat dan Pemkab/ Pemko jika diajukan harus representatif dilengkapi dasar atau alasan pengusulan. Secara resmi
diajukan kepada Gubsu cq. Tim Inventarisasi Usulan Nama Bandar Udara di Kualanamu, d/a Sekretariat Biro Hukum Setdaprovsu Lantai 7 Kantor Gubsu Jalan P Diponegoro 30 Medan.
Dijelaskan, ketentuan yang diatur oleh Menhub bahwa nama bandara diusulkan oleh Pemprovsu dengan persetujuan DPRD Sumut untuk diputuskan atau ditetapkan oleh Menhub. "Enam bulan sebelum operasional nama itu sudah harus ditetapkan. Bandara ini dijadwalkan operasional bulan Maret 2013 sehingga bulan September ini mesti disosialisasikan ke dunia internasional," jelasnya.
Tim Inventarisasi Usulan Nama Bandara ini berdasarkan SK Gubsu H Gatot Pujo Nogroho ST nomor 188.44/277/KPTS/2012 tanggal 9 April 2012 diketuai langsung oleh pejabat Sekdaprovsu. Tentang ke lima nama yang telah masuk masing-masing Bandara Sultan Serdang diusulkan Pengurus Daerah Masyarakat Adat Budaya Melayu Indonesia Deliserdang tertanggal 7 Maret 2012. Alasannya spirit pembangunan bandara ini sama dengan spirit Sultan Serdang ketika membangun Kesultanan Serdang.
Nama Kualanamu diusulkan Bupati Deliserdang melalui surat tertanggal 4 Mei 2012 dan PD MABMI Deliserdang melalui surat tertanggal 7 Maret 2012. "Alasan nama ini antara lain masyarakat Kualanamu sekitarnya telah banyak menerima dampak selama proses pembangunan serta untuk menghindari konflik antar masyarakat yang masing-masing mengusulkan nama bandara yang berbeda," ujarnya.
Pengusul nama Kualanamu juga mengusulkan terhadap nama lain seperti nama pahlawan nasional disarankan untuk ditabalkan menjadi sebutan bagi terminal keberangkatan atau kedatangan dalam dan luar negeri.Nama Raja Sisingamangaraja XII diusulkan oleh Parsadaan Pomparan Ni Raja Sonak Malela Anak Dohot Boruna Medan sekitarnya dengan alasan pahlawan nasional, memiliki semangat nasionalisme dan nilai historis yang tinggi.
Nama Haji Adam Malik diusulkan Pengurus Daerah Wanita Satya Praja Propinsi Sumut dengan alasan tokoh NKRI, Ketua PBB dan pemrakarsa ASEAN, pernah Wapres dan putra daerah Sumut. Sedangkan nama Tengku Amir Hamzah diusulkan Tanfidzi Forum Umat Islam Sumatera Utara dengan Surat Nomor AU.101/1/17/DRJU-2012 tanggal 27 Februari 2012.
Juga dijelaskan bahwa Plt Gubsu sudah menerima surat dari DPRD Sumut meminta agar Pemprovsu segera menyampaikan calon nama untuk bandara baru ini untuk dibahas lebih lanjut pada Paripurna DPRD Sumut.
Kembangkan Kuala Namu AP II Gandeng Bandara Incheon
JAKARTA - Ingin jadikan bandara Kuala Namu, Medan sebagai salah satu bandara pengumpul (hub) internasional di wilayah regional Asean, PT Angkasa Pura II (AP II) secara resmi mengandeng Incheon
International Airport Corporation (IIAC) sebagai Sister Airport.
Dikatakan oleh Direktur Utama AP II, Tri S Sunoko bahwa pihaknya memilih IIAC dikarenakan bandara tersebut telah membuktikan diri sebagai best airport worldwide untuk pelayanan penumpang selama tujuh tahun berturut-turut oleh Airport Council International.
"Tidak hanya itu, tujuan kita menjadikan IIAC sebagai Sister Airport adalah mewujukan cita-cita sebagai kami sebagai World Class airport AP II, terutama untuk mengembangkan bandara Kuala Namu. Untuk itulah kami akan belajar lebih banyak dengan IIAC," kata Tri dalam penandatanganan perjanjian kerjasama antara AP II dengan IIAC di Jakarta, Senin (25/6/12).
Ia pun menabahkan dalam hal ini IIAC sebagai konsultan berdasarkan pengalamannya sebagai best airport worldwide. Adapun kerjasama yang dibangun antara lain meliputi asistensi dalam bidang teknik, modernisasi, perbaikan dan investasi serta bidang evaluasi pasar.
Sedangkan target dari kerjasama ini adalah menjadi bandara Kuala Namu sebagai bandara hub internasional yang pada lima tahun ke depan agar dapat menyaing Bandara KLIA Malaysia dan Changi Singapura.
Namun untuk mewujudkan cita-cita besar ini, perlu dukungan sinergis dari pemerintah pusat dan daerah, termasuk dari maskapai."Sedangkan dipilihnya Kuala Namu sebagai hub internasional karena letak geografisnya yang strategis, sama seperti KLIA dan Changi. Mengapa masyarakat kita mesti melalui bandara di luar negeri itu untuk menuju negara-negara lain, mengapa tidak dari Medan saja," kata Tri.
Ia juga menjelaskan dari sisi pembangunan pihaknya melakukan hal yang maksimal dalam hal membangun bandara Kuala Namu dengan fasilitas standar internasional yang ada. Kebutuhan dana, total anggaran yang diperlukan untuk pembangunan Bandara Kuala Namu sebesar 4,74 triliun rupiah, terdiri dari 1,81 triliun rupiah dari AP II dan APBN 2,93 triliun rupiah.
Kapasitas Kuala Namu terletak di lahan seluas 1.365 hektare di Kabupaten Deli Serdang, disiapkan untuk melayani 8,1 juta penumpang per tahun dengan area terminal penumpang seluas 86.000 m2 untuk tahap I.
Sedangkan terkait Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Tri megatakan kalau bandara tersebut lebih difokuskan kepada bandara hub domestik. Saat ini potensi pangsa pasar domestik masih besar di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 220 juta.
"80 persen hub di Soekarno-Hatta domestik dan 20 persennya melayani hub internasional. Untuk itulah kami akan memfokuskan Soekarno Hatta sebagai hub domistik sedangkan Kuala Namu sebagai hub Internasional," katanya.
Sementara itu, President dan Chief Executive Officer (CEO) IIAC, CW Lee, menjelaskan, Incheon dan Kuala Namu mempunyai karakteristik dan kondisi geografis yang sama, yaitu posisi strategis. Incheon terletak di antara Jepang dan China, sedangkan Kuala Namu terletak di antara Kuala Lumpur dan Singapura.
"Untuk menjadikan bandara hub internasional memang tidak mudah. Kami harus berjuang selama lima tahun untuk dapat menggungguli Jepang dan China untuk itu kuncinya hanyalah satu pelayanan. Dan saya yakin jika Kuala Namu bisa memberikan pelayanan yang terbaik maka akan bisa mengalahkan antara Kuala Lumpur dan Singapura," katanya
Terkait kerjasama yang akan dilakukan, Lee mengatakan dalam bidang teknik, IIAC akan menyediakan dukunganya dalam bidang teknik kepada AP II untuk pengoperasian, manajemen, pembangunan, pemasaran, strategi pengumpul, serta pendidkan dan pelatihan.
Kemudian dalam bidang modernisasi, ruang lingkunya meliputi perbaikan dan investasi yang diharapkan mendorong kedua belah pihak dapat memilih untuk membagi informasi terkait dengan usaha perbaikan maupun modernisasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jasa.
Selanjutnya, dalam bidang evaluasi pasar, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pemasaran bersama, program pertukaran personel, studi banding, maupun kerja sama lain yang tidak hanya berhubungan dengan Bandara Kuala Namu, tetapi juga berhubungan dengan bandara lain yang dikelola oleh Angkasa Pura II. Perjajian Sister Airport ini berlaku selama 3 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama.
"Dalam kerjasama ini nantinya tidak menutup kemungkinan, kami dapat pula bersama-sama berinvestasi dalam proyek pembangunan bandara baru," kata Lee.
Bandara Udara Internasional Kuala Namu(dikenal sebagai Lapangan Terbang Baru Internasional Medan) adalah sebuah Bandara Udara baru untuk kota Medan, Sumatera Utara Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Kuala Namu akan menggantikan Banda Udara Internasional Polonia yang sudah berusia lebih dari 70 tahun. Saat selesai dibangun, Kuala Namu diharapkan dapat menjadi lapangan terbang pangkalan transit AntarBangsa untuk kawasan Sumatera dan Sekitarnya, akan menjadi Bandara Udara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Udara Internasional Soekarno – Hatta di Jakarta.
Latar Belakang Pembangunan Pemindahan lapangan terbang ke Kuala Namu telah dirancang sejak tahun 1991. Dalam kunjungan kerja ke Medan, Azwar Anas, Menteri Perhubungan saat itu, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, lapangan terbang akan dipindah ke luar kota.
Persiapan pembangunan dimulai pada tahun 1997, namun krisis kewangan krisis Moneter pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda. Sejak saat itu kabar mengenai lapangan terbang
ini jarang terdengar lagi, hingga muncul momentum baru saat terjadi kecelakaan pesawat Mandala Airlines pada September 2005 yang jatuh sesaat setelah lepas dari Bandara Polonia.
Kecelakaan yang merungut nyawa Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin tersebut juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar lapangan terbang meninggal dunia akibat letak lapangan terbang yang terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali usulan agar lapangan terbang di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai.
Selain itu, kapasitas Polonia yang telah lebih batasnya juga merupakan faktor direncanakannya pemindahan lapangan terbang.
Proses Pembangunan
Pembangunannya direncanakan akan dilaksanakan sepanjang tiga tahap. Tahap I dimulai pada 29 Jun 2006 dan selesai pada tahun 2009 atau paling lambat 2010. Tahap ini dibangun sendiri oleh pemerintah dengan PT. Angkasa Pura II, dengan pembagian berupa sisi darat (misalnya terminal, kawasan parkir) dibangun Angkasa Pura sementara sisi udara dibangun Direktorat Jenderal Udara dari Departemen Perhubungan. Dana untuk pembangunan Tahap I terdiri dari Rp. 1.3 trilion dari Angkasa Pura dan dana pinjaman sebesar Rp. 2.3 trilion sehingga jumlahnya adalah Rp. 3.6 trilion.
Selain itu, kapasitas Polonia yang telah lebih batasnya juga merupakan faktor direncanakannya pemindahan lapangan terbang.
Proses Pembangunan
Pembangunannya direncanakan akan dilaksanakan sepanjang tiga tahap. Tahap I dimulai pada 29 Jun 2006 dan selesai pada tahun 2009 atau paling lambat 2010. Tahap ini dibangun sendiri oleh pemerintah dengan PT. Angkasa Pura II, dengan pembagian berupa sisi darat (misalnya terminal, kawasan parkir) dibangun Angkasa Pura sementara sisi udara dibangun Direktorat Jenderal Udara dari Departemen Perhubungan. Dana untuk pembangunan Tahap I terdiri dari Rp. 1.3 trilion dari Angkasa Pura dan dana pinjaman sebesar Rp. 2.3 trilion sehingga jumlahnya adalah Rp. 3.6 trilion.
Prasarana awal berupa pemagaran panel beton, pemulihan jalan, dan pembuatan pos jaga senilai Rp 6 juta dilakukan dari November 2006 hingga Februari 2007.
Pada akhir November 2006 juga diumumkan pemenang tender untuk pasukan perancang lapangan terbang. Dari 18 peserta, tujuh telah melewati proses prakelayakan dan akan bersaing hingga dipilih tiga peserta terbaik, dan seterusnya hanya satu yang terpilih. PT. Wiratman & Associates kemudian terpilih sebagai pemenang tender perancangan lapangan terbang pada Januari 2007. Setelah itu, pemenang diberi waktu lapan bulan untuk merancang lapangan terbang (hingga Agustus 2007). Setelah proses ini selesai, tender pembangunan lapangan terbang yang diperkirakan akan berlangsung selama dua bulan akan dilaksanakan. Jika sesuai jadwal, maka pembangunan sisi darat akan dimulai pada November 2007 dan diselesaikan dalam dua tahun. Tahap II yang direncanakan dibangun bersama oleh pemerintah dan investor, akan dimulai tahun 2010.
Pengangkutan, Luas dan Kapasitas Bandara
Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur kereta api dari Stasiun Aras Kabu di Kecamatan Beringin ke lapangan terbang yang berjarak sekitar 450 meter. Stasiun Aras Kabu sendiri terhubung ke Stasiun KA Medan dengan jarak 22.96 km. Diperkirakan jarak tempuh dari Medan hingga Kuala Namu akan berkisar antara 16-30 minit.
Ada pula usulan pembangunan Jalan Tol Medan-Kuala Namu sebagai usaha pengembangan prasarana pengangkutan dari dan ke lapangan terbang. Namun pelaksanaan pembangunan selama waktu pembangunan jalan tol tahun 2005-2010 menunggu persutujuan dari pemerintah pusat.
Tahap 1 lapangan terbang diperkirakan dapat menampung tujuh hingga 10 juta penumpang dan 10,000 pergerakan pesawat pertahun, sementara setelah selesainya Tahap II lapangan terbang ini rencananya akan menampung 25 juta penumpang pertahun.
Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6.5 hektar dengan kemudahan kawasan komersil seluas 3.5 hektar dan kemudahan kargo seluas 1.3 hektar. Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Namu memiliki panjang landasan pacu 3,750 meter, dan boleh didarati oleh pesawat berbadan lebar.
Pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu di Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, terbesar pertama di luar Pulau Jawa yang dibiayai melalui dana APBN, Kementerian Perhubungan dan PT (Persero) Angkasa Pura II.Hal tersebut dijelaskan Pimpinan Proyek, Joko Waskito kepada para peserta Rapat Koordinasi (Rakor) Gubernur se-Wilayah Sumatera tahuh 2012 di Medan yang berkunjung ke lokasi Bandara Internasional Kuala Namu di Desa Beringin, Selasa (19/12).Menurut Joko, dalam pembangunan bandara yang bertaraf internasional itu, PT Angkasa Pura II mendanai Rp 2 triliun.“Jadi pembangunan bandara yang cukup besar dan megah itu, PT Angkasa
Pura II berinvestasi mencapai nilai triliunan rupiah. Diharapkan pada bulan Maret 2013 Bandara Internasional tersebut mulai beroperasi untuk menggantikan Bandara Internasional Polonia Medan,” ujar Joko Waskito.
Ia menambahkan, peresmian bandara internasional tersebut rencananya oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada Maret 2013.Bandara internasional itu diharapkan menjadi kebanggaan masyarakat
Sumatera Utara (Sumut) khususnya dan Indonesia pada umumnya, dapat dioperasikan dengan tepat waktu.Dengan kehadiran bandara internasional itu, juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Sumut.
Bahkan, jelasnya pembangunan fisik bandara internasional tersebut, saat ini rampung dan mencapai sekitar 91 persen dan pembangunan runway tinggal 300 meter lagi dari panjang runwai seluruhnya 2.900 x 45 meter.
Sedangkan luas area Bandara Internasional Kuala Namu mencapai 1.365 hektare, area terminal 118.930 meter persegi (M2), kapasitas terminal 8.1 juta pax per tahun, luas area parkir 50.820 meter persegi (M2), gudang kargo seluas 13.000 meter persegi (M2) dan kapasitas parkir, 407 taksi, 55 bus dan 908 mobil.
“Kita juga merasa bangga, bahwa pengerjaan proyek bandara internasional tersebut dilakukan seluruhnya dari arsitektur dan ekerja ahli dan merupakan putra-putra terbaik bangsa. Peralatan yang digunakan di bandara tersebut cukup canggih, mulai dari pemeriksaan barang penumpang, penyimpanan dan lainnya. Termasuk keamanan barang penumpang,” ujar Joko.
Bandara Terbaik Dunia
Sementara itu dalam membangun bandara Kuala Namu, PT Angkasa Pura II (Persero) menggandeng Incheon International Airport Corporation (IIAC) Korea Selatan, sebagai Sister Airport.
Perjajian Sister Airport ini berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama.Incheon Korea Selatan merupakan salah satu bandara terbaik di dunia. “Kita berharap Bandara Kualanamu juga menjadi salah satu bandara terbaik di dunia,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Tri, kerja sama seperti itu memberikan banyak keuntungan bagi Angkasa Pura II. “Bandara Kualanamu akan menjadi salah satu bandara pengumpul (hub) yang cukup diperhitungkan di kawasan regional,” kata dia.
Ia menambahkan, kerja sama ini juga akan memberikan dampak yang cukup besar bagi Angkasa Pura II dalam mengelola Bandara Kuala Namu.“Incheon, selain sebagai bandara terbesar di Korea Selatan dan menjadi salah satu bandara tersibuk di Asia dalam hal pelayanan penumpang, juga menjadi bandara tersibuk kedua dalam jalur pelayanan kargo internasional,” kata Tri.
Tri menjelaskan, kerja sama yang dibangun antara lain meliputi asistensi dalam bidang teknik, modernisasi, perbaikan, dan investasi serta bidang evaluasi pasar. Dalam bidang teknik, IIAC akan menyediakan dukunganya dalam pengoperasian, manajemen, pembangunan, pemasaran, strategi pengumpul, serta pendidkan dan pelatihan.
Kemudian dalam bidang modernisasi, ruang lingkupnya meliputi perbaikan dan investasi yang diharapkan mendorong kedua belah pihak dapat memilih untuk membagi informasi terkait dengan usaha perbaikan maupun modernisasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jasa.
Dalam bidang evaluasi pasar, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pemasaran bersama, program pertukaran personel, studi banding, maupun kerja sama lain yang tidak hanya berhubungan dengan Bandara Kuala Namu, tetapi juga berhubungan dengan bandara lain yang dikelola oleh Angkasa Pura II.
Kapasitas Bandara Kuala Namu yang terletak di atas lahan seluas 1.365 hektare disiapkan untuk melayani hingga 8,1 juta penumpang per tahun, dengan area terminal penumpang seluas 86.000 m2 (Tahap I). Bandara tersebut akan terus dikembangkan hingga mencapai kapasitas maksimalnya.
Bandara Kuala Namu akan dilengkapi dua runway paralel, apron seluas 30 ha berkapasitas maximum 33 pesawat, terminal kargo seluas 13.000 m2 dengan kapasitas 3 pesawat (65.000 ton/ tahun), area parkir berkapasitas sekitar 1400 kendaraann roda empat taxi.Untuk aksesibilitas, Bandara Kualanamu yang dilengkapi 10 gerbang masuk, akan didukung oleh akses jalan tol dan kereta api khusus bandara. (Berbagai Sumber)
Pada akhir November 2006 juga diumumkan pemenang tender untuk pasukan perancang lapangan terbang. Dari 18 peserta, tujuh telah melewati proses prakelayakan dan akan bersaing hingga dipilih tiga peserta terbaik, dan seterusnya hanya satu yang terpilih. PT. Wiratman & Associates kemudian terpilih sebagai pemenang tender perancangan lapangan terbang pada Januari 2007. Setelah itu, pemenang diberi waktu lapan bulan untuk merancang lapangan terbang (hingga Agustus 2007). Setelah proses ini selesai, tender pembangunan lapangan terbang yang diperkirakan akan berlangsung selama dua bulan akan dilaksanakan. Jika sesuai jadwal, maka pembangunan sisi darat akan dimulai pada November 2007 dan diselesaikan dalam dua tahun. Tahap II yang direncanakan dibangun bersama oleh pemerintah dan investor, akan dimulai tahun 2010.
Pengangkutan, Luas dan Kapasitas Bandara
Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur kereta api dari Stasiun Aras Kabu di Kecamatan Beringin ke lapangan terbang yang berjarak sekitar 450 meter. Stasiun Aras Kabu sendiri terhubung ke Stasiun KA Medan dengan jarak 22.96 km. Diperkirakan jarak tempuh dari Medan hingga Kuala Namu akan berkisar antara 16-30 minit.
Ada pula usulan pembangunan Jalan Tol Medan-Kuala Namu sebagai usaha pengembangan prasarana pengangkutan dari dan ke lapangan terbang. Namun pelaksanaan pembangunan selama waktu pembangunan jalan tol tahun 2005-2010 menunggu persutujuan dari pemerintah pusat.
Tahap 1 lapangan terbang diperkirakan dapat menampung tujuh hingga 10 juta penumpang dan 10,000 pergerakan pesawat pertahun, sementara setelah selesainya Tahap II lapangan terbang ini rencananya akan menampung 25 juta penumpang pertahun.
Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6.5 hektar dengan kemudahan kawasan komersil seluas 3.5 hektar dan kemudahan kargo seluas 1.3 hektar. Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Namu memiliki panjang landasan pacu 3,750 meter, dan boleh didarati oleh pesawat berbadan lebar.
Pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu di Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, terbesar pertama di luar Pulau Jawa yang dibiayai melalui dana APBN, Kementerian Perhubungan dan PT (Persero) Angkasa Pura II.Hal tersebut dijelaskan Pimpinan Proyek, Joko Waskito kepada para peserta Rapat Koordinasi (Rakor) Gubernur se-Wilayah Sumatera tahuh 2012 di Medan yang berkunjung ke lokasi Bandara Internasional Kuala Namu di Desa Beringin, Selasa (19/12).Menurut Joko, dalam pembangunan bandara yang bertaraf internasional itu, PT Angkasa Pura II mendanai Rp 2 triliun.“Jadi pembangunan bandara yang cukup besar dan megah itu, PT Angkasa
Pura II berinvestasi mencapai nilai triliunan rupiah. Diharapkan pada bulan Maret 2013 Bandara Internasional tersebut mulai beroperasi untuk menggantikan Bandara Internasional Polonia Medan,” ujar Joko Waskito.
Ia menambahkan, peresmian bandara internasional tersebut rencananya oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada Maret 2013.Bandara internasional itu diharapkan menjadi kebanggaan masyarakat
Sumatera Utara (Sumut) khususnya dan Indonesia pada umumnya, dapat dioperasikan dengan tepat waktu.Dengan kehadiran bandara internasional itu, juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Sumut.
Bahkan, jelasnya pembangunan fisik bandara internasional tersebut, saat ini rampung dan mencapai sekitar 91 persen dan pembangunan runway tinggal 300 meter lagi dari panjang runwai seluruhnya 2.900 x 45 meter.
Sedangkan luas area Bandara Internasional Kuala Namu mencapai 1.365 hektare, area terminal 118.930 meter persegi (M2), kapasitas terminal 8.1 juta pax per tahun, luas area parkir 50.820 meter persegi (M2), gudang kargo seluas 13.000 meter persegi (M2) dan kapasitas parkir, 407 taksi, 55 bus dan 908 mobil.
“Kita juga merasa bangga, bahwa pengerjaan proyek bandara internasional tersebut dilakukan seluruhnya dari arsitektur dan ekerja ahli dan merupakan putra-putra terbaik bangsa. Peralatan yang digunakan di bandara tersebut cukup canggih, mulai dari pemeriksaan barang penumpang, penyimpanan dan lainnya. Termasuk keamanan barang penumpang,” ujar Joko.
Bandara Terbaik Dunia
Sementara itu dalam membangun bandara Kuala Namu, PT Angkasa Pura II (Persero) menggandeng Incheon International Airport Corporation (IIAC) Korea Selatan, sebagai Sister Airport.
Perjajian Sister Airport ini berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama.Incheon Korea Selatan merupakan salah satu bandara terbaik di dunia. “Kita berharap Bandara Kualanamu juga menjadi salah satu bandara terbaik di dunia,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Tri, kerja sama seperti itu memberikan banyak keuntungan bagi Angkasa Pura II. “Bandara Kualanamu akan menjadi salah satu bandara pengumpul (hub) yang cukup diperhitungkan di kawasan regional,” kata dia.
Ia menambahkan, kerja sama ini juga akan memberikan dampak yang cukup besar bagi Angkasa Pura II dalam mengelola Bandara Kuala Namu.“Incheon, selain sebagai bandara terbesar di Korea Selatan dan menjadi salah satu bandara tersibuk di Asia dalam hal pelayanan penumpang, juga menjadi bandara tersibuk kedua dalam jalur pelayanan kargo internasional,” kata Tri.
Tri menjelaskan, kerja sama yang dibangun antara lain meliputi asistensi dalam bidang teknik, modernisasi, perbaikan, dan investasi serta bidang evaluasi pasar. Dalam bidang teknik, IIAC akan menyediakan dukunganya dalam pengoperasian, manajemen, pembangunan, pemasaran, strategi pengumpul, serta pendidkan dan pelatihan.
Kemudian dalam bidang modernisasi, ruang lingkupnya meliputi perbaikan dan investasi yang diharapkan mendorong kedua belah pihak dapat memilih untuk membagi informasi terkait dengan usaha perbaikan maupun modernisasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jasa.
Dalam bidang evaluasi pasar, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pemasaran bersama, program pertukaran personel, studi banding, maupun kerja sama lain yang tidak hanya berhubungan dengan Bandara Kuala Namu, tetapi juga berhubungan dengan bandara lain yang dikelola oleh Angkasa Pura II.
Kapasitas Bandara Kuala Namu yang terletak di atas lahan seluas 1.365 hektare disiapkan untuk melayani hingga 8,1 juta penumpang per tahun, dengan area terminal penumpang seluas 86.000 m2 (Tahap I). Bandara tersebut akan terus dikembangkan hingga mencapai kapasitas maksimalnya.
Bandara Kuala Namu akan dilengkapi dua runway paralel, apron seluas 30 ha berkapasitas maximum 33 pesawat, terminal kargo seluas 13.000 m2 dengan kapasitas 3 pesawat (65.000 ton/ tahun), area parkir berkapasitas sekitar 1400 kendaraann roda empat taxi.Untuk aksesibilitas, Bandara Kualanamu yang dilengkapi 10 gerbang masuk, akan didukung oleh akses jalan tol dan kereta api khusus bandara. (Berbagai Sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar