Senin, 19 Maret 2012

Peran Pemuda GKPS dalam Meningkatkan Pelayanan Sosial dan Ekonomi Warga Jemaat GKPS

Oleh :Trivan Andreas Saragih Manihuruk
Kordinator Seksi HUMAS Pemuda Gereja Kristen Protestan Simalungun Bandung

Kemandirian Seksi Pemuda GKPS dan Peranannya dalam Organisasi Gereja
“Peran Pemuda GKPS dalam Meningkatkan Pelayanan Sosial dan Ekonomi Warga Jemaat GKPS”

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Saya mencoba untuk mengupas permasalahan dalam berorganisasi di tengah-tengah organisasi pemuda yang mulai bermunculan. Dari hal yang terkecil sekalipun sampai pergumulan yang terbesar.

Masih banyak anggota pemuda yang belum sadar betapa pentingnya berkomunikasi dengan warga jemaat Gereja. Karena apabila pemuda dan pemudi bersifat aktif di tengah-tengah warga jemaat, tentu akan meningkatkan rasa kepedulian secara batiniah terhadap warga jemaat Gereja.

Pemuda Gkps perlu mempererat tali hubungan dengan orang tua di Gkps. Karena setiap program yang akan dicanangkan, pasti memerlukan anggaran dan dukungan doa dari seluruh jemaat Gkps. Supaya program yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan di dalam perlindungan Tuhan.

Namun, program pemuda yang tidak lepas dari anggaran yang cukup banyak, menjadi suatu pergumulan tersendiri bagi pemuda-pemudi Gkps Bandung.

Untuk itu di dalam suatu organisasi, sangat diperlukan opini, pendapat, dan apresiasi, untuk mensepakati visi dan misi di dalam struktur organisasi tersebut. Semoga permasalahan yang meliputi diberbagai sektor organisasi pemuda Gkps ini, segera mendapatkan solusi yang pasti dari opini yang telah disalurkan oleh peserta lomba karya tulis populer ini.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang menjadi hambatan pemuda GKPS untuk lebih termotivasi di dalam program pemuda GKPS ?
2. Bagaimana cara pemuda GKPS menyimpulkan suatu argumentasi yang menghasilkan inovasi baru dalam berorganisasi?
3. Sebutkan landasan teori yang berkaitan dengan karakter pemuda GKPS ?
4. Apa saja contoh-contoh kasus yang membuat warga jemaat tidak simpatik lagi dengan kegiatan pemuda GKPS ?
5. Bagaimana solusi program kepedulian yang harus dilakukan oleh pemuda GKPS ?
6. Bagaimana cara pemuda aktif untuk membawa pemuda yang tidak aktif ?

1.3 Manfaat Penulis
Manfaat dari tema dan subtema yang telah diberikan, yaitu menyusun suatu konsepsi program terencana dari kegiatan pemuda Gkps, bahwa pemuda berperan penting dalam meningkatkan pelayanan sosial dan ekonomi warga jemaat. Semoga dengan opini ini pun penulis mendapatkan banyak inspirasi untuk mengembangkan intelektual dalam berorganisasi. Baik itu di dalam ruang lingkup organisasi pemuda Gkps dan di luar struktur organisasi pemuda Gkps.

1.4 Tujuan Opini atau Artikel ini
1. Menganalisa permasalahan inti yang menghambat program pemuda Gkps.
2. Mengetahui karakteristik pemuda yang modern.
3. Menyimpulkan definisi berupa landasan teori yang ada dari berbagai sumber.
4. Memperoleh inspirasi dari contoh kasus yang terjadi di dalam organisasi pemuda.
5. Mencoba mencari solusi yang terbaik agar terpecahkannya suatu masalah di dalam berorganisasi yang sifatnya sosialisasi dan mandiri.
6. Mengetahui unsur-unsur pelayanan yang terkandung di dalam organisasi pemuda sebagai pelayan Tuhan dan warga jemaat Gkps.
7. Memperoleh motivasi yang berkualitas.
8. Mendapatkan intelektualitas di dalam berorganisasi.
9. Mewujudkan cita-cita pemuda Gkps yang mendukung kemandirian dan peran pemuda Gkps yang sebenarnya.

Peran Pemuda GKPS dalam Meningkatkan Pelayanan Sosial dan Ekonomi Warga Jemaat GKPS

Gereja adalah tempat bersekutu dan berkomunikasi dengan Tuhan, agar seluruh aktivitas yang sudah kita kerjakan dan pekerjaan yang sedang kita lakukan menjadi berkat di tengah-tengah masyarakat atau keluarga Gereja. Namun dewasa ini semakin lama warga jemaat yang datang ke Gereja semakin berkurang. Permasalahan apakah yang sebenarnya terjadi di tengah-tengah keluarga jemaat?

Masyarakat Gereja sudah mulai banyak mengeluh akibat program Gereja Kristen Protestan Simalungun yang membutuhkan dana yang besar. Sumbangan dana seperti halnya lelang yang selalu diselenggarakan di setiap seksi, galangan pembangunan rumah Pendeta Resort yang menurut saya terlalu berlebihan (mewah), dan galangan untuk program setiap sektor yang cukup besar.

Hal seperti itulah yang membuat jumlah kehadiran keluarga jemaat GKPS semakin surut, sedangkan masih banyak keluarga kuria yang masih belum punya rumah, kehilangan lapangan pekerjaan, dan kesulitan untuk membiayai sekolah anak-anaknya.
Saya menegaskan bahwa pemuda Gereja yang peduli yaitu mampu menjadi penggerak semangat warga jemaat untuk datang ke Gereja, baik itu dalam berorganisasi maupun dalam hal pelayanan. Fungsi-fungsi pemuda Gereja yang peduli, hanya tinggal kenangan belaka karena survey membuktikan, banyak anggota jemaat yang mengeluh dengan program pemuda GKPS Bandung.

Orang tua jemaat juga yang selalu mendukung setiap program pemuda baik secara materiil maupun sumbangan dana, demi kelancaran aktivitas pemuda GKPS. Akibat dari program pemuda yang membutuhkan dana operasional yang besar, membuat anggota jemaat menjadi risih dan terganggu untuk beribadah.

Jemaat pun memutuskan lebih baik tidak perlu ke Gereja, atau alangkah baiknya untuk pindah ke Gereja lain dari pada datang ke Gereja tertekan oleh galangan-galangan untuk suatu kepentingan tertentu. Hal ini terjadi dikarenakan tekanan ekonomi keluarga yang sedang meningkat. “Kebutuhan sehari-hari saja sudah berapa? Belum lagi biaya anak sekolah,” ujar seorang inang yang tidak ingin dicantumkan namanya.

Hal-hal seperti inilah yang seharusnya pemuda GKPS lebih jeli untuk mendeteksi permasalahan keluarga jemaat. Baik secara ekonomi maupun kebutuhan sehari-hari. Masih banyak anggota jemaat yang status perekonomiannya masih di bawah rata-rata, sehingga beberapa anggota jemaat yang sudah mulai tidak tampak kehadirannya karena berbagai alasan.

Ketua Pemuda dan Koordinator seksi Humas akan segera mengajak anggota pemuda lainnya untuk menyusun program pemuda GKPS Bandung tahun 2011/2012. Program kali ini pemuda GKPS Bandung harus lebih komunikatif dengan Majelis, Kordinator Pelayanan Gereja, Pendeta, dan Masyarakat Gereja. Program yang akan dicanangkan yaitu “Pemuda GKPS Peduli Masyarakat Gereja”.

Tujuan dari program ini yaitu pemuda GKPS bukanlah jemaat yang selalu meresahkan anggota jemaat, baik itu di dalam materiil maupun dana bantuan untuk aktivitas pemuda. Seluruh pengurus pemuda dan Anggota pemuda GKPS Bandung akan bersama-sama memecahkan pergumulan masyarakat Gereja, khususya masyarakat Gereja GKPS.

Program ini akan sejalan dengan fungsi dari pemuda Gereja yang sesungguhnya. Di dalam konsep program rencana pemuda GKPS Bandung, kali ini lebih berfokus pada kehidupan sosial. Menggalangkan kegiatan-kegiatan rohani ke setiap Gereja yang ada di Kota dan Kabupaten Bandung.

Di mana hasil dari kegiatan sosial pemuda Gereja GKPS Bandung akan disumbangkan kepada panti asuhan, keluarga Gereja yang kurang mampu, dan dana program pemuda selanjutnya. Semoga dengan doa dan harapan seluruh jemaat GKPS, program ini mampu menciptakan pemuda yang mandiri, cerdas, dan inovatif.

Masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang sudah menjadi kebiasaan pemuda GKPS, seperti halnya jarang datang ke partonggoan sektor. Alasannya banyak kepentingan kampus, tugas kuliah, dsb. Pengurus perlu memberikan contoh yang baik dan mencoba memberikan pengarahan supaya program yang akan dicanangkan tersebut berjalan dengan baik.

Pentingnya partonggoan sektor bersama dengan anggota keluarga jemaat lainnya, ini sangat membantu program yang akan dikonsep sedemikian rupa, yakni pemuda akan merasa lebih dekat dengan anggota keluarga jemaat yang aktif di dalam persekutuan itu.

Kekurangan lainnya yaitu pemuda GKPS sebagian besar adalah mahasiswa, di mana sebagian besar pula pemuda tersebut lebih aktif di dalam kegiatan organisasi PMK (Persatuan Mahasiswa Kristiani) atau lebih berapresiasi denagn kegiatan rohani di luar ruang lingkup Gereja Kristen Protestan Simalungun. Kebanyakan pemuda yang bergabung di dalam persekutuan PMK tersebut lebih peduli kepada program materiil dari universitas itu sendiri.

Seminar pembinaan untuk anggota pemuda yang non-aktif dan aktif sekalipun perlu diselenggarakan, agar mereka lebih mengerti visi dan misi dari pada program organisasi pemuda GKPS yang sebenarnya. Bukan berarti saya menyalahkan pemuda yang bergabung di struktur organisasi PMK, bergabung boleh saja tetapi alangkah baiknya lebih berpusat dan berpegang teguh kepada visi dan misi pemuda GKPS yang sebenarnya.
Kembali lagi kepada kesadaran diri dari pengurus pemuda beserta anggota pemuda yang aktif, kita harus mampu mengajak dan berbaur kepada anggota pemuda GKPS yang belum aktif.

Tidak menutup suatu kemugkinan apabila mereka merasa nyaman dengan kita sebagai pemuda GKPS yang ramah, rendah hati, dan saling menghargai satu sama lain, dan tentu akan menghasilkan buah-buah persaudaraan yang akan mengikat erat, untuk memperkuat sistem organisasi pemuda GKPS.

Pemuda yang Mandiri

Pemuda yang dewasa adalah pemuda yang mampu mengatur kinerja hidupnya sendiri dengan baik. Kemandirian ditengah-tengah Gereja memang betul sudah mulai dipupuk sejak dini. Dengan demikian perlu ditanamkan disetiap diri anggota pemuda, betapa oentingnya memiliki jiwa opinion leaders.

Secara sengaja atau tidak sengaja pemuda yang aktif di dalam kegiatan program pemuda, tentu akan berpapasan dengan siapapun yang datang ke Gereja. Adanya sifat komunikatif kepada setiap jemaat yang hadir, maka peluang untuk lebih dekat dengan keluarga jemaat semakin terbuka.

Pembinaan atau seminar mengenai opinion leaders terhadap anggota pemuda GKPS, mungkin perlu dikonsep sedemikian rupa. Selain menambah intelektualitas pemuda GKPS, tetapi memperluas ilmu kemandirian berkomunikasi ditengah-tengah pelayanan Gereja.

Tidak hanya pengurus saja yang bergerak untuk mengayomi pemuda yang tidak aktif dan mendekatkan diri kepada keluarga jemaat, namun seluruh anggota pemuda GKPS pun harus mampu bergerak secara mandiri (inisiatif).
Untuk mengukur konsep pemuda yang memiliki jiwa mandiri atau opinion leaders, yaitu :
1. Mencari informasi mengenai keadaan keluarga yang misalkan membutuhkan bantuan dari segi pangan.
2. Di dalam satu sistem sosial masyarakat Gereja, pemuda harus mampu menemukan kunci informasi yang tepat untuk mengetahui data tersebut, dapat melalui majelis yang fungsinya yaitu mendata status sosial masyarakat Gereja.
3. Tidak malu untuk bertanya kepada orang yang berperan penting di dalam struktur organisasi Gereja (responden), serta menerima kritik dan saran dari key informant, agar pemuda Gereja memahami apa saja kekurangan dari konsep yang sudah direncanakan.

Opinion leaders ini adalah teknik untuk mengajak responden untuk mempengaruhi secara informal, namun teori yang bersangkutan sangat membantu untuk mengajak setiap individu bergerak sesuai denga konsep yang sudah tersedia.

Tekni komunikasi seperti ini banyak diguakan oleh media massa dan jurnalistik, tetapi tidak ada salahnya pemuda GKPS memahami teori ini, supaya lebih cermat untuk mengetahui betapa pentingnya berkomuikasi. Menegaskan pula bahwa Manusia tidak lepas dari sistem sosial antar individu.

 Pemuda yang Cerdas


Pemuda GKPS yang mampu bergerak sesuai aturan dan konsep program yang sudah direncakan sedemikian rupa, untuk kebaikan pemuda dan warga jemaat GKPS. Merubah karakter personal atau lebih, tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Pembinaan atau seminar pemebentukkan karakter dan jiwa kepemimpinan pemuda sudah semakin jarang diselenggarakan, meskipun program tersebut diselenggarakan peminat program tersebut pun sedikit.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Sedangkan kegiatan seminar pembentukkan karakter dan jiwa kepemimpinan di dalam sektor perkuliahan, lebih banyak diminati oleh pemuda GKPS. Padahal materi yang disampaikan pun hampir sama saja.
Kasus-kasus yang seperti inilah yang sampai sekarang masih menjadi pertanyaan besar, tanpa mendapatkan solusi apapun. Ini adalah bukti nyata bahwa pemuda GKPS belum cerdas untuk mendapatkan jati diri di dalam ruang lingkup organisasi pemuda GKPS yang sebenarnya.

Dengan demikian salah satu solusinya adalah perlunya motivasi dan dorongan dari setiap anggota pemuda yang aktif, agar mereka yang tidak aktif merasa terpanggil dan tidak merasa diacuhkan.

Kesombongan yang selalu ditanam di pikiran setiap orang perlu dipangkas dan dilenyapkan, karena ketika kita berada di sekitar lingkungan Gereja, harta bukanlah patokan dari segalanya, tetapi kerendahan hati setiap warga Gerejalah yang seharusnya lebih ditonjolkan.

Sikap rendah hati akan membuat status sosial seseorang menjadi merasa dihargai bukan untuk disegani, artinya betapa pentingnya saling menghargai untuk memperoleh suatu kebaikan daripada disegani oleh banyak orang apabila hanya untuk terjadi perselisihan, di dalam Kerajaan Allah.


Pemuda yang Inovatif

Pemuda yang inobatif adalah pemuda yang mampu mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi kombinasi yang baru. Artinya pemuda yang mampu mengembangkan dan menyalurkan ide baru yang memiliki dampak pada teori, praktek, produk, ataupun perbaikan proses kerja sehari-hari dan desain kerja.
Penelitian inovasi di dalam organisasi ini dapat dilakukan 3 level yaitu individu, kelompok, dan organisasi (Adair, 1996; de Jong & Den Hartog, 2003). Inovasi seperti ini terlihat pada sektor kerja dari program yang telah dikonsep sedemikian rupa.

Knowledge-intensive service

Meliputi pengembangan ekonomi, administrasi, Sumber utama inovasi adalah kemampuan untuk memberikan hasil desain yang sesuai untuk pengguna layanan mereka. Inovasi terjadi setiap saat dan tidak terstruktur.

Terlihat menarik ketika aktivitas pemuda ini dikaitkan dengan berbagai macam teori komunikasi yang ringan, karena dengan adanya teori tersebut, pemuda dilatih bagaimana cara mainset berpikirnya lebih ideal berdasarkan realita sosial yang kini sedang terjadi.

Saya rasa tidak ada salahnya apabila pemuda GKPS bersama-sama mau belajar teori-teori sederhana yang di mana isinya, membangun tingkat cara berpikir pemuda GKPS yang rasionalis. Bukan pemuda yang absurd, hanya mengandalkan pada satu aplikasi saja.

Aplikasi Gereja

Apa saja yang dimaksud dengan aplikasi Gereja? Perangkat di dalam pelayanan seperti halnya partonggoan, ibadah Minggu, dan kegiatan Rohani lainnya, adalah aplikasi yang pantang kita hindari. Berdasarakan kasus-kasus yang ada bahwa pemuda GKPS masa kini, mengikuti partonggoan hanya untuk memenuhi suatu maksud dan tujuan tertentu; contohnya datang ke partonggoan hanya dijadikan ajang cari dana untuk kegiatan pemuda.

Ketika jadwal partonggoan biasa pemuda menjadi sepi kembali, kemudian mulailah muncul ke permukaan komentar-komentar yang tidak enak dari keluarga jemaat, bahwa pemuda hanya ada butuhnya saja untuk mengikuti aplikasi wajib tersebut.

Salah satu akibatnya apabila pemuda melanggar aplikasi tersebut adalah semakin sulitnya untuk mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari orang tua. Program yang sudah terkaji rapih dan sempurna, tiba-tiba menjadi goyah karena tidak ada support dan dana yang mencukupi program “istimewa” tersebut.

Poin-poin yang telah tertera di atas adalah proses di mana perputaran roda realita sosial di dalam suatu organisasi pemuda GKPS. Jadi, kembali disimpulkan bahwa pemuda GKPS harus lebih komunikatif, untuk berusaha memperbaiki nilai-nilai afektiv yang mulai dipandang oleh keluarga jemaat sudah tidak sehat lagi.

Sebagian pemuda memang sudah ada yang sadar akan keterbatasan yang dimiliki oleh pemuda, tetapi di dalam suatu organisasi Gereja tidak bisa sembarangan untuk menuduh dan memarahi pemuda yang tidak konsisten terhadap komitmen serta tanggung jawab yang diutarakannya, ketika rapat anggota.

Seharusya rapat anggota pemuda GKPS adalah forum untuk menuangkan ide dan gagasan supaya program yang akan dilaksanakan dapat disosialisasikan terlebih dahulu. Tetapi ketika rapat anggota sudah dilaksanakan, tingkat kehadiran pengurus pemuda saja masih minimal artinya tidak semua kordinator seksi mengikuti rapat tersebut.

Konsekuensinya adalah lagi-lagi terjadi miss komunikasi dengan program yang sedang dirapatkan kepada majelis, menjadi belum sepenuhnya divoting oleh seluruh pengurus dan anggota pemudanya. Akibatnya program tidak berjalan sesuai dengan konsepnya, dan kembali lagi menjadi bahan komentar dari anggota pemudanya sendiri, sehingga menimbulkan kelompok-kelompok serta perpecahan di dalam suatu organisasi Gereja.

Sesungguhnya di dalam berkomunikasi di lingkungan Gereja, dibutuhkan suatu kekompakkan disetiap organisasi Gereja, supaya integritas di dalam keorganisasian Gereja. Ruang gerak pemuda untuk berusaha mencari kontribusi dalam rangka menjalankan program positif untuk Gereja sudah semakin “dipersempit” oleh karena birokrasi di dalam Gereja.

Kepengurusan organisasi pemuda GKPS, khususnya organisasi pemuda GKPS Bandung semakin lama semakin sulit untuk menjalankan program-program yang wajib dilaksanakan. Sedangkan dilihat dari segi anggaran kehiatan pemuda saja masih kurang.

Impresi yang diberikan oleh warga jemaat kepada kepengurusan GKPS Bandung, sangat membantu kami sebagai pengurus, supaya mampu mengolah kembali konsep di dalam program pemuda.

Ketua pemuda GKPS Bandung, Melvin Sinaga menjelaskan bahwa keanggotaan pemuda saat ini sedang menurun. Dari segi jumlah hadir dan yang benar-benar aktif di dalam kegiatan pemuda yang umum, seperti latihan koor, drama, dll. Tidak jelas alasannya apa, tetapi beberapa pemuda “menghilang” begitu saja.

Setiap perbedaan tingkat kepengurusan dari tahun ke tahun mulai tampak jelas, betapa merosotnya dukungan dan semangat di dalam organisasi pemuda ini. Seharusnya pemuda yang cerdas adalah pemuda tegas, lugas, dan memiliki semangat yang berapi-api, sehingga program demi program semakin berkualitas.

Apakah perkembangan zaman ini mempengaruhi sikap pemuda masa kini semakin terlena dan acuh? Apabila kita melihat ke masa-masa kepengurusan sebelumnya, pemuda lebih terlihat lebih semangat dan kompak dalam beroranisasi, sehingga tercipta buah-buah kesuksesan kegiatan Rohani di setiap wilayah organisasi kerohanian.

Seperti tertulis di dalam buletin pemuda GKPS Bandung “DIAN Penuntun” edisi 11 Juli 1999, terdapat sebuah cerita singkat motivasi untuk pemuda GKPS Bandung. Tulisan tersebut berjudul “Tadah Ni Tonduy. Kali ini saya akan coba menuliska buyi dari untuk pembaca.

Tadah Ni Tonduy

Kebanyakan diantara kita hidup dalam pandangan yang sempit perihal apa yang dapat dilakukan dengan kekuatan sendiri. Tidak melibatkan Allah dalam apapun yang kita kerjakan.
Ibrani pasal 11 penuh dengan pahlawan-pahlawan iman yang melibatkan Allah dalam hidup mereka. Iman memberi mereka bukti dalam menangani hal-hal yang mustahil dalam kehidupan mereka. Mereka meraih keberhasilan dan memuliakan Allah dalam apapun yang mereka lakukan.
Orang-orang ini tidak beda dengan kita, mereka mempunyai kelemahan seperti kita. Tetapi Allah mengerjakan hal-hal yang besar melalui mereka, hanya karena iman.
Bob Proctor dalam bukunya “You were born Rich” mengatakn begini “if you can show me a person who achieves great things, I can show you a person who has great faith in himself and in his ability to achieve what he images”. Maksudnya: “jika anda dapat memperlihatkan pada saya seorang yang dapat melakukan perkara yag besar, saya dapat perlihatkan pada anda orang yang memiliki iman yang besar di dalam hati dan kesanggupannya untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan”.
Iman adalah titik kontak antara manusia dengan Allah, dan merupakan harta yang tidak kelihatan. Sesungguhnya iman mrupakan dasar segala sesuatu yang kita capai sepanjang hidup kita.
Dari buku
(Keberhasilan adalah Sabar dalam Sengsara Tekun dalam Doa)

Entah mengapa yang menjadi penyebab utama buku DIAN Penuntun ini tiba-tiba berhenti dari peredaran, padahal buletin ini sangat memotivasi sekali baik dalam intelektual dan pertumbuhan iman kita sebagai pemuda GKPS. Bukan saya mau promosi tetang buku ini, tetapi banyak sekali manfaat yang dapat kita peroleh dalam berkomunikasi dengan jemaat dan Tuhan.
Isi dari bulletin ini pun diambil dari berbagai sumber yang fungsinya membangkitkan semangat baru muda-mudi GKPS. Rintangan yang sedang dijalani oleh kepengurusan saat ini menjadi suatu dilema tersendiri di dalam masing-masing jiwa anggota pengurus pemuda.
Tidak pernah lepas dari konflik dan adu argumen ketika rapat rencana program dan evaluasi program kegiatan pemuda. Konflik yang kerap sering kali terjadi pun menggunakan bahasa-bahasa yang tidak sepatutnya diucapkan di lingkungan Gereja. Sifat angkuh seperti inilah yang harus dicarikan solusi agar tidak terjadi pegelompokkan antar pemuda.
Saya dan beberapa anggota penguru lainnya mencari cara supaya pemuda sekarang mampu lebih inovatif lagi untuk mengembangkan karya-karyanya. Minimal membuat suatu rubrik, majalah, atau buletin pemuda Gereja, isinya adalah karya tulisan, opini, kegiatan pemuda, dan profil muda-mudi GKPS Bandung.
Tentu segala sesuatuny membutuhkan dana atau anggaran khusus untk melaksanak sebuah program. Sampai saat ini kami masih menelusuri bagaimana caranya untuk mendapatkan dana tersebut. Sebetulnya tim seksi Humas sudah menemukan jalan keluarnya, namun majelis belum menyetujui konsep yag sudah kami susun agar menjadi pemuda GKPS yang madiri dan peduli warga jemaat Gereja.
Konsep yang kami susun pun tidak begitu rumit dan sama sekali tidak merugikan pihak manapun, dan jelas isi konsepnya adalah kegiatan-kegiatan Gereja supaya pemuda memiliki kegiatan yang aktif dan bermanfaat untuk meningkatkan kepedulian sosial.
Berikut lampiran (contoh) program dan planning konsep Humas yang belum disetujui oleh majelis jemaat GKPS Bandung :

I. Program Pemuda GKPS Peduli Jemaat Gereja
Rencana kegiatan Pemuda GKPS Bandung tahun 2011/2012 adalah mencoba berkonsentrasi untuk mendekatkan diri dan berusaha membantu keluarga jemaat Gereja se-Bandung Raya khususnya jemaat Gereja GKPS Bandung PDAM, GKPS Bandung Timur, dan GKPS Bandung Selatan di mana di dalam kegiatan ini pengurus P-GKPS Bandung berkoordinasi dengan anggota pemuda dan Majelis untuk menjalankan beberapa program, antara lain :

a) Mendata keluarga jemaat Gereja yang kurang mampu akan didoakan dan membantunya dengan sumbangan berupa bahan baku sesuai dengan kebutuhan.

b) Mengunjungi rumah-rumah keluarga jemaat yang kurang mampu untuk mengadakan doa dan sharing bersama dengan pemuda GKPS Bandung secara sukarela.

c) Mengunjungi Gereja-Gereja di sekitar Kota Bandung dalam rangka menggalangkan dana sosial dalam bentuk menyumbangkan lagu-lagu pujian baik itu Koor, Vocal Grup dan Solo yang dananya nanti akan disumbangkan sebagai dana bantuan social untuk keluarga jemaat Gereja yang kurang mampu dan Panti Asuhan di Kota dan Kabupaten Bandung.

d) Mendata pejabat-pejabat yang beragama Kristen dan menyebarkan proposal resmi dari Gereja atau pengurus Pemuda GKPS Bandung.

II. Program P-GKPS Peduli Masyarakat (Korban Bencana Alam dan Panti Asuhan)
Program ini pengurus Pemuda Gkps Bandung berkoordinasi dengan anggota Pemuda GKPS Bandung, di mana kami akan mengadakan kunjungan kasih ke setiap Panti Asuhan di sekitar Kota Bandung dan Kabupaten Bandung yang membutuhkan curahan berkat dan perhatian dari Jemaat Gereja. Kegiatan yang akan disumbangkan antara lain :

a) Mengadakan acara rohani bersama anak-anak Panti Asuhan yakni persekutuan doa, games, dan sharing bersama anak-anak Panti Asuhan untuk mempererat hubungan tali persaudaraan antara Gereja dan Masyarakat Panti Asuhan.

b) Memberikan cindera mata atau kenang-kenangan, bahan baku dan sumbangan berupa sandang yang layak pakai.

Apakah GKPS menganut sistem birokrasi di dalam struktur organisasi Gereja, bahwa tidak ada fleksibilitas lagi dalam berorganisasi di sektor pemuda GKPS? Sedangkan program ini sangat mendukung sekali untuk menuntun pemuda GKPS lebih mandiri, dalam menjalankan program dan pelayanan dalam ruang lingkup Gereja.

Menurut saya tidak ada salahnya, apabila pemuda berusahan untuk lebih berinovasi dalam menjalankan setiap program. Program pemuda yang tidak lepas dari biaya-biaya kontribusi dan operasional yang tinggi, sungguh mengganggu kerentanan ekonomi warga jemaat.

Namun di dalam planning konsep tersebut, tersurat bahwa program yang kami ambil yaitu kegiatan sosial yang mendukung pelayanan Gereja dan warga Gereja yang kesulitan di dalam perekonomian.

Serta kepedulian terhadap masyarakat sekitar.
Untuk itu saya menegaskan kembali, bahwa semakin ke sini, pemuda semakin sulit untuk memperoleh kontribusi yang pas untuk menjalankan kegiatan dari program pemuda itu sendiri. Konsep sudah bagus dan sesuai dengan prosedur Gereja, namun dana yang kami butuhkan begitu sulit untuk diraih.

Konsep yang kami ajukan tersebut, belum bisa diterima oleh majelis Gkps Bandung, dengan demikian kami memilih kembali salah satu opsi lainnya yang mendukung kemandirian dan peranan pemuda di tengah-tengah jemaat Opsi itu adalah pemuda berinisiatif untuk memelihara lingkungan dan keasrian Gereja. Ada pepatah yang menyatakan bahwa kebersihan adalah sebagian besar dari iman. Kenyamanan dalam beribadah perlu juga diperhatikan. Supaya para jemaat dapat menikmati ibadah dalam Gereja dengan penuh hikmat.

Pengurus dan anggota pemuda saling berkordinasi untuk membersihkan lingkungan Gereja. Setiap orang ditugaskan secara berkelompok agar mengefektifkan kerja.
Karena masih ada saja jemaat dan pemuda yang membuang sampah sembarangan, seperti puntung rokok, tissue, gelas plastik minuman, dll. Terkadang warga jemaat sulit membiasakan diri untuk peduli terhadap lingkungan Gereja. Kebiasaan buruk tersebut dilakukan secara spontanitas, di luar kesadaran kita bahwa posisi kita berada di sekitar halaman rumah Tuhan.

Menurut kami ini adalah salah satu program pilihan sekaligus aktivitas kami dalam pelayanan Gereja. Melayani jemaat dan peduli warga jemaat Gereja, tidak dilihat dari segi materiil dan program kerja organisasi pemuda saja.

Namun kesadaran dari pemuda-pemudi Gkps perlu dibangkitkan kembali untuk melakukan kegiatan tersebut.Hati dan pola pemikiran pemuda Gkps sudah seharusnya untuk terbuka, bahwa masih banyak kegiatan yang sifatnya meningkatkan pelayanan dan ekonomi masyarakat Gereja.

Jika dilihat dari sektor ekonomi, pemuda masih belum mendapatkan ide yang pasti untuk mendapatkan opsi atau pilihan yang mengarah kepada program yang berkonsep meningkatkan ekonomi warga jemaat Gkps.

Hambatan ide yang disalurkan terjadi, karena pemuda belum diberi peluang untuk menyelenggarakan program yang berkaitan dengan ekonomi warga jemaat. Majelis mengungkapkan bahwa program untuk membantu warga jemaat yang kesulitan ekonomi, bisa melalui anggaran DBK yang fungsinya dapat dialokasikan kepada masyarakat Gereja yang membutuhkan biaya.

Cicilan untuk melunasi biaya yang dipinjamkan Gereja kepada jemaat pun tidak dipersulit oleh Gereja. Maka dari itu, kami menyerahkan kembali wewenang tersebut kepada majelis Gkps Bandung sesuai dengan prosedur dan teknis dari kegiatan majelis tersebut. Semoga suatu waktu pemuda dan majelis memiliki kesepakatan untuk mencoba bersama-sama mengupayakan program meningkatkan ekonomi warga jemaat dan program pelayanan lainnya ditengah-tengah jemaat yang dikasihi oleh Kristus.

Penutup

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada panitia RPL PGKPS Jambi yang menyelenggarakan lomba karya tulis populer ini sehingga membuka peluang pemuda GKPS untuk berkarya dan menuangkan buah pikirannya ke dalam bentuk tulisan yang dikemudian hari akan bermanfaat untuk rencana program kegiatan pemuda GKPS selanjutnya.

Namun di sini saya ingin menyimpulkan bahwa dalam berorganisasi tentu tidak akan lepas dari berbagai macam hal persoalan. Terkadang persoalan tersebut membuat anggota pemuda menjadi putus asa dalam berorganisasi.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi biasanya adalah yang berkontroversi dengan peraturan majelis GKPS. Sehingga pemuda GKPS Bandung sulit untuk mewujudkan pola fleksibelitas dalam mencari dana kegiatan pemuda GKPS.

Sedangkan di satu sisi kegiatan pemuda GKPS tidak selalu membutuhkan dana yang besar, akan tetapi melayani Tuhan di tengah-tengah Gereja pun sudah termasuk program yang mulia yaitu memberikan pelayanan kepada Gereja lain biasanya dengan memberikan persembahan lagu-lagu pujian dan kegiatan yang mampu mendekatkan diri kepada anggota pemuda Gereja lainnya.

Materi bukanlah segala-galanya, tetapi pelayanan kita kepada Tuhan yang semestinya diutamakan. Apabila sesungguhnya materi itu diberikan oleh Tuhan kepada kita, maka kita sebagai warga jemaat GKPS Bandung harus mampu mengelola itu untuk membantu sesama kita yang sangat membutuhkan bantuan dalam hal matriil dan rohani.

Semoga dengan karya tulis ini, pembaca mendapatkan pencerahan dan inspirasi untuk memecahkan berbagai macam permasalahan mengenai kemandirian seksi pemuda dan peranan seksi Pemuda GKPS yang sebenarnya dalam berorganisasi serta senantiasa melayani Tuhan di tengah-tengah Gereja dan masyarakat. Tuhan memberkati kita semua.(Oleh :Trivan Andreas Saragih Manihuruk.Kordinator Seksi HUMAS Pemuda Gereja Kristen Protestan Simalungun Bandung
). Tulisan ini sejatinya dalam lomba karya Tulis Panitia RPL PGKPS 2012 Oleh Panitia Lokal Jambi. Namun PANITIA LOKAL DICABUT MANDAT OLEH PENGURUS PGKPS PUSAT KARENA SESUATU HAL).

Tidak ada komentar: