Haranggaol, BATAKPOS
Panorama keindahan Danau Toba di Desa Wisata Haranggaol, Kecamatan Horisan Haranggaol, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara kini mati akibat maraknya keramba ikan jaring apung di sepanjang pantai. Keramba ikan mas dan nila yang marak di sepanjang pantai mengakibatkan pencemaran air Danau Toba di kawasan tersebut.
Obyek wisata kebanggaan Kabupaten Simalungun setelah Parapat di era 1980 itu, kini tinggal kenangan. Kondisi Danau Toba di Haranggaol yang kini penuh dengan keramba dan eceng gondok, diperparah lagi dengan sarana transportasi menuju desa wisata itu, yang kini langka. Kondisi jalan menuju Haranggaol dari puncak Haranggaol tidak menjanjikan keselamatan perjalanan.
Pengamatan BATAKPOS Kamis (6/5) menunjukkan, kini ibukota Kecamatan Horisan, Haranggaol sudah berubah jadi lumbung Keramba di sepanjang pantai. Pantai Haranggaol kini tidak lagi daerah wisata.
Haranggaol sudah menjadi daerah pusat budidaya ikan mas dan nila di Sumatera Utara. Hanya sedikit tersisa pantai Haranggaol untuk persinggahan kapal-kapal penumpang dari Desa pesisir danau. Pantai Haranggaol kini sudah bak kota keramba ikan.
“Haranggaol bukan lagi desa wisata Danau Toba di Simalungun. Sekitar tahun 1980 hingga 1990 Desa Haranggaol masih menjadi tujuan utama daerah wisata di Simalungun setelah Parapat. Wisatawan manca negara dan domestik dulu banyak berkunjung ke Haranggaol. Bahkan Haranggaol dulu adalah pusat perekonomian nomor satu di pesisir Danau Toba,”ujar St Berlin Manihuruk, warga Haranggaol yang kini pindah ke Desa Hutaimbaru, Kec Pematang Silimahuta, Simalungun.
Menurut Berlin Manihuruk, hari pekan di Haranggaol yakni Senin dan Kamis kini sangat sepi. “Era 80an hingga tahun 1995, pekan itu Haranggoal sangat meriah. Perdagangan hasil bumi dari pesisir danau hingga dari daerah pegunungan tumpah ruah ke Haranggaol. Namun kini yang banyak datang ke Haranggaol agen ikan mas dan nila dari Medan dan orang hendak memancing,”ujarnya.
Petani keramba Haranggaol tahun 2003-2005 pernah mengalami gulung tikar karena ikan mas keramba diserang firus harves. Banyak yang sakit jiwa dan meninggal akibat stres. Kini usaha keramba ikan mas dan nila kembali bergairah lagi. Ditengarai pajak budidaya ikan keramba di Haranggaol nihil. Bahkan retribusi transportasi angkutan ikan dari daerah itu minim.
Penombak Ikan
Pantai Haranggaol saat ini sudah menjadi lokasi perburuan ikan mas liar melalui panah selam. Tahun 2008 lalu, pemburu ikan mas di Haranggaol berhasil menangkap ikan mas terbesar di Danau Toba dengan berat 45 kilo gram.
“Ikan mas 45 kg merupakan ikan tangkapan terbesar di Danau Toba sepanjang sejarah. Panjangnya mencapai dua meter. Sisiknya selebar piring. Ikan ini berhasil dipanah pemburu menyelam dengan menggunakan panah (sejenis tombak pakai karet). Pengikut ikan mas terbesar itu ribuan ekor. Ikan ini sering tampak di Danau Toba sekitar Haranggaol,”kata St Berlin Manihuruk.
Berburu ikan mas ukuran besar di Danau Toba kini marak. Hampir seluruh pesisir danau disisir pemburu ikan ini. Tidak jarang ikan-ikan mas ukuran puluhan kilo dapat dipanah pemburu ini.
“Mereka ada berempat. Alatnya lengkap dengan alat pernafasan menyelam dilengkapi tombah pakai karet. Sudah banyak ikan-ikan mas besar diburu pemburu ini. Pemburu ini warga Desa Haranggaol. Yang jelas kini Haranggaol sudah menjadi pantai Danau Toba tempat mencari ikan dan lokasi pemancingan warga Simalungun,”katanya. ruk
Keramba : Puluhan ribu keramba jaring apung di Danau Toba wilayah Haranggaol, Kamis (6/5) tampak marak. Haranggaol kini sudah berudah dari desa wisata menjadi desa budidaya ikan keramba di Kabupaten Simalungun. Foto batak pos/rs manihuruk.
Save Haranggaol
BalasHapus