Danau Toba di Teluk Haranggaol, Kabupaten Simalunngun Provinsi Sumatera Utara-Indonesia. Foto Rosenman Manihuruk |
HARANGGAOL-Dunia pasti sudah mengenal Danau Toba, apalagi masyarakat Indonesia. Kalau tahun 1980 hingga 1990an Danau Toba selalu
identik dengan Parapat dan Haranggaol. Obyek wisata andalan Kabupaten
Simalungun, Sumatera Utara itu belasan tahun belakangan redup. Namun kini obyek
wisata itu masih berdenyut walaupun tak ada lagi dikunjungi si “bottar mata”
(bule).
Danau
Toba di Haranggaol Horison dapat ditempuh dari Kota Pematang Siantar, Medan dan Kota Berastagi
dengan transportasi darat. Haranggaol juga dapat ditempuh dari Tongging,
Kabupaten Karo dan Kota Parapat dengan menggunakan kapal kayu khas Danau Toba.
Polesan
obyek wisata danau itu kini masih menjanjikan sebagai investasi wisata, khususnya di Sumatera Utara. Belum
adanya perhatian lebih dari instansi terkait untuk mengambalikan kejayaan obyek
wisata andalan Simalungun di era 80 itu, kini pihak swasta sudah banyak
meliriknya, khususnya di Haranggaol.
Panorama
keindahan Danau Toba di Desa Wisata Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horison,
Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara sejak tahun 1997 sudah mati suri
akibat krisis moneter serta maraknya keramba ikan jaring apung di sepanjang
pantai yang menyebabkan rusaknya ekosistem air Danau Toba.
Keramba
ikan mas dan nila yang marak di sepanjang pantai mengakibatkan pencemaran air
Danau Toba di kawasan tersebut sehingga berdampak pada kenyamanan wisatawan
berkunjung ke pantai danau itu.
Obyek
wisata kebanggaan Kabupaten Simalungun setelah Parapat di era 1980 itu, sudah
tinggal kenangan. Kondisi Danau Toba di Haranggaol yang kini penuh dengan
keramba dan eceng gondok, diperparah lagi dengan sarana transportasi menuju
desa wisata itu, yang kini langka. Kondisi jalan menuju Haranggaol dari puncak
Haranggaol tidak menjanjikan keselamatan perjalanan.
Speedboat Wisata di Pemandian Horisan, Sabas, Tuhulan, Sigumba-Gumba, Pemandian Tuktuk Papan Indah, Haranggaol. |
Namun
situasi itu berbeda di saat musim liburan tiba. Di tempat pemandian pantai
Danau Toba Haranggaol (Pemandian Horisan, Sabas, Tuhulan, Sigumba-Gumba,
Pemandian Tuktuk Papan Indah) cukup ramai. Jumlah wisatawan ke obyek wisata
andalan Simalungun dijubeli ribuan pengunjung.
Pengamatan
Penulis baru-baru ini menunjukkan, masih ada
harapan untuk obyek wisata Bahari Danau Toba yang berjaya di era tahun 1980
hingga 1990 itu. Ternyata wisata pantai Haranggaol masih berdenyut kini.
Panorama Danau Toba di Haranggaol dipandang dari atas kapal. |
Sejumlah
pedagang ikan nila bakar dan usaha jasa kapal wisata serta penyewaan roda
pelampung juga menangguk rejeki. Ribuan pengunjung saat menikmati indahnya
panorama Pantai Haranggaol paling timur tersebut.
Jolly
Tondang, salah seorang pemilik sekaligus nahkoda kapan kayu wisata (KM Sumber
Jaya asal Desa Nagori Purba-Simalungun) salah satu yang menangguk rejeki setiap musim
liburan tiba.Dirinya
mampu membawa penumpang sekitar 500 orang secara bergantian mengelilingi Danau
Toba di wilayah Pemandian Horisan, Sabas, Tuhulan, Sigumba-Gumba dan Pemandian
Tuktuk Papan Indah.
Rezeki Musim Liburan
Villa Barigas Haranggaol, tempat penginapan pengunjung yang bisa disewa dengan harga terjangkau. |
Menurutnya,
satu orang penumpang dipatok Rp 10.000 tarif satu kali keliling danau di
Haranggaol. Namun dirinya juga mengeluhkan karena calo penumpang warga
Haranggaol mengambil bagian 50 persen dari tarif penumpang tersebut.
“Tapi
tak apa-apalah, bagi-bagi rejeki. Saya tiga hari membawa wisatawan di
Haranggaol berkeliling danau obyek wisata pemandian tersebut. Selama tiga hari
belakangan saya meraup rejeki Jutaan rupiah. Lumayan awal tahun ini banyak
wisatawan lokal, lain dari tahun-tahun sebelumnya yang pengunjung cukup sepi,” ujarnya.
Hal
senada juga dikatakan Janner Haloho, salah seorang calo penumpang kapal wisata,
warga Haranggaol. Menurutnya, awal tahun 2015 jumlah pengunjung ke Horisan
Haranggaol cukup membludak. Minat wisatawan lokal mulai melirik pantai
Haranggaol sebagai obyek wisata murah meriah.
Menurut
Janner Haloho, Pemerintah Kabupaten Simalungun harus memperhatikan sarana dan
prasarana pendukung obyek wisata di Horisan Haranggaol. Karena minat pengunjung
mulai tinggi, dan jangan mengecewakan pengunjung dengan minimnya sarana
tersebut.
Sementara
itu, Rina br Purba, wisatawan asal Medan kepada Penulis mengatakan, obyek wisata Haranggaol sebenarnya cukup
bagus dan menarik. Selain menikmati panorama Danau Toba, pengunjung juga
dimanjakan dengan sajian makanan ikan bakar dari warga setempat.
“Wisaya
Horisan Haranggaol kini kembali berdenyut. Pemerintah Simalungun
harus memperhatikan ini karena merupakan pendapatan daerah selaian lokasi
budidaya ikan jaring apung. Saya sendiri yakin obyek wisata Danau Toba di Haranggaol
masih menjanjikan untuk masa depan di Simalungun,”katanya.
Tata Keramba di Haranggaol
Sementara itu, dari tahun ke tahun Pemerintah Kabupaten Simalungun tak memiliki data kunjungan wisatawan ke Haranggaol. Bahkan data kunjungan wisatawan domestik tak tercatat dengan baik di Dinas Parawisata Kabupaten Simalungun. Sementara paket kunjungan wisata tujuan Haranggaol juga belum ada, baik oleh Pemkab Simalungun maupun swasta.
Sedangkan guna menata Keramba Jaring Apung (KJA) di Haranggaol Horison, sejak Oktober 2014 lalu, ijin keramba Jaring Apung di lokasi pesisir Haranggaol sudah diterapkan IMBnya. Hal itu sesuai anjuran Bupati Simalungun Dr Jopinus Ramli Saragih SH MM, guna meningkatkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD).
Menurut Camat Haranggaol Horison Dominikus Sinaga, anjuran Bupati Simalungun dan pihaknya ditunjuk untuk melakukan pendataan pada sejumlah pengusaha keramba Jaring Apung serta pemiliknya, agar warga Simalungun tidak menjadi penonton atas hasil yang didapat dari aset daerah itu sendiri, terkhusus pada putra daerahnya.
Selain itu juga, hasil dari pesisir Danau Toba, yakni ikan tawar yang berada di tiga titik zona, yaitu zona Haranggaol, dengan titik kordinat ada 100 hektar , Simar Babi 20 hektar dan Nagori Siaol 10 Hektar. Ke tiga zona perikanan tersebut sesuai surat keputusan dari Tingkat Provinsi Sumut untuk memberikan ijin pada pengusaha keramba jaring apung.
“Pada tahun 2014 ada Geopark agar wilayah kawasan pesisir Danau Toba harus ditata dan masyarakat untuk mengetahui bahwa Danau Toba bukan saja milik Indonesia tetapi milik dunia,” ucapnya.
IMB itu sesuai Perda No 8 tahun 2011, tentang ijin keramba. Namun, Pemkab Simalungun memberikan kemudahan mengenai ijin tersebut pada pemilik keramba, yang diatas sepuluh lobang ke atas diwajibkan membayar IMB, sedangkan pemilik keramba yang kurang dari 10 lubang itu dibebaskan alias gratis.
“Dengan adanya pendataan tersebut akan memudahkan Pemkab Simalungun mengaksesnya serta mengkoordinir. Seandainya ada bantuan maka dengan mudah untuk menyalurkan kepada pemilik keramba,” terangnya.
Saat ini jumlah keramba yang pernah ditata sementara ada sekitar 7000 lubang keramba jarring apung, dengan jumlah pemilik KJA tercatat 395 KK. Itu pun data sementara pada saat awal Dominikus menjabat camat di wilayah Haranggaol pada tahun 2011, sedangkan untuk jumlah sekarang tidak diketahui. (Rosenman Manihuruk)
Tata Keramba di Haranggaol
Sementara itu, dari tahun ke tahun Pemerintah Kabupaten Simalungun tak memiliki data kunjungan wisatawan ke Haranggaol. Bahkan data kunjungan wisatawan domestik tak tercatat dengan baik di Dinas Parawisata Kabupaten Simalungun. Sementara paket kunjungan wisata tujuan Haranggaol juga belum ada, baik oleh Pemkab Simalungun maupun swasta.
Sedangkan guna menata Keramba Jaring Apung (KJA) di Haranggaol Horison, sejak Oktober 2014 lalu, ijin keramba Jaring Apung di lokasi pesisir Haranggaol sudah diterapkan IMBnya. Hal itu sesuai anjuran Bupati Simalungun Dr Jopinus Ramli Saragih SH MM, guna meningkatkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD).
Menurut Camat Haranggaol Horison Dominikus Sinaga, anjuran Bupati Simalungun dan pihaknya ditunjuk untuk melakukan pendataan pada sejumlah pengusaha keramba Jaring Apung serta pemiliknya, agar warga Simalungun tidak menjadi penonton atas hasil yang didapat dari aset daerah itu sendiri, terkhusus pada putra daerahnya.
Selain itu juga, hasil dari pesisir Danau Toba, yakni ikan tawar yang berada di tiga titik zona, yaitu zona Haranggaol, dengan titik kordinat ada 100 hektar , Simar Babi 20 hektar dan Nagori Siaol 10 Hektar. Ke tiga zona perikanan tersebut sesuai surat keputusan dari Tingkat Provinsi Sumut untuk memberikan ijin pada pengusaha keramba jaring apung.
“Pada tahun 2014 ada Geopark agar wilayah kawasan pesisir Danau Toba harus ditata dan masyarakat untuk mengetahui bahwa Danau Toba bukan saja milik Indonesia tetapi milik dunia,” ucapnya.
IMB itu sesuai Perda No 8 tahun 2011, tentang ijin keramba. Namun, Pemkab Simalungun memberikan kemudahan mengenai ijin tersebut pada pemilik keramba, yang diatas sepuluh lobang ke atas diwajibkan membayar IMB, sedangkan pemilik keramba yang kurang dari 10 lubang itu dibebaskan alias gratis.
“Dengan adanya pendataan tersebut akan memudahkan Pemkab Simalungun mengaksesnya serta mengkoordinir. Seandainya ada bantuan maka dengan mudah untuk menyalurkan kepada pemilik keramba,” terangnya.
Saat ini jumlah keramba yang pernah ditata sementara ada sekitar 7000 lubang keramba jarring apung, dengan jumlah pemilik KJA tercatat 395 KK. Itu pun data sementara pada saat awal Dominikus menjabat camat di wilayah Haranggaol pada tahun 2011, sedangkan untuk jumlah sekarang tidak diketahui. (Rosenman Manihuruk)
Pantai Haranggaol : Panorama Pemandian Haranggaol Sabas, Tuhulan, salah satu tujuan wisatawan ke Haranggaol. Pantai pasir berbatu juga bisa dinikmati dengan berenang di sepanjang pantai tersebut. |
Pantai Haranggaol : Panorama Pemandian Haranggaol Sabas, Tuhulan, salah satu tujuan wisatawan ke Haranggaol. Pantai pasir berbatu juga bisa dinikmati dengan berenang di sepanjang pantai tersebut. |
Kapal Wisata : Kapal Sumber Jaya yang hendak mengitari obyek wisata Pemandian Horisan, Sabas, Tuhulan,
Sigumba-Gumba dan Pemandian Tuktuk Papan Indah. Satu orang penumpang dipatok
tariff Rp 10.000 untuk satu kali putaran dengan waktu perjalanan 25 menit.
Foto-foto Rosenman Manihuruk.
Desa Purba Saribu, salah satu desa di lintasan jalan menuju Haranggaol. |
Usai menikmati liburan di Danau Toba Haranggaol, anak-anak sekolah ini kembali ke daeranya dengan menggunakan kenderaan bak terbuka. Foto Rosenman Manihuruk. |
Wah jadi ingat kampung halaman nih.
BalasHapusSalam
Vincent
vlingga@gmail.com