RIKO PIRMANDO/HARIAN JAMBI
BENTROK WARGA: Suasana di perbatasan Kaupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh saat dan setelah bentrok warga Desa Kumun dan Tanjung Pauh Mudik, Selasa (11/11).
|
BENTROK BERDARAH DI PERBATASAN KERINCI-SUNGAIPENUH
Orangtua Tujuh Pelaku Jadi Jaminan
* Bentrok Pecah, 1 Warga Tewas 4 Rumah Terbakar
* Warga Mengungsi, Brimob dan Polres Tetangga Bantu Pengamanan
Bentrok antara warga Desa Sandaran Galeh, Kecamatan Kumun Debai, Kota
Sungaipenuh dengan warga Desa Tanjung Pauh Mudik terus berlanjut, Selasa
(11/11) dini hari kemarin bentrok kembali pecah. Akibatnya, empat rumah hangus
terbakar, 1 warga tewas.
RIKO PIRMANDO, Sungaipenuh
Informasi yang berhasil dihimpun Harian Jambi, bentrok berdarah di perbatasan
Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh yang telah beberapa hari ini memanas
berawal sekitar pukul 10.00 WIB Senin (10/10) warga Kumun Debai sempat emosi
dan mengamuk karena adanya isu Iskandar pemuda desa Sandaran Galeh Kumun yang
menjadi korban penyeroyokan koma di RSUP Padang.
Warga Kumun lantas berkumpul di jalan perbatasan Kumun-Tanjung
Pauh. Informasinya, massa yang berjumlah lebih seribu orang ini, sebagiannya
ada yang membawa bom melotof dan senjata tajam, guna menyerang desa Tanjug Pauh
Mudik, namun terhenti oleh pengaman aparat kepolisian Polres Kerinci yang
dibantu oleh puluhan personil Bromob Polda Jambi.
Tak sampai disitu, warga yang sudah siap menyerang sempat
bentrok dengan petugas keamanan. Personil brimob sempat mengeluar tembakan gas
air mata dan mengeluarkan tembakan peringatan keatas.
Sempat bertahan beberapa jam, namun karena kalah jumlah,
hingga Selasa dinihari petugas kamanan terpukul mundur. Warga Kumun berhasil
masuk ke desa seteru. Akibatnya, empat rumah milik warga Tanjung Pauh Mudik di
sekitar perbatasan dusa desa berseteru ini hangus setelah dibakar massa.
Pantauan Harianjambi sekitar pukul 08.00 WIB Selasa pagi,
warga Kumun Debai masih bertahan di jalanan dengan perkakas bambu rucing, dan
parang. Tampak batu bertebaran di pinggir jalan perbatasan tersebut. Diduga batu
tersebut digunakan warga untuk menyerang petugas keamanan kemarin malam.
Masih berdasarkan pantauan, Selasa pagi, pengamanan diambil alih
oleh TNI dari Kodim 0417 Kerinci. Sekitar ratusan TNI AD dan Polisi Militer
melakukan pemangaman dan berjaga di Perbatasan Kumun-Tanjung Pauh.
Berdasarkan keterangan warga, empat rumah warga Tanjung Pauh
yang hangus terbakar merupakan milik Ruslan, guru MAN Sebukar, dan satu lagi
milik Adriamus. Sementara dua rumah lainnya belum diketahui pemiliknya.
Tidak ada korban jiwa saat pembakaran terjadi. Pasalnya,
penghuni rumah sudah terlebih dahulu mengungsi sebelum bentrok pecah.
Di pihak Kumun, diketahui 1 warga Kumun bernama Junaidi (33)
asal RT 3 Muara Jaya, Kecamatan Kumun Debai tewas saat di perjalanan menuju RSUP
Padang, dan kembali dibawa ke RSU MHA Thalib Kerinci untuk diotopsi.
Korban diduga tewas karena bagian kepalanya tertembus
peluru. Belum diketahui dengan pasti asal peluru tersebut.
Haryanto, keluarga korban saat ditemui di RSU MHA Thalib
Kerinci Selasa (11/11) mengatakan, korban sempat dibawa ke Padang, namun dalam
perjalanan korban meninggal dunia. "Korban meninggal di perjalanan menuju Padang,
di Muara Labuh," ujarnya.
Karena meninggal, korban dibawa kembali ke Sungaipenuh.
Setiba di Kumun, sebelum dikuburkan, keluarga korban melihat ada bekas luka
tembak dikepala korban. "Peluru bersarang di belakang telinga sebelah
kiri," ucap Haryanto.
Korban pun tidak jadi dimakamkan dan dibawa ke RSU MHA
Thalib untuk diotopsi, namun pihak RSU tidak mau mengotopsi, karena tidak
adanya tim forensik di RSU MHA Thalib. Saat ini korban masih di RSU menunggu
dokter forensik dari luar daerah.
Dokter jaga RSU MHA Thalib, dr Dedi mengatakan, hasil ronsen
ada benda didalam telinga korban sebelah kiri. "Hasil ronsen ada benda di dalam
kepala korban," sebutnya.
Sementara itu, Kapolres Kerinci, AKBP Mun'I'm mengatakan,
pihak telah menyurati dokter ahli forensik Padang. "Saya sudah
menyurati dokter forensik di Padang, mungkin tengah malam nanti datang dan
lansung di otopsi," ujar kapolres saat pertemuan kedua tomas di Mapolres
kemarin.
Sepakat Berdamai, Orangtua Pelaku Jadi Jaminan
Sementara itu, pasca bentrok dini hari kemarin, aparat desa dan tokoh masyarakat
Tanjung Pauh dan Kumun Debai menggelar pertemuan yang difasilitasi Polres
Kerinci dan Kasdim 0417 Kerinci di Mapolres Kerinci, Selasa (11/11) siang.
Hasil pertemuan, kedua desa sepakat berdamai jika tuntutan
kedua belah pihak disepakati.
Tokoh masyarakat Kumun Debai meminta, untuk meredam emosi
warga, agar orangtua tujuh pelaku pengeroyokan terhadap Iskandar warga Kumun,
diamankan sementara sebagai jaminan sebelum para pelaku ditangkap.
Ini dikatakan oleh, Nasrun Farud tokoh adat Kumun Debai. Dalam
pertemuan itu, pihaknya meminta Polres Kerinci tidak melapaskan ketujuh orangtua
pelaku yang diamankan sebelum tujuh pelaku ditangkap.
"Tuntutan masyarakat meminta penjamin atau orangtua
ketujuh pelaku pengeroyokan supaya tidak dilepas sebelum pelaku
ditangkap," katanya.
Nafrizal, Ketua Forum Kades Kumun Debai juga menyampaikan
pesan masyarakat, yang meminta masalah ini diselesaikan seadil-adilnya.
"Masyarakat meminta penyelesaikan dilakukan seadil-adilnya sehingga tidak
merugikan sebelah pihak lagi," sebutnya.
Permintaan Tomas Kumun Debai itu disanggupi oleh Tomas Tanjung
Pauh Mudik. Mereka mendukung Polres Kerinci mengusut dan mengamankan sementara
ketujuh orangtua pelaku tersebut menjelang pelakunya ditangkap.
Kesepakatan lain dalam pertemuan tersebut yaitu, tak ada
lagi warga Tanjung Pauh Mudik maupun Kumun berada di jalan, dan pengumuman di
Masjid-masjid himbauan berperang.
Sementara, terkait dengan biaya pengobatan Iskandar,
dibebankan kepada keluarga pelaku pengeroyokan. Selanjutnya, terkait dengan
adanya warga yang meninggal jangan sampai menjadi pemicu konflik.
Sementara itu, Kapolres AKBP A Mun'm mengatakan, pihaknya
menerima tuntutan warga Kumun Debai tersebut. "Pelaku tetap ditangkap,
saya sudah perintahkan anggota menangkap dan anggota sudah berangkat mengejar
para pelaku. Sementara, ketujuh orangtuanya diamankan terlebih dahulu,"
jelas Kapolres.
Senada, Kasdim 0417 Kerinci, Mayor ARH AM Esra, mengatakan
bahwa, pihaknya berharap semua yang dibicarakan dapat meredam emosi kedua belah
pihak. “Sudah disepakati dan kita berharap konflik segera berakhir,” ungkapnya.
Warga Mengungsi, Pengamanan Diperketat
Sementara itu, di Tanjung Pauh, meski telah ada kesepakatan
damai, warga empat Desa di Tanjung Pauh Mudik, tetap memilih untuk mengungsi
kerumah kerabat yang jauh dari perbatasan Tanjung Pauh-Kumun Debai.
Menurut informasi, Selasa malam warga Desa Pancuran Tiga,
Desa Tanjung Pauh Mudik, Desa Bukit Pulai, dan Desa Punai Merindu sebagiannya mengungsi
ke Desa Sumur Jauh dan ke Tanjung Pauh Hilir.
"Ya, warga ketakutan adanya peristiwa semalam, warga
memilih mengungsi sementara ke rumah keluarga ke daerah Hilir," ujar Dedi
salah seorang warga Tanjung Pauh, kepada Harian Jambi, tadi malam.
Terkait itu, Kapolres Kerinci AKBP Abdul Mun'im mengimbau tokoh
masyarakat Tanjung Pauh-Kumun agar memberi tahu masyarakat tentang kesepakatan
damai, untuk mereda masyarakat kedua kecamatan tersebut.
"Para kedua tokoh adat, pemuda Kumun begitu juga
Tanjung Pauh yang hadir agar setelah kesepekatan berdamai ini memberitahukan
kepada warga menahan diri dan sabar tidak turun ke jalan, menjelang pelakunya
ditahan serta proses hukum selanjutnya," jelasnya Kapolres.
Pantauan harian ini tadi malam, kesepakatan damai antara
kedua desa ini telah diumumkan oleh tokoh masyarakat melalui pengeras suara di
mesjid Kumun Debai. Hal itu dilakukan, agar aksi bentrok tidak terulang lagi.
Kapolres juga mengatakan, pihaknya telah meminta bantuan
kepada Kapolda Jambi agar menerjunkan penambahan personel Brimob. "1
pleton Brimob sedang menuju Kerinci, begitu juga anggota bantuan dari anggota
Shabara dari Polres Merangin dan Sarolangun," ungkapnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Dansat Brimob Polda Jambi,
Kombespol Suhendri kemarin. Ia mengaku, pihaknya sudah menurunkan 100 personil
tambahan untuk melakukan pengamanan hingga situasi normal.
“Sudah diberangkatkan pagi tadi (kemarin,red) satu kompi
yang berjumlah seratus personil,” kata Suhendri.
Ia mengatakan, sebelum pembakaran rumah terjadi, aparat
keamanan yang kalah jumlah menarik diri guna menghindari bentrok dengan warga
yang semakit bringas terhadap pihak keamanan.
Kabid Humas Polda Jambi, Almansyah juga membenarkan hal itu.
Ia menyebutkan, saat kerusuhan dan aksi pembakaran rumah terjadi pihak
kepolisian mundur, guna menghindari korban yang akan berjatuhan antara polisi
dengan warga, sebab warga yang jumlahnya lebih banyak dari aparat sangat
bringas.
“Itu untuk menghindari hal-hal yang buruk, jangan ada korban
antara masyarakat dan kepolisian,” terang Kabid Humas.
“Jumlah pengamanan sekarang yaitu 2/3 personil Polres
Kerinci, 2 kompi anggota Brimob Polda Jambi, juga dilakukan penambahan personil
dari Polres Merangin.
Pemerintah dan Aparat Diminta Tuntaskan Konflik
Disisi lain, insiden bentrok dua desa di perbatasan
Kabupaten Kerinci dan Sungaipenuh ini juga menyulut keprihatinan kalangan.
Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh, serta aparat keamanan
diminta benar-benar menuntaskan konflik warga tersebut.
Anggota DPRD Provinsi Jambi dapil Kerinci dan Sungaipenuh,
yang juga putra daerah desa Tanjung Pauh ini meminta aparat kepolisian memperketat
keamaman atas kerusuhan warga Desa Tanjung Pauh dan Kumun.
"Saya sangat prihatin, masyarakat yang menjadi korban
dalam kerusuhan ini," tegasnya.
Selain itu, Gusrizal juga meminta Bupati untuk memfasilitasi
perdamaian untuk menyelesaikan permasalahan tersebut hingga tuntas.
"Tanjung Pauh dan Kumun ini masih saudara," tegasnya.
Hal senada juga dikatakan oleh anggota DPRD Provinsi Jambi
dapil Kerinci dan Sungaipenuh lainnya, Irmanto. Kepada harian ini, ia meminta
Pemkab Kerinci dan Sungaipenuh bertindak cepat, memediasi kedua belah pihak
untuk berdamai.
Perlunya tindakan cepat pemerintah dan juga aparat keamana
ini, kata Irmanto, untuk menghindari terjadinya bentrokan susulan, yang
nantinya akan menimbulkan banyak korban, baik material maupun korban jiwa.
“Kabarnya TV nasional sudah menyiarkan bentrok ini. Otomatis
pemerintah pusat sudah tahu. Maka jika tidak cepat diselesaikan, akan berefek
banyak terhadap Kerinci dan Sungaipenuh,” ujarnya.
Apalagi kata dia, dalam beberapa hari kedepan ini, Kabupaten
Kerinci akan menggelar Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) yang
merupakan agenda pariwisata nasional.
“Pembukaan FMPDK ini dihadiri oleh pak Gubernur Jambi,
mungkin akan ada tamu-tamu dari pusat. Makanya proses pedamaian harus
dituntaskan sesegera mungkin. Agar nantinya hal-hal yang tidak kita inginkan
terjadi saat even nasional ini berlangsung,” tegasnya.
“Kemudian meski sudah ada kesepakatan perdamaian, kepada
aparat keamanan, agar memperketat pengamanan di lokasi, hingga kondisi di
lapangan benar-benar kondusif,” tutupnya.
Senada, Ketua Forum Diskusi Jambi, Amrullah, mengatakan,
untuk mengantisipasi bentrok ini, peran tokoh adat, tokoh masyarakat, pemuda,
dan tokoh agama dioptimalkan untuk mendinginkan suasana.
“Pemerintah dan aparat keamanan harus belajar dari konflik
sosial yang pernah terjadi, kasus di Siulak di awal tahun 2014, dan kasus
tawuran antar kampung, yang sering kali terjadi,” ujar M. Amrullah.
“Kita meminta dan mendorong pemerintah beserta aparat
keamanan, untuk mengoptimalkan dan mengintensifkan peran tokoh masyarakat, agar
kasus ini tidak berkepanjangan, karena banyak efek samping yang ditimbulkan,”
ucapnya.
Bentrok antara warga Desa Kumun dengan Tanjung Pauh ternyata
berimbas terhadap proses belajar mengajar di Kecamatan Kumun Debai. Tak hanya
itu, pelaksanaan tes CPNS Kota Sungaipenuh yang bertempat di SMKN 4 Kumun Debai
juga ditunda selama dua hari, serta lokasinya dipindahkan.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Sungaipenuh, Pagaruyung
mengatakan, berdasarkan usulan UPTD Kecamatan Kumun Debai, maka pihaknya
meliburkan sekolah di Kecamatan Kumun Debai, karena kondisi tidak memungkinkan.
Ditanya berapa hari sekolah akan diliburkan, ia mengaku
belum bisa memastikannya. "Kalai besok aman, maka sekolah
diaktifkan," pungkasnya.
Terkait penundaan Tes CPNS, Sekretaris BKD Kota Sungaipenuh,
Sutrisno kepada Harian Jambi Selasa (11/11) membenarkan itu. Menurutnya,
penundaan itu dilakukan karena adanya surat dari Kapolres Kerinci tentang
situasi kantibmas yang tidak mendukung pasca bentrok.
Atas dasar itu, pihaknya memilih menunda tes CPNS selama 2
hari, yakni shift Selasa dan Rabu dipindahkan ke hari Sabtu, Minggu dan Senin.
Sedangkan shift hari Kamis dan Jumat tetap. "Pengumumannya sudah kita
tempel di SMKN 4," ungkapnya.
Untuk tes hari Kamis hingga Senin dipindah ke ruang pola
Walikota Sungaipenuh. " Server dan laptop sudah dibawa, sever disegel.
Hari ini teknisi pasang server dan laptop di ruang pola Walikota,"
ucapnya.
RIKO PIRMANDO/HARIAN JAMBI
BENTROK WARGA: Suasana di perbatasan Kaupaten Kerinci dan
Kota Sungaipenuh saat dan setelah bentrok warga Desa Kumun dan Tanjung Pauh
Mudik, Selasa (11/11).
|
Selongsong Peluru |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar