Surabaya-Industri keuangan syariah terbukti mampu bertahan
di tengah badai krisis keuangan. Saat krisis ekonomi global 2008-2009, industri
keuangan syariah tetap terjaga.
Di dalam negeri, kuatnya lembaga keuangan syariah mampu
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Demikian disampaikan Gubernur Bank
Indonesia (BI) Agus Martowardojo dalam acara Bincang Nasional Tentang Pesantren
dengan Tema 'Pemberdayaan Lembaga Pesantren dalam Rangka Peningkatan Kemandirian
Ekonomi' di Kantor BI Surabaya, Jawa Timur, Rabu (5/11).
“Kita bisa mencapai stabilitas rupiah. Ini bisa dijaga kalau
bisa menjaga stabilitas sistem keuangan, sistem keuangan itu bisa terwujud jika
bisa dengan mengembangkan ekonomi konvensional dan syariah," paparnya.
Agus menjelaskan, ketahanan ekonomi syariah saat krisis
menghantam bisa menjadi contoh jika industri keuangan syariah harus terus
dikembangkan.
“Krisis 2008-2009 terbukti ekonomi syariah bisa menjaga,
tetap terjaga kualitasnya. Ini karena prinsip-prinsip syariah mulai akidah,
akhlak syariah," katanya.
Nasabah Bank Syariah Cuma 17 Juta
Perbankan syariah di Indonesia sudah mulai menunjukkan
perkembangannya. Hingga saat ini, total aset perbankan syariah sudah mencapai
Rp 240 triliun. Namun nasabah bank syariah di Indonesia masih sangat minim.
Agus Martowardojo mengungkapkan, dalam rentang waktu yang
terbilang cukup singkat, aset perbankan syariah sudah mencapai angka yang cukup
tinggi.
“Total aset perbankan syariah sudah mencapai Rp 240 triliun.
Kita kagum karena dunia menyatakan bahwa Indonesia, institusi perbankan ritel
syariah merupakan yang terbesar. Ini menunjukkan bahwa dalam waktu relatif
singkat dari tahun 2008, kita tumbuh tinggi," papar Agus dalam acara
Bincang Nasional Tentang Pesantren dengan tema 'Pemberdayaan Lembaga Pesantren
dalam Rangka Peningkatan Kemandirian Ekonomi' di Kantor BI Surabaya, Rabu
(5/11).
Namun, menurut Agus, sebenarnya aset perbankan syariah masih
bisa dikembangkan mengingat Indonesia merupakan negara mayoritas muslim. Hasil
sensus penduduk 2010 menunjukkan, 87,18% warga negara Indonesia menganut agama
Islam.
Agus menggarisbawahi bahwa nasabah bank syariah di Indonesia
masih sangat sedikit. Jumlahnya hanya 17 juta orang, padahal mayoritas penduduk
Indonesia yang berjumlah 240 juta jiwa beragama Islam.
“Nasabah syariah baru 17 juta, rakyat Indonesia jumlahnya
240 juta. Jadi kita ingin berupaya agar pondok pesantren yang selama ini sudah
menjadi wadah menggembleng santri-santri yang kuat bisa mengembangkan lagi,"
terangnya.
Menurut Agus, Indonesia masih punya potensi tinggi untuk
terus menggenjot pertumbuhan ekonomi syariah. Pesantren dinilai sebagai salah
satu potensi yang cukup besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke
depan.
“Pertumbuhan yang ada masih belum cukup memadai karena
potensi masih cukup besar. Jumlah pesantren sudah mencapai lebih dari
27.000," tuturnya.(dtk/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar