Rabu, 21 Mei 2014

Jambi Tingkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa




Provinsi Jambi sebenarnya memiliki potensi besar sebagai sentra perkebunan kelapa. Potensi perkebunan itutersebar di sembilan kabupaten di Provinsi Jambi. Produksi kelapa sesuai data pada tahun 2012 mencapai 110.075 ton. Mengingat kontribusi sektor perkebunan yang cukup besar hingga mencapai Rp 8.608.828, 38 ditahun 2010 berdasarkan data Jambi dalam Angka 2010, maka Gubernur Jambi melalui Dinas Perkebunan bertekat untuk meningkatkan produktivitas dan mutu perkebunan umumnya dan sektor kelapa khususnya.

R MANIHURUK, Jambi

Perkebunan kelapa dalam juga membuka peluang investasi besar untuk menggantikan kelapa sawit yang kini sudah dimoratorium perluasannya. Dalam rangka Hari Perkebunan Nasional ke 57 tahun 2014 yang dipusatkan di Sumatera Selatan, Provinsi Jambi berupaya meningkatkan produktivitas dan mutu kelapa di Provinsi Jambi.

Sejak tahun 2010 dibawah kepimpinan Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus (HBA), maka  secara bertahap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi telah berusaha meningkatkan luas areal  dari 117.655 Ha menjadi 118.037 ditahun 2012.

Disebutkan, konsentrasi pembangunan sektor kelapa difokuskan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan luasan 53.634 Ha dan Tanjung Timur dengan luasan 58.620 Ha. Upaya pembangunan perkebunan  sektor kelapa maka rendahnya produktivitas tanaman, produksi industry hilir masih rendah serta adanya isu lingkungan pengembangan perekebunan kelapa.

Peningkatan efesiensi dan diversifikasi produk serta berbagai permasalahan lainnya seperti  peruntukan lahan yang tidak sesuai, kurangnya pengetahuan petani serta banyaknya tanaman itu merupakan hambatan yang dihadapi oleh pemerintah saat ini.

Oleh sebab itu melalui Dinas Perkebunan
Provinsi Jambi, maka pemerintah menetapkan kebijakan umum pengembangan perkebunan kelapa yang terdiri dari ppeningkatkan produksi,produktivitas dan mutu melalui program intesifikasi dan ekstensifikasi serta peremanjaan.

Guna mendukung hal tersebut maka pengembangan infrastuktur jalan, pelabuhan, sarana tranportasi dan komunikasi menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan di kedua kabupaten pesisir Jambi itu.

Selain hal tersebut, melalui APBD Provinsi Jambi, maka pemerintah juga memberikan bantuan bibit kelapa anjuran, pengadaan pupuk dan penyediaan obat obatan agar produksi kelapa masyarakat bisa meningkat secara bertahap dari tahun ke tahun.

Alokasi dana yang cukup besar untuk meningkatkan pengetahuan petani terhadap hama dan penyakit tanaman, juga telah ditetapkan dengan harapan agar  tidak menganggu proses produksi kelapa masyarakat.
Namun  demikian, dimasa yang akan datang, sangat mendesak sekali yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jambi adalah melakukan  peremajaan kelapa yang tidak produksif.

Kemudian melakukan manajemen pemasaran hasil tanaman kelapa dan berupaya untuk menggadeng investor agar bersedia membangunan industri kelapa lanjutan yang akan dirasakan langsung manfaatnya.

Sampai tahun 2013, ada  18.487 Ha areal kelapa tua rusak yang harus diremajakan, terutama di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang terdiri dari 9.094 Ha dan di Kabupaten Tanjung Jagbung Timur yang mencapai 8.613 Ha.

Disebutkan, berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Jambi produksi kelapa kian tahun kian meningkat. Potensi kelapa di Provinsi Jambi dari tahun ke tahun diantaranya produksi 2012 mencapai  110.075 ton, produksi 2011 mencapai 114.505 ton, produksi 2010 mencapai 114.688 ton, produksi 2009 mencapai 113.340 ton, produksi 2008 mencapai 110.548 ton.

Sementara sebaran perkebunan kelapa di Provinsi Jambi yakni Kabupaten Batanghari mencapai 887 hektar (ha), Bungo 686 ha, Kabupaten Kerinci 82 ha, Kabupaten Merangin 2.222 ha, Kabupaten Muarojambi 1.028 ha, Kabupaten Sarolangun 570 ha.

Kemudian di Kabupaten Tanjungjabung Barat 53.634 ha, Kabupaten Tanjungjabung Timur 58.688 ha, Kabupaten Tebo 1.017 ha dan Kota Sungai Penuh 4 ha. 

Menurut Gubernur Jambi Hasan Basri Agus (HBA) potensi pengembangan perkebunan kelapa di Provinsi Jambi memiliki potensi yang luas. Potensi perkebunan kelapa ini sangat membuka peluang investasi perkebunan di Provinsi Jambi.

Disebutkan, perkebunan kelapa juga ramah lingkungan jika dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit. Potensi perkebunan kelapa ini penting untuk dikembangkan masing-masing daerah karena juga membuka peluang besar pengolahan minyak nabati.

Dikatakan, potensi perkebunan komuditas kelapa kini masih terbesar di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim). Komoditas kelapa sebenarnya masih primadona bagi masyarakat.
    
Program Pro Petani

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Ir Budidaya, kepada Harian Jambi menegaskan bahwa, program Dinas Perkebunan Provinsi Jambi akan sejalan dengan Program Jambi EMAS 2015 yang dicanangkan oleh Gubernur Jambi.

Sebabnya, Dinas Perkebunan Provinsi Jambi mencanangkan program yang menyentuh kepada masyarakat bagi kemajuan Perkebunan Provinsi Jambi, seperti perkebunankelapa sawit, kebun karet, replanting karet yang di utamakan bagi kepentingan masyarakat Provinsi Jambi.

Selanjutnya, Budidaya mengharapkan, bahwa Program dari Dinas Perkebunan tersebut sebaiknya juga disesuaikan dengan  program dari Dinas terkait lainya, seperti Dinas Pertanian, ataupun lainya,  agar tidak tumpang tindih dalam pelaksanaan pembangunan di Provinsi Jambi.

Untuk itu, perlu adanya sinkronisasi antar lembaga atau antar instansi agar pembangunan khususnya pembangunan di bidang perkebunan akan sejalan dan akan dirasakan oleh seluruh masyarakat Provinsi Jambi.

Terpisah, Wakil Bupati Tanjabtim, Ambo Tang, menjelaskan, luas areal kelapa Tanjabtim saat ini tercatat 61.116 hektare atau mencakup sekitar 50 persen di wilayah Provinsi Jambi. Hasil produksinya sebanyak 54 persen dari produksi Provinsi Jambi.

“Namun adanya intruksi (rembesan) air laut di daerah yang belum dibangun tanggul menyebabkan produksi belum maksimal,” katanya.

Dia menyebutkan, daerah-daerah yang potensial terhadap perkebunan kelapa dalam ini adalah Kecamatan Muarasabak Timur, Rantau Rasau dan Berbak. Sebagian besar daerah ini belum dibangun tanggul untuk mencegah air laut masuk ke areal perkebunan.

Ambo Tang menegaskan, jika semua kendala tersebut bisa diatasi, kelapa dalam dapat menjadi modal yang menggiurkan untuk membangun industri hilir yang berbasis produk kelapa berikut turunannya.

Produksi itu seperti tempurung yang mengandung unsur karbon, nata de coco, sabut, lidi dan batang kelapa tua untuk furniture.

Disebutkan, pihaknya telah mendapatkan bantuan bibit kelapa dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jambi. Bantuan ini bukanlah berbentuk uang, melainkan berupa alokasi penanaman (lahan) seperti intensifnya berupa bibit serta pupuk.

“Dari APBN,untuk lahan seluas 500 hektar. Serta dari APBD 1 Provinsi Jambi untuk lahan penanaman karet seluas 250 hektar. Kalau pupuknya untuk tananaman kelapa, 1 hektarnya dibutuhkan 25 kilogram untuk setiap hektarnya,” katanya.

Disebutkan, Pemkab Tanjungjabung Timur melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) telah melaksanakan pembangunan pabrik kelapa dalam.

Peremajaan Kelapa 

Terpisah, Kabid Perkembangan dan Produksi Dinas Perkebunan Tanjabar Ir Edi Daru, mengatakan, saat ini tercatat 118,5 hektar lahan perkebunan kelapa dalam petani yang rusak. Pemkab Tanjabar menganggarkan dana sebesar Rp 700 jutaan guna program peremajaan areal kebun kelapa yang di 13 kecamatan di Tanjabar, diantaranya di Kecamatan Kuala Betara, Bram Itam, Senyerang, Pengabuan.

“Tanjabar merupakan sentra produksi kelapa. Kelapa dalam petani di Tanjabar umumnya dijual ke Lampung dan Jakarta, maka perlu dilakukan peremajaan kelapa. Soalnya,  tren permintaan kelapa bulat saat ini cukup tinggi. Dari Januari hingga April, permintaan kelapa bulat terus meningkat. Dan, harga kelapa bulat saat ini juga cukup tinggi dipasaran,” katanya.

Dijelaskannya, kelapa bulat dihargakan Rp 700 di tingkat petani. Kenaikan dari harga dasar ii terjadi sejak April 2014. Kini harga kelapa bulat naik mencapai Rp 1.100 di tingkat petani. 

Jika petani ingin membawanya langsung ke pinggir jalan, harga kelapa bulat per buahnya bisa menjadi seharga Rp 1.600. Tetapi, jika hanya dikebun, harganya Rp 1.100 perbuah.

Berdasarkan data produksi kelapa dalam (kelapa yang tumbuh di lahan gambut dan aliran pasang surut) pada 2012 lalu, sebanyak, 59,359,4 ton. Dengan luas areal perkebunan kelapa 53 ribu hektar lebih. 53 ribu hektar lebih perkebunan kelapa. 

Dari jumlah yang ada itu, ditegaskan dia semua tersebar di beberapa Kecamatan yakni  Kecamatan Kuala Betara, Sebrang Kota, Senyerang, Bram Itam, Pengabuan serta Tungkal Ilir.

“Pemerintah pusat tahun ini membantu bibit. Sedangkan untuk sarana dan produksi (Sabrodi) dari APBD Tanjab Barat dibantu dana sebesar Rp 700 jutaan dan ditambah dana insentif untuk tebas tebang dan penanaman sekitar Rp 550 ribuan. Untuk tebas tebang Rp 200 ribu, pembuatan parit Rp 200 ribu, dan Rp 150 ribu untuk pembuatan lobang dan penanaman,” katanya.

Disebutkan, dari 53 ribu areal perkebunan kelapa dalam yang ada diTanjabar, yang belum menghasilkan sekitar 5643,6 hektar, dan tanaman menghasilkan 38.839,3 hektar. Sedangkan tanaman tua dan rusak ada sekitar 118,5 hektar.

Potensi Kelapa Terabaikan

Sementara Menteri Pertanian Suswono mengakui potensi kelapa cukup bagus tetapi sekarang banyak yang terabaikan. “Kalau ada dananya kita juga mau melaksanakan gerakan nasional kelapa, sayang kita terkendala keterbatasan anggaran,”kata Suswono seperti dikutip dari www.mediaperkebunan.net.

Disebutkan, saat ini kelapa di Riau, Sumut, Jambi dan lain-lain banyak yang diekspor dalam bentuk kelapa bulat ke Thailand. “Setelah itu Thailand sekarang banyak mengekspor santan kelapa ke sini,” kata Suswono.

Sebelumnya anggota Komisi IV DPR, Hardisoesilo minta supaya Kementerian Pertanian mengadakan gernas kelapa. “Negeri kita dari dulu merupakan negeri nyiur melambai, bukan negeri kelapa sawit,”katanya.

Potensi kelapa sangat besar, buktinya banyak perusahaan meubeul mencari kayu kelapa, demikian juga batok kelapa banyak dicari untuk arang aktif.

Industri Pengolahan Kelapa Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian RI, Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan tanaman kelapa terbesar di dunia dengan luas areal 3,88 juta hektar (97% merupakan perkebunan rakyat), memproduksi kelapa 3,2 juta ton setara kopra.

Industri Hulu: Industri kelapa hulu merupakan industri kelapa paling hulu dalam rangkaian industri kelapa, seperti kelapa segar, kopra (kopra hitam dan putih).

Industri Antara : Industri kelapa antara merupakan industri kelapa yang memproses bahan baku menjadi produk-produk turunan, seperti tempurung kelapa, Copra Meal, Desiccated Coconut.

Industri Hilir : Industri kelapa Hilir adalah industri kelapa yang mengolah bahan yang dihasilkan oleh industri kelapa antara menjadi berbagai produk akhir yang digunakan oleh industri . seperti Karbon aktif, Minyak kelapa, Coconut cream/milk dan lain-lain.

Meskipun seluruh bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk peningktan kesejahteraan manusia, namun perkembangan industri pengolahan berbasis kelapa di Indonesia dimulai dengan pengembangan industri kopra sebagai bahan baku industri minyak kelapa.


Pada tahun 2006 Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan tanaman kelapa terluas di dunia dengan luas areal sekitar 3,82 juta ha dimana 97% nya merupakan perkebunan rakyat dengan produksi 15,9 milyar butir atau setara dengan 3,2 juta ton kopra.

Permintaan dunia akan produk turunan kelapa masih cukup baik, terutama untuk pemakaian organic foods, functional drink, cosmo centicals, oleo chemicals, biofuel dan bio lubricants dan lain-lain.(lee)


HARIAN JAMBI EDISI RABU PAGI 21 MEI 2014

Tidak ada komentar: