Halaman

Selasa, 15 April 2014

Mengabadikan Batik dan Pakaian Tradisional Jambi sebagai Investasi Budaya

Seorang Model Jambi
Mencintai budaya lokal, merupakan wujud dari kecintaan budaya Indonesia. Termasuk juga Provinsi Jambi yang memiliki pakaian adat dan budaya yang menarik. Beberapa pakaian andalan Jambi yang menonjol adalah Batik Jambi, Teluk Belango dan Tengkuluk. Batik Jambi dan pakaian tradisional akan menjadi investasi budaya daerah yang sangat berharga. 

MUSLIHIN, Jambi

Perkembangan minat masyarakat terhadap pakaian tradisional Jambi cukup meningkat. Hal ini tidak terlepas dari sosialisasi budayawan dan pemerintah untuk terus melestarikan Adat dan Budaya Jambi. Penyuluhan dan sosialisasi pakaian tradisi unggulan Jambi terus dilakukan. Baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah. 

Ketua Lembaga Adat Kota Jambi, Azra’I Al-Basyari mengatakan, pakaian tradisi unggulan Jambi luar bisa karena upaya dari pemerintah itu sangat kuat untuk melestariakan adat budaya Jambi yang berupa pakaian adat Jambi.

“Setiap tahun, ada anggaran dan penyuluhan baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah tentang pakaian tradisional Jambi,” katanya.

Disebutkan, misalnya Batik Jambi, Teluk Belango dan Baju Kurung Tengkuluk menjadi salah satu pakaian dinas Pemerintahan Kota Jambi. Pada hari-hari tertentu, pakaian ini diwajibkan untuk digunakan oleh seluruh pegawai Pemerintah Kota Jambi di lingkungan kerja.
“Untuk Pemerintahan Kota Jambi, pakaian Batik Jambi, Teluk Belango dan Baju Kurung Tengkuluk, sudah dijadikan sebagai baju dinas di hari-hari tertentu,” ujarnya.
Faktor yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya peranan budaya lokal sebagai identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain.
Namun, meski saat ini sudah banyak baju yang lebih modern, perkembangan baju adat di Jambi masih banyak diminati. Karena apabila baju adat Jambi ini bisa dimodifikasi serta pemakaian Tengkuluknya bisa divariasi, maka akan terlihat lebih elegan dibandingkan dengan pakaian lain pada umumnya,” katanya.
Pesona Batik Jambi
Selain kaya akan flora dan faunanya, Jambi memiliki perbedaan dibandingkan provinsi lainnya di pulau Sumatera. Jambi telah lebih dulu mengembangkan industri di bidang Batik. Batik yang merupakan salah satu kebanggaan sejak dari zaman Kerajaan Melayu Jambi. 

Menyusuri wilayah seberang Kota Jambi, masih dapat menemukan banyak rumah yang dibangun dengan gaya tradisional Jambi, yakni rumah panggung. Diantara rumah-rumah tersebut, terdapat banyak tempat dalam memproduksi Batik Jambi.
 
Kini Batik Jambi semakin dikenal dan dilestarikan. Di Seberang Kota Jambi, tidak jauh dari kediaman Gubernur Jambi, Seberang Kota Jambi, dapat dicapai dengan menyeberangi Sungai Batanghari dengan menggunakan Ketek (sejenis perahu kayu) yang digunakan oleh penduduk lokal, yang hanya membutuhkan waktu 10 menit. 

Atau kita dapat mengikuti sungai dengan kendaraan bermotor selama 45 menit dan kemudian menyeberanginya menggunakan 1.000 meter panjang jembatan Aurduri 1. Kemudian kita berbelok ke kanan dan menuju Kelurahan Jelmu, tepat di seberang Kota Jambi.

Di salah satu rumah tradisional, terdapat tulisan Pengrajin Batik Jambi, yakni Dua Putri yang beralamat di Jalan Basuki Rahmat Kampung Jawo Kelurahan Jelmu Seberang Kota Jambi. Batik Jambi Dua Putri telah berdiri sejak tahun 1996.

Uai Ria salah seorang pengrajin mengatakan alasannya dalam memilih usaha Batik. Ia sendiri mengaku, memilih usaha Batik tersebut karena hobi. Mengembangkan usaha Batik tersebut, selain untuk berbisnis dan berinvestasi, juga untuk meneruskan budaya tradisi Jambi.

 “Memilih usaha Batik karena hobi dan ingin meneruskan sejarah kebudayaan jambi, karena dari setiap motif Batik Jambi ini memiliki arti atau kisah tersendiri,” ujarnya.

Bersama dengan pengrajin Batik lainnya, dia sibuk membuat Batik di lantai rumah mereka. Ruangan itu tampak penuh dengan potongan-potongan Batik. Masih pada tahap pewarnaan dan menggantung sampai kering.

“Kami membuat Batik sesuai dengan pemesanan, menggunakan bahan sutra dan katun dengan pekerja tetap 7 orang dan karyawan lepas 15 orang. Pemasaran saat ini sudah keluar Jambi, meliputi Jakarta, Bandung, NTB, Sulawesi dan juga sampai ke mancanegara seperti Jepang dan Belanda,ungkapnya.

Batik Tulis Jambi

Pejabat Jambi Mengenakan Pakaian Adat Lokal Jambi
Batik tulis dari Jambi memiliki karakteristik yang unik dan eksotis, dari sudut pandang warna dan juga motif. Pewarna sebagian besar dibuat dengan bahan-bahan alami yang dicampur dengan berbagai jenis kayu tersebut, dikolaborasikan dengan zat dari tanaman lain.
 
Seperti daun kelapa, yang semuanya tersedia secara lokal. Selain itu, ada campuran menggunakan bahan-bahan tidak tersedia di Jambi, seperti biji dari pohon tinggi dan daun nila, yang biasanya diperoleh dari Yogyakarta.

Selain dari zat pewarna yang digunakan, Batik tulis Jambi memiliki banyak motif dengan warna-warna cerah yang melambangkan komunitas cerah dan ceria Jambi. Ada 40 motif Batik khas Jambi seperti Candi Muaro Jambi, Kaca Piring, Puncung Rebung, Angso Duo Bersayap Mahkota, Bulan Sabit, Pauh (mangga), Antlas (Tanaman), Awan Berarak, Riang-Riang, Kapal Sanggat, Durian Pecah, Kapak Lepas, Buah Nona, Tampuk Manggis, Burung Kuaw dan lain-lain.

Proses pemasaran yang dilakukan adalah dengan mengikuti berbagai pameran yang diadakan dan mengenalkan Batik ke masyarakat Jambi secara khusus. Untuk pembuatan Batik tulis memakan waktu sekitar 1 hingga 2 bulan. Sedangkan untuk Batik cap selama 1 hingga 2 minggu.

Batik  yang menjadi unggulan adalah Batik tulis khusus. Karena, pembuatannya khusus jika ada pemesanan, lama proses pewarnaan jika menggunakan warna alami lebih lama yakni 1 bulan sedangkan warna kimia hanya 1 minggu saja.

Dukungan Dekranasda

Selain itu, pada pameran Telanai Ekspo 2014 dalam rangka HUT Jambi yang ke 57 beberapa waktu yang lalu, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan Dinas Koperasi Provinsi Jambi turut serta dalam memperkenalkan Batik Jambi kepada masyarakat. 

“Koperasi siap membantu UMKM dalam memasarkan produknya, terlebih lagi seperti Batik. Kita akan menyokong para pengusaha ini agar dapat melebarkan sayapnya. Karena UMKM merupakan roda perekonomian di Jambi, ujar Syaiful AR, staf Dinas Koperasi Provinsi Jambi.

Untuk harga Batik Jambi saat ini, sudah sangat terjangkau dibandingkan beberapa tahun belakangan. Hal ini terlihat dari animo masyarakat Jambi akan Batik semakin tinggi. Karena sebagai masyarakat Jambi, kita harus melestarikan kebudayaan kita dan bangga akan apa yang kita miliki.

“Kita harus bangga untuk melestarikan Batik Jambi. Karena itu warisan dan menjadi investasi,” ujarnya.

Leni, selaku pelestari pakaian adat Jambi mengatakan, agar investasi budaya benda berupa pakaian khas Jambi ini terjaga, pelaku utama harus datang dari masyarakat Jambi itu sendiri. Hal yang harus dilakukan, adalah dengan bersama-sama membudidayakan pakaian tersebut.
“Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk saling menjaga. Karena dengan adanya kesadaran dari masyarakat, untuk selalu memakai pakaian adat. Hal ini dapat membuktikan, bahwa masyarakat Jambi telah melestarikan seni dan budaya. Dengan pelestarian dari pakaian ini, maka akan memberikan dari bagi pengembangan dan juga meningkatkan mutu kualitas dari pakaian adat itu sendiri,” ujarnya.
Tengkuluk

Salah satu aset Jambi berupa budaya benda adalah Teluk Belango dan baju kurung yang dilengkapi dengan penutup kepala. Teluk Belango dipakai untuk laki-laki, sedangkan untuk wanita disebut Tengkuluk atau Kuluk.
Dalam hal ini, baju Teluk Belango dan baju kurung Tengkuluk merupakan ciptaan dari interaksi dan kreatif masyarakat Jambi yang kental dengan budaya berlandaskan agama Islam. Oleh karena itu pengaruh Islam memang cukup kuat dalam pakaian adat ini.
Biasanya, pemakaian baju adat Teluk Belango lebih pada kelompok penabuh rebana atau kompangan atau pengiring adat sebagai pelaku serah antar atau serah terima bagi para mempelai laki-laki dan perempuan.
Pemerhati Budaya Jambi, Junaidi T Noor mengatakan, pakaian adat yang selalu digunakan dalam suatu acara, telah menjadi tradisi selama bertahun-tahun. Hal ini menjadi ciri khas dan keunikan dari masyarakat.
“Dari busana yang dipakai, maka akan dapat dipelajari mengenai tradisi dari masyarakat yang bersangkutan,” kata Junaidi.
Meskipun gelombang modernisasi tidak bisa dilawan, masih dapat menemukan tengkuluk baik sebagai pilihan busana sehari-hari dan juga selama acara khusus.

Untuk mencegah keberadaan tengkuluk terhapus dengan busana modern, Museum Provinsi Jambi, bekerja sama dengan Dekranasda dan Badan Kerajinan Nasional. Keduanya mempromosikan penggunaannya di berbagai kesempatan. Pemerintah Provinsi Jambi juga saat ini mendorong perempuan untuk mengenakan tengkuluk pada hari Rabu.

Pada hiasan kepala Tengkuluk tradisional dibuat dengan melipat sepotong kain Batik atau sarung, benar-benar unik dan eksotis. (Dibantu Rosenman M/lee) (HARIAN JAMBI EDISI CETAK PAGI SENIN 14 APRIL 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar