Asad Isma/dok HAJE |
Sibuk
mengkampanyekan diri sendiri sebagai Calon Legislatif (Caleg) menjadikan
politisi ini lupa menyuarakan semangat kebangsaan, terutama pada para pemuda. Selang
kampanye tersebut seyogyanya, Caleg mampu menyuarakan semangat kebangsaan untuk
meningkatkan integeritas bangsa.
R GILANG EZRI,
Jambi
Ideologi
bagi sebuah negara merupakan nyawa. Tanpa adanya ideologi, negara tidak akan
hidup, karena, ideologi memberikan semangat untuk maju. Selain itu, terbentuknya
sebuah negara tidak mungkin tanpa andil ideologi tertentu. Ideologi yang sama
merupakan jalan bagi individu untuk bersatu dan membangun sebuah kumpulan yang
disebut negara.
Indonesia
adalah negara yang heterogen. Berbagai suku dan bahasa terhampar dari Sabang sampai
Merauke. Ideologilah yang menyatukan semua perbedaan ini sampai menjadi sebuah
negara. Ideologi juga memiliki peranan politik yang sangat kuat dalam sebuah
negara. Dan Pancasila merupakan ideologi yang mampu menjawab semua tantangan perbedaan
yang ada dalam negara ini.
2014
merupakan tahun politik yang akan menentukan nasib Indonesia lima tahun ke
depan. Di tengah kondisi negara yang sedang dalam masa kelam, dengan korupsi
dan bencana yang hadir, ideologi lah yang menjadi tumpuan dalam memperbaiki
sistem yang ada.
Pemilu
akan dilaksanakan kurang dari dua bulan lagi. Di tengah carut marut
perpolitikan negeri ini yang semakin membawa ke arah dis integrasi sosial dan
bangsa, memunculkan keresahan tentang keteguhan bangsa terhadap ideologi yang
selama ini diteriakkan. Oleh karena itu, semua lini bangsa harus bergerak
menggelorakan semangat kebangsaan, termasuk para calon wakil rakyat.
Kampanye
Kebangsaan
Senada
dengan hal tersebut, Asad Isma, Direktur Center For Election and Political Party (CEPP)
Provinsi Jambi mengatakan, bahwa dalam konteks Pemilu, diperlukan
kampanye pentingnya menggelorakan semangat kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat.
“Caleg
harus bisa menyemangatkan wawasan kebangsaan kepada pemuda. Selain mengkampanyekan
dirinya beserta visi dan misinya, juga harus mengkampanyekan semangat
kebangsaan untuk menjaga integrasi bangsa,” ujarnya.
Begitu
juga dengan masyarakat yang menjadi pemilih dalam Pemilu Legislatif pada Tanggal
9 April mendatang, harus memilih caleg yang kental semangat kebangsaannya. “Saya
mengimbau kepada masyarakat untuk memilih Caleg yang selalu mengedepankan
nilai-nilai kebangsaan, persatuan dan kesatuan,” ujarnya.
Paham Pemecah
Belah
Salah
satu paham yang mampu memecah belah adalah paham-paham ego sentris dan fanatisme
sempit. Paham sektarian dan kedaerahan yang sempit, dapat memicu perpecahan di
republik ini, terlebih republik ini lahir dari berbagai daerah yang berbeda
suku dan bahasa.
Paham-paham
ini sudah mulai berkembang dalam kancah perpolitikan negeri ini, termasuk juga
calon anggota legislatif sebagai pemain aktif di dalamnya. Mulai banyak Caleg yang
memainkan ego kedaerahan dan sebagainya untuk meraup suara yang lebih besar.
Asad
Isma berharap, agar masyarakat dapat lebih cerdas dan tidak memilih Caleg yang
mengembangkan paham-paham sektarian dan kedaerahan yang sempit.
“Kalau
bisa, jangan pilih caleg yang selalu memainkan ego daerah dan RAS. Hal inilah
yang dapat menjadi bibit-bibit perpecahan yang akan merusak tatanan yang
dibangun berdasarkan ideologi kebangsaan yang telah memerdekakan negeri ini,”
ujarnya.
Harapan
yang ingin diwujudkan adalah di mana orang-orang yang terpilih dalam pemilihan
umum legislatif tanggal 9 April 2014 nanti, merupakan orang-orang yang mampu
menjaga semangat empat pilar kebangsaan dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kalau
kita pilih Caleg-Caleg yang mengedepankan semangat kebangsaan, maka orang yang
dipilih bisa menjaga kehidupan kenegaraan yang baik,” ungkapnya.
Ancaman
Disintegrasi
Gejala-gejala
ancaman disintegrasi sosial dan bangsa makin terasa dan berkembang di tengah
masyarakat. Menurutnya, hal ini disebabkan beberapa faktor yang berasal baik
dari dalam maupun dari luar negeri.
Salah
satu yang menyebabkan disintegrasi adalah pengaruh ideologi transnasional,
terutama yang berkaitan dengan gerakan Islam di Timur Tengah.
“Ideologi
transnasional sekarang ini menyeruak
masuk ke Indonesia, melalui anak-anak muda Indonesia yang belajar di Timur
Tengah. Dan sekembalinya ke Indonesia mereka mengembangkan ideologi tersebut,”
ujarnya.
Selain
itu menurutnya, perkembangan ideologi transnasional ini dipercepat oleh
kampanye-kampanye kelompok ini lewat internet dan jejaring sosial. Salah satu
paham yang dikembangkan adalah kegagalan berbagai ideologi seperti kapitalisme
dan sosialisme, sehingga pilihan mendirikan negara Islam adalah kebutuhan yang
saat ini mendesak untuk diterapkan.
“Upaya
dan cita-cita mendirikan negara Islam tentu akan berdampak terhadap sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia,” jelasnya.
Ancaman
Neokolonialisme
Selanjutnya,
yang tidak kalah meresahkan adalah ancaman neokolonialisme. Menurutnya,
neokolonialisme dalam bentuk masuknya perusahaan multi nasional yang
mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam, tanpa memberi dampak
positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Semangat etnisitas dan
daerahisme, melalui otonomi daerah pun telah menyuburkan semangat kedaerahan,
seperti kasus Aceh dan Papua. Selanjutnya, ketimpangan sosial ekonomi, juga
memicu perpecahan yang ada.
“Kebijakan
yang tidak adil, berdampak memburuknya relasi dan solidaritas sosial antar
masyarakat,” ujarnya.
Rasa
keadilan yang tidak dirasakan oleh masyarakat, membawa masyarakat kearah
pemikiran dan persepsi masyarakat tentang rasa tidak percaya terhadap negara.
Hal inilah yang dikemudian hari akan membawa dampak yang buruk terhadap
integrasi negara, seperti yang terjadi saat krisis multi dimensional. Yang
turut merusak persatuan bangsa adalah korupsi yang saat merajalela.
“Merajalelanya
korupsi di negeri ini menjadi ancaman serius terhadap keutuhan bangsa ini,”
ujarnya.
Menyikapi
hal ini lanjutnya, empat pilar kebangsaan harus ditanamkan khususnya kepada
generasi penerus bangsa. Mpat pilar tersebut yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal
Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Undang-Undang Dasar 1945.
Bahkan,
isu-isu tentang Pancasila dan UUD 1945 menjadi isu dan tema yang kurang
diminati oleh kalangan kaum muda sebagai tema kajian diskusi.
“Bila
ditelusuri, semangat kebangsaan dan nasionalisme sudah semakin memudar di
kalangan anak muda. Maka karena itu, para Caleg harus menggelorakan semangat
kebangsaan ini, khususnya di kalangan anak muda, bukan sekedar mengkampanyekan
visi dan misi untuk merebut simpatik para pemilih,” tegasnya.(*/poy)(Harian Jambi Edisi Cetak Pagi Rabu 26 Feb 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar