Selasa, 25 Februari 2014

Sekolah Alam Raya Menularkan Anak Didik Cinta Budaya Lokal

Muhktar Hadi
SARAMUJA: Aktivitas Sekolah Alam Raya (Saramuja) di Muarojambi. Sekolah ini adalah sekolah non formal, yang didirikan atas rasa cinta dan kepedulian terhadap pendidikan.FOTO: KAHARUDDIN/HARIAN JAMBI

Banyak cara guna mewujudkan cinta pendidikan bagi anak didik kurang beruntung dalam ekonomi. Pentingnya pendidikan bagi anak usia didik telah diwujudkan pemerintah lewat program wajib belajar 12 tahun. Namun pada kenyataannya, kerap pengenalan budaya lokal luput dari perhatian dunia pendidikan formal tersebut. Pentingnya pengetahuan tentang sejarah dan budaya lokal pada anak usia didik, kini bisa diwujudkan dengan pendidikan luar sekolah.

KAHARUDDIN, Jambi

Namun demikian, ada harapan baru yang dibuat Sekolah Alam Raya (Saramuja). Saramuja  merupakan suatu wadah pendidikan nonformal yang berdiri pada tahun 2010. Tujuan dari pendirian sekolah ini adalah untuk mewujudkan sistem pendidikan yang ilmiah, demokratis, gratis serta  mengabdi pada kepentingan rakyat.

Pendiri Saramuja, Muhktar Hadi mengatakan, Saramuja, Muaro
jambi merupakan sebuah wadah pendidikan yang bersifat nonformal. Pendirian sekolah ini didasari atas rasa kepedulian terhadap dunia pendidikan.
Dengan didirikannya wadah pendidikan ini dengan harapan kedepan bisa menjadi tempat para generasi muda untuk menambah ilmu pengetahuan atau wawasan. “Kenapa sekolah alam raya ini saya dirikan karena dari hasil survei kami, ke beberapa sekolah SD yang ada di Muarojambi ternyata tidak ada yang mengajarkan tentang sejarah Jambi terutama masalah percandian,” katanya.

Kata Muktar Hadi, dirinya takut kalau tidak diajarkan di SD atau sekolah formal budaya lokal akan hilang. “Makanya saya mendirikan sekolah alam raya ini,” kata pemuda yang kerap di panggil Borju ini.

Diajarkan Kebersamaan

Ditambah, di Sekolah Alam Raya Muarojambi ini, para peserta didik diarahkan untuk bisa belajar membangun rasa kebersamaan, melakukan diskusi tentang pelestarian lingkungan, sejarah, budaya dan pengetahuan umum lainnya. 

Selain secara teori, para peserta didik juga diajak untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti berkreatifitas, membersihkan lingkungan, dan mengadakan field study. Atas dasar yang diuraikan di atas, pada tanggal 28 Februari 2010 didirikanlah sekolah alam raya dengan pola belajar di luar ruangan.

“Di saat hari libur, seperti hari Minggu, dengan motto “Semua Orang Itu Guru, Alam Raya Sekolah Ku. Kita sengaja belajar di alam untuk pengenalan peserta didik terhadap alam," tambahnya.

Dilanjutkannya, adapun visi dari sekolah alam raya ini adalah. Menjadikan alam raya ini tempat untuk terus belajar guna meningkatan pola pikir serta tindakan yang lebih maju. Dan sekolah alam raya ini mempunyai misi.

Menggalang dukungan publik untuk peduli terhadap lingkungan hidup melalui wadah pendidikan nonformal. Memberdayakan  masyarakat sebagai tenaga pengajar sehingga masyarakat bisa saling berbagi pengetahuan.

“Itulah visi misi kita dalam mendirikan sekolah alam raya ini. Sekolah Alam Raya bertujuan mendorong generasi muda maupun masyarakat secara umum untuk lebih peduli dalam menjaga serta melestarikan lingkungan,” ujarnya.

Memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai sejarah dan kebudayaan baik secara khusus yang ada di Desa Muarojambi maupun secara umum. Menggali potensi yang ada pada peserta didik.
Menjadikan Sekolah Alam Raya Muarojambi sebagai tempat berkreativitas bagi peserta didik. “Tujuan kita hanya ingin memberikan pemahaman terhadap budaya Jambi kepada peserta didik dan masyarakat,” ujarnya.

Budaya Jambi dan Kreativitas

Adapun program dari Sekolah Alam Raya Muarajambi adalah, Sekolah Alam Raya Muarojambi memiliki program yang berhubungan dengan sejarah dan seni budaya lingkungan pengembangan potensi dan kreativitas peserta didik.

Sosialisasi kepada masyarakat. Pelaksanaan progranya, secara kontinyu setiap hari Minggu diadakan proses pembelajaran bersama peserta didik dengan memberikan materi pembelajaran khususnya materi mengenai sejarah.

Kemudian seni budaya dan pengetahuan umum lainnya. “Sekolah Alam Raya tidak ada kenaikan kelas, tidak ada ujian, dan semua yang ada di dalam nya bisa menjadi guru,” katanya.

Dalam pengajaran,  pihaknya mempunyai metode khusus seperti, penyelusuran situs sejarah. guna mengurangi kejenuhan peserta didik dalam proses belajar Sekolah Alam Raya mengajak para siswa untuk menyelusuri kawasan situs percandian Muarojambi.

Tujuannya supaya peserta didik mengetahui tentang keberadaan kawasan situs percandian Muarojambi. Kemudian meningkatkan kesadaran peserta didik untuk menjaga dan melestarikan kawasan situs percandian Muarojambi.

“Nama dari kegiatan ini adalah penyelusuran situs sejarah. Hal itu dilakukan agar peserta didik tidak jenuh dalam menerima pelajaran,” ujarnya.

Selain itu pihaknya juga mengajarkan penghijauan dengan mengajarkan penanaman pohon, dalam pembelajaran ini. Peserta didik terlebih dahulu diberikan materi secara teori mengenai pelestarian lingkungan. 

Setelah peserta didik memiliki pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan peserta didik diajak untuk melakukan penanaman pohon di sekitar kawasan candi dan di pinggir Sungai Batanghari.

Benteng Hijau

“Kegiatan ini diberi nama Benteng Hijau untuk Desaku dan itu sejarah. Selain belajar, kami juga sering melakukan gotong royong bersih desa. Bersih desa merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengajak seluruh lapisan masarakat untuk menjaga lingkungan di sekitar desa.

 Kegiatan ini dilakukan dengan membawa bank sampah yang dirancang semenarik mungkin dan dibawa oleh siswa Saramuja keliling desa. Kegiatan ini diberi tema Desaku Bersih Sungai Batanghari Bukan Tong Sampah Raksasa,” katanya.(*/lee)
***
Sekolah Alam Raya Asah Kreativitas Anak Didik

Sekolah Alam Raya juga mengasah kreativitas anak didik dengan berbagai kegiatan. Dalam pengembangan potensi dan kreativitas dilakukan secara rutin, Saramuja menggelar satu event yang diberi nama ajang kreativitas anak negri. 

Pada event ini, peserta didik diajak untuk berkreativitas dengan mengikuti beberapa perlombaan, seperti lomba tari daerah, lomba lukis, lomba lagu daerah, dan lainnya.

Selain itu pihaknya juga sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat  dengan menggunakan media. Salah satu media sosialisasi Saramuja yaitu Media Visual Layar Tancap.

Dengan mengajak masyarakat untuk nonton bersama. Kegiatan ini diberi nama teater keliling Saramuja. “Tontonan yang disajikan yaitu hasil dari penggarapan pengelola Saramuja bersama Sahabat Alam Raya,” ujar  pendiri Saramuja, Muhktar Hadi.

Menurut Muhktar Hadi, film yang putar berhubungan dengan pelestarian kawasan situs percandian Muarojambi, dokumentasi dari Sekolah Alam Raya Muarojambi, film hiburan yang memiliki nilai pendidikan dan lainnya.

Sementara itu, salah satu peserta didik menyebutkan, pendidikan sejarah lokal tidak pernah diajarkan di sekolah, sehingga banyak yang tidak tau terhadap budaya lokal seperti seloko adat, dan banyak budaya-budaya daeah yang tidak kita ketahui. 

Menurutnya, dengan adanya sekolah rimba ini dapat menambah wawasannya dengan sejarah dan mengenal budaya Muarojambi pada khususnya dan mengenal budaya Jambi pada umumnya.
“Kami senang bisa belajar di sekolah rimba, kerena di sekolah kami tidak diajarkan sejarah tentang candi,” katanya.

Ditambahkannya, belajar di sekolah alam tidak terlalu mengganggu aktivitas sekolahnya kerena pembelajaran dilakukan pada hari libur, yaitu hari Minggu. Belajarnya tidak terlalu formal karena belajar di pohon, belajar sambil bermain begitulah sistem belajar di sekolah alam raya.

“Kami senang sekolah di alam raya karena waktu belajarnya tidak mengganggu waktu sekolah kami,” katanya. (khr/lee)
***



Apa Kata Pengamat soal Pendidikan Luar Sekolah

Dewan Pendidikan Provinsi Jambi, Muchtar Latif mengatakan, pendidikan luar sekolah (PLS) yang ada di Jambi banyak meniru PLS-PLS yang ada di Bogor yang menerapkan pembelajaran di alam seperti belajar di bawah pohon dengan cara berkelompok. 

Namun saat ini kita belum tahu motif pendirian pendidikan luar sekolah itu, apakah pendiriannya merupakan swadana masyarakat untuk memberi pengetahuan terhadap masyarakat, atau ada maksud tertentu di dalam pelaksanaannya.

“Atau jangan-jangan pendirian PLS itu hanya untuk mencari bantuan dari luar negeri seperti ENJO untuk mengeruk kekayaan alam kita,” ujarnya.

PLS yang ada menurutnya bangus namun jika hal itu disalahgunakan akan menjadi tidak baik. Dia mengatakan pendidikan pengenalan alam kepada anak-anak dan masyarakat itu bagus karena dapat menambah pengetahuan bagi anak-anak yang mengikuti PLS. 

Kendati demikian kita juga harus berhati-hati dalam itu karena kita belum tahu apa motif di balik pendirian sekolah tersebut. “Jangan menggunakan lembaga untuk mengeruk keuntungan, dengan mengatasnamakan lembaga pendidikan,” ujarnya.

Dia menjelaskan, bahwa memberikan edukasi kepada anak-anak tentang bagaimana menjaga lingkungan, sekitar merupak hal sangat positif. Dan nantinya bagaimana pendidikan edukasi yang telah diberikan kepada anak-anak dapat diterapkannya dengan menjaga ketertiban dan menjaga kelestarian alam.

Selain itu anak-anak juga akan mengetahui betapa pentingnya mengenal sejarah lokal. “Memang pengenalan budaya lokal perlu dilakukan, karena jika tidak dilakukan maka banyak anak yang tidak tahu budaya lokal,” ujarnya.

Sementara pengamat pendidikan Jambi, Kasful Anwar yang juga dosen IAIN Jambi, mengatakan, pendidikan nonformal bila dikelola dengan baik, dan  fungsi pengawasannya berjalan, maka akan menunjang keterampilan dan SDM baik pelajar, warga, atau seseorang itu sendiri.

Pendidikan nonformal pada umumnya bertujuan menunjang daripada peningkatan mutu pembelajaran, ketrampilan, kepekaan untuk motivasi semangat belajar dewasa ini. Baik ditingkat peserta didik, maupun dilingkungan masyarakat umumnya.

Menurut Kasful Anwar, terkait dengan proses penunjang pendidikan itu sendiri, pendidikan formal, maupun non formal, tetap memiliki aturan-aturan yang telah ditetapkan, kesemuanya itu harus saling memberikan nilai positif. 

Seperti halnya pendidikan formal umumnya, pendidikan luar sekolah juga memiliki perencanaan program yang matang, yang diselaraskan melalui kurikulum. Dis amping itu juga ada sarana dan prasarana di dalamnya.

“Pendidikan luar sekolah, nonformal, semestinya betul-betul dilakukan dan dikelola secara baik dan maksimal oleh pengelola dan yang terlibat di dalamnya. Di samping itu juga di dukung oleh masyarakat dan lingkungan sekitar,” ujar Kasful Answar. (khr/fdi/lee)(HARIAN JAMBI EDISI CETAK PAGI  SELASA 25 FEB 2014)



Tidak ada komentar: