Di Era Modern
Seperti halnya kediaman miliki
Sutomo di kawasan Seberang Kota Jambi ini.Foto Ririn
|
RIRIN, Jambi
Siapa yang
tidak menginginkan rumahnya menjadi idola sebagai hunian yang nyaman. Apalagi
jika rumah tersebut juga sebagai salah satu upaya untuk melestarikan budaya
asli daerah. Salah satunya adalah rumah yang berdesain dengan ukiran-ukiran
khas Jambi. Selain mempercantik, desain tersebut juga menjadi pesan yang
disampaikan melalui seni yang berupa dalam ukiran berbagai bentuk.
Indonesia adalah salah satu negara
kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini
menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku
di setiap wilayahnya. Begitu dengan model desain rumah. Tidak hanya menyorot
yang modern, tetapi rumah yang mempertahankan keaslian juga mendapatkan
perhatian. Salah satunya adalah rumah Sutomo, yang beralamat di Seberang Kota
Jambi.
Seperti dengan di daerah lain, kawasan
Seberang Kota Jambi merupakan bagian tidak terpisahkan dari daerah
yang memiliki arsitektur bangunan rumah tempat tinggal yang unik dan
spesifik. Bahkan cenderung untuk mempertahankan bangunan rumah model lama.
Seperti halnya kediaman miliki Sutomo di kawasan Seberang Kota Jambi ini.
“Rumah saya ini didirikan sejak
tahun 1982, di mana pada waktu almarhum orangtua saya memang asli orang Seberang.
Jadi saya selaku anak tunggal disuruh menjaga rumah ini, jadi saya sebagai
penerima rumah ini ya harus menjaganya,” ungkapnya kepada Harian Jambi.
Bahkan Sutomo juga mengatakan bahwa
orang di sekitar Seberang, apalagi warga yang asli dan menetap di situ memang
tidak terlalu suka ornamen hiasan rumah yang seakan-akan dicetak masal oleh
pabrik. Karena sebagaian dari mereka kurang menyukai bentuknya yang tidak unik
dan tidak natural. Oleh karena itu, tidak heran jika masyarakat Seberang lebih
memilih model rumah seperti zaman dulu. Walaupun pada dasarnya banyak juga
masyarakat Seberang yang mempunyai desain rumah yang lebih modern.
Selain itu, masyarakat Seberang juga
lebih banyak yang menyenangi hiasan patung atau ukir-ukiran khas daerah. Kursi dan
meja kayu berukir atau kursi dan meja yang terbuat dari bambu atau rotan
sebagai penghias interior rumah mereka. Bahkan terkadang interior pun tak luput
dari sentuhan anyam-anyaman bambu, kain berpola batik ataupun kain tenunan
berpola tradisional sebagai penghias interior rumah. Hal ini dikarenakan
bentuknya yang unik dan beragam, serta pola-polanya yang cantik dan elegan.
Inspirasi dari Flora dan Fauna
Rumah Sutomo ini, sejak dibangun
hingga sekarang tetap berbentuk empat persegi panjang. Bangunan rumah tersebut
dibuat dalam ukuran 9 x12 meter, dengan menggunakan kayu ulim yang banyak
tumbuh di daerah Jambi. Untuk merangkai kayu-kayu pada bagian rumah, Sutomo mengandalkan
teknik tradisional, seperti teknik tumpuan, sambung kait dan pengait
menggunakan pasak.
Keunikan bangunan rumah Sutomo
terletak pada struktur konstruksi dan ukiran yang menghiasi bangunan.
Konstruksi bangunan terdiri dari beberapa bagian, seperti, bubungan atap dibuat
seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas yang sering
disebut lipat kejang atau potong jerambah.
Kemudian masinding dinding, terbuat dari papan yang diukir. Ada juga pelamban yang merupakan bangunan tambahan
yang dipergunakan untuk ruang tunggu bagi tamu yang baru datang sebelum
diizinkan masuk oleh tuan rumah. Pintu pada rumah Sutomo ini terdiri dari 3
pintu, yaitu pintu tegak, pintu masinding dan pintu balik melintang.
Bangunan rumah milik Sutomo menjadi
lebih indah dengan adanya hiasan beraneka ragam motif ukiran khas masyarakat
Jambi. Motif ukiran pada rumah panggung tersebut diinspirasi dari aneka ragam
flora dan fauna. Untuk motif flora antara lain motif bungo tanjung (bunga tanjung), tampuk
manggis, dan bungo jeruk (bunga jeruk).
Motif bungo tanjung bisanya diukir pada masinding dinding bagian depan,
sementara motif tampuk manggis
bisanya diukir pada bagian atas pintu masuk. Untuk motif ukiran bungo jeruk, diukir pada bagian luar rasuk (belandar) rumah. Sementara itu, motif ukiran fauna hanya
menggunakan satu motif ukiran saja, yaitu motif ikan. Motif ikan diukir pada
bagian bendul (jendela) gaho dan pada pintu balik melintang.
Desain dengan Nuansa Alami
Dalam hal ini, para pecinta ukiran
selalu menjadikan ukiran sebagai salah satu keunikan untuk menghiasi rumahnya.
Hal ini disebabkan karena, ukiran yang memiliki tingkat kerumitan yang tinggi
akan menjadikan daya tarik tersendiri bagi pemiliknya.
“Untuk ukirannya sendiri, saya mesan
dengan tukang ukira yang ada di Jambi tapi kalau dipikir harga antara ukir kayu
dengan desain yang lain itu juga sama karena ukiran dari bahan kayu yang bagus
memiliki harga yang cukup tinggim karena bisa lebih tahan lama,” ujar ayah dari
tiga anak ini.
Ukir-ukiran yang ada dalam rumah
Sutomo seringkali menampilkan unsur flora yang mampu memberikan suasana nyaman
dan menenangkan pada rumah. Apalagi sekarang ini, kesadaran hidup lebih ramah
lingkungan sedang sangat gencar melanda perkotaan-perkotaan besar. Prinsip back to
nature pun menjadi semakin penting,
bagi mereka yang tinggal di perkotaan.
Sehingga selain menciptakan rumah yang
hemat listrik dan memiliki daerah terbuka hijau yang luas, mereka juga
kebanyakan menginginkan suasana alami dalam rumah dengan adanya hiasan kayu,
bambu, tumbuhan. Atau sekedar kain-kain dengan gambar bunga dan tanaman pangan.
Warna dinding pun kebanyakan dibuat sealami mungkin mendekati warna alam,
seperti cokelat kayu atau hijau daun misalnya.
Oleh karena itu, untuk menciptakan
suasana alami tradisional pada interior rumah, Sutomo juga menggunakan hiasan
ukiran tradisional khas daerah atau gunakan lampu-lampu kontemporer dengan
sentuhan ukir kayu atau batu alam. Selain itu juga menggunakan
furnitur-furnitur terbuat dari kayu, bambu atau rotan dengan kain-kain berpola
batik, tribal, atau tenun pada sarung bantal, seprai, tirai dan wallpaper.
“Tapi hindari penggunaan terlalu
banyak ornamen tradisional, jika kita menyukai yang lebih sederhana. Karena hal
itu akan membuat rumah terlihat terlalu mencolok dan ramai. Sebaiknya padukan
ornamen tradisional dengan warna-warna netral, seperti putih polos maka akan
lebih terlihat suasana tenang dan lembut pada ruangan,” jelasnya.
Nilai Seni dan Estetika yang Tinggi
Bentuk-bentuk rumah yang memiliki desain
dengan ukiran khas bisa memilki nilai seni, baik dilihat dari segi bangunan dan
juga nilai estetika yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena rumah
tersebut memiliki bentuk yang unik dan indah sehingga rumah dengan desain
ukiran khas Jambi, bisa menjadi salah satu pilihan bagi para pecinta seni.
Akan tetapi, seiring perkembangan
zaman dan akibat kebudayaan asing dan juga desain modern yang masuk,
rumah-rumah yang memiliki ukiran desain kayu pun tidak begitu banyak. Kecuali
di daerah Seberang tersebut. Bahkan, jika di daerah perumahan kota, sepertinya
jarang sekali terlihat rumah dengan ukiran kayu.
“Kalau untuk perumahan di kota,
hampir seluruh penghuninya memang membangun rumah-rumah mereka dengan model
desain seni bangunan luar negeri seperti amerika dan eropa. Karena mereka
memang melihat dari segi modifikasi yang lebih modern,” ujar Muhadi selaku
penghuni rumah di daerah perkotaan Kota Jambi.
Jarang sekali yang menggunakan
bentuk desain seni bangunan rumah dengan ukiran khas Jambi. Walaupun pada
dasarnya bangunan desain rumah dengan ukiran khas tersebut menjadi salah satu
seni bangunan. Seninya pun banyak, apalagi jika ukiran-ukiran itu memang
dibentuk sesuai dengan motif khas Jambi, seperti model perahu dan yang lainnya.
Padahal jika dilihat secara resmi,
corak arsitektur bangunan seperti kantor-kantor pemerintahan yang ada di Jambi
itu juga menggunakan ukiran-ukiran khas Jambi. Karena memang ada nilai seni
yang khas tersendiri.
Susunan dan Fungsi Ruangan
Rumah ini dibuat dari bahan kayu
Bulian yang diambil langsung dari Jambi. Bentuk desain rumah terdiri dari
serambi depan, serambi belakang dan ruang utama. Serambi depan untuk menerima
tamu, serambi belakang untuk rapat adat dan ruang utama untuk kepentingan
keluarga dan dapur. Di belakang ruang utama terdapat blubur, ruang terpisah
untuk menyimpan hasil pertanian.
Terdapat desain konstruksi dan
ukiran yang cukup unik. Pada bagian atap atau bubungan dibuat seperti perahu
dengan ujung bagian atas melengkung yang bisa disebut lipat kejang atau potong
jerambah. Selain itu terdapat juga Kasau Bentuk yakni atap bagian atas yang
berfungsi untuk mencegah air hujan agar tidak masuk ke rumah.
Terdapat pula bagian yang dinamakan tebar layar yang berfungsi sebagai dinding
penutup ruang atas yang menahan rembesan air hujan. Terdapat pula pelamban yakni bagian bangunan yang
digunakan untuk ruangan tunggu bagi tamu yang datang sebelum diizinkan masuk
oleh tuan rumah. Dinding rumah pun dibuat dari papan yang diukir yang bisa
disebut masinding.
“Sebenarnya kalau untuk susunan
rumah itu kan bisa disesuaikan dengan keinginan masing-masing individu. Tapi kalau
untuk di rumah saya ini, modelnya memang seperti ini, hanya direnovasi tanpa
mengubah bentuk asli,” ujar Sutomo.
Namun untuk pemesana ukiran tersebut
Sutomo langsung berhubungan dengan tukang ukir jayu yang beralamat di daerah
Kotabaru. Hal ini disebabkan karena belum tentu semua orang bisa membuat ukiran
khas Jambi yang tergolong tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit
juga. Oleh karena itu, susunan ukiran yang ada dalam rumah pun disesuaikan
dengan penempatan masing-masing.
Ragam Motif Hias
Bangunan rumah Sutomo memang
cenderung lebih banyak dihiasi dengan beberapa motif ragam hias yang berbentuk
ukir-ukiran. Motif ragam hias di sana adalah flora (tumbuh-tumbuhan) dan fauna
(binatang). Motif ragam hias tersebut dimaksudkan untuk memperindah bentuk
bangunan dan sebagai gambaran bahwa di sana banyak terdapat tumbuh-tumbuhan.
“Untuk motif flora yang digunakan dalam
ragam hias ukiran rumah itu antara lain adalah motif bungo tanjung, motif
tampuk manggis dan motif bungo jeruk karena motif itu terlihat lebih elegan dan
natural, jadi enak kalau dilihat,” papar Sutomo.
Bahkan Sutomo juga menjelaskan motif
bungo tanjung akan lebih bagus
diukirkan di bagian depan masinding.
Motif tampuk manggis juga di depan masinding dan di atas pintu, sedang bungo jeruk di luar rasuk (belandar) dan di atas pintu. Ragam hias tersebut dibuat
dengan motif yang berwarna-warna natural.
Adapun motif fauna yang digunakan
dalam ragam hias adalah motif ikan. Ragam hias yang berbentuk ikan sudah
distilir ke dalam bentuk daun-daunan yang dilengkapi dengan bentuk sisik ikan.
Motif ikan dibuat tidak berwarna dan diukirkan di bagian bendul gaho serta balik
melintang.
Sutomo juga mengungkapkan, bahwa tak
ada keinginan dari dirinya untuk mengubah wujud rumah, kecuali mengganti
atapnya menjadi seng, sekadar alasan kepraktisan.
“Kalau atap dari rumbia harus
diganti terus tiap dua atau tiga tahun sekali karena penggunaan seng itu lebih
awet,” tuturnya.
Bahkan Sutomo mengaku bangga dengan
rumah yang dimilikinya. Rumah yang masih kokoh ditempati bersama istri dan anak-anaknya
tersebut, kini sering menjadi tempat studi kalangan mahasiswa, peneliti, atau pejabat
daerah yang ingin mengenal lebih jauh tentang rumah dengan ukiran khas Jambi.(*/poy) (SUMBER HARIAN JAMBI-TEMATIK EDISI SENIN 10 FEB 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar