Halaman

Sabtu, 15 Februari 2014

Ritual, Inilah Tradisi Warga Tionghoa Saat Cap Go Meh

Bunga yang dipasang di altar sembahyang umat Tionghoa.Foto Asenk Lee
Kota Jambi - Bunga segar bagi warga Tionghoa Kota Jambi merupakan salah satu yang wajib hadir saat merayakan Cap Go Meh atau akhir dari perayaan Imlek 2565. 

Bunga segar diyakini akan membawa keceriaan, semangat serta keberuntungan di tengah kemeriahan Cap Go Meh. Warga Tionghoa beragama Budha pun memasang bunga tangkai segar di altar sembahnyang, seperti di Vihara Sakyakartri Kelurahan Sulanjana, Jumat. 

“Warga etnis Tionghoa tradisinya biasa memasang bunga tangkai segar di altar saat sembahyang Cap Go Meh. Tradisi itu membuat warga Tionghoa khususnya Umat Budha di kawasan Pecinaan Koni, Pasar Jambi, Kebun Manggis dan Cempaka Putih Kota Jambi selalu menyerbu pedagang bunga segar yang marak setiap Cap Go Meh,” ujar Lince, warga pecinan Koni I, Jelutung, saat membeli kembang di pintu komplek Vihara Sakyakarti. 

Setidaknya ada empat pedagang kembang segar di pintu komplek Vihara Sakyakarti tersebut. Mereka menjajakan aneka jenis bunga yang menebarkan keharuman, seperti bunga sedap malam, mawar, krisan, lili hingga carnation. 

Warga Tionghoa biasanya merangkai bunga segar dalam pot bunga. Khusus untuk di altar, warga lebih suka memajang bunga sedap malam. Bunga itu, kata Lince, sebagai penghormatan untuk Dewi Kwan Im.
Menurut Lince, selain sebagai bagian dari ritual sembahyang, bunga segar bisa menetralkan aroma asap hio yang menyesakkan napas dan membuat mata pedih. Selain itu, bunga sedap malam bisa mempercantik altar dan menyeimbangkan unsur alam. 

“Pokoknya ada banyak makna dari tradisi warisan leluhur kami ini. Bunga yang berwarna cerah, seperti mawar, lili, krisan, dan carnation dipasang di ruang tamu. Bunga-bunga itu akan dirangkai untuk mempercantik tampilan ruang tamu. Selain lampion dan lilin, bunga bisa membuat tamu betah untuk bercengkerama di ruang tamu,” kata perempuan yang menjabat sebagai Maneger disalah satu hotel berbintang di Jambi ini. 

Salah seorang pedagang bunga di pintu komplek Vihara Sakyakarti , Sundari, mengatakan,  bunga segar didatangkan dari Sengeti, Kabupaten Muarojambi dan Kota Jambi sendiri. Saat sembahyang Cap Go Meh bunga tangkai segar sangat diminati umat Budha. 

Para pedagang bunga menaikkan harga dua hingga tiga kali lipat dibanding hari biasa. Harga satu tangkai bunga sedap malam dijual Rp 20 ribu atau tiga kali lipat dari harga pada hari biasa yang hanya Rp 5 ribu hingga Rp 8 ribu. Harga bunga angrek mencapai Rp 25 ribu per tangkai. “Rata-rata pedagang bisa menjual dua ratus tangkai bunga segar berbagai jenis,” ujar Sundari.(*)

Penulis: Rosenman Manihuruk
Editor: Nurul Fahmy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar