Halaman

Kamis, 13 Februari 2014

Pengolahan Sampah Organik Menjadi Biogas dan Biopestisida





BIOGAS: Bak pembuatan biogas, milik Drs H Asrizal Paiman Msi. Biogas ini dibuat melalui olahan antara kotoran ternak dan tumbuhan.FOTO-FOTO: HESTI OKTAVIANI P/HARIAN JAMBI
Sampah organik maupun anorganik, masih menjadi hal yang menjijikkan oleh berbagai kalangan. Padahal, jika dimanfaatkan dan diolah dengan baik, sampah ini justru mampu menjadi hal yang sangat bermanfaat. Sampah organik misalnya, dapat diolah menjadi biogas dan biopestisida. 

HESTI OKTAVIANI P, Jambi

Hadirnya sampah, masih menjadi polemik yang terjadi di lingkungan kita. Mulai dari lingkungan rumah, tempat bekerja ataupun tempat-tempat umum lainnya, terutama di kawasan pasar yang menjadi sentra penjualan sembako. Seperti di Pasar Angsoduo, Pasar Talangbanjar dan kawasan umum lainnya. Pemandangan akan adanya tumpukan sampah ini tidak lagi asing di pandang mata.

Untuk kalangan masyarakat kota khususnya Jambi, pembuangan dan pengelolaan sampah masih menjadi hal yang sulit dilakukan. Selain lahan pengelolaan yang sempit karena padatnya penduduk, masyarakat juga terlalu disibukkan dengan aktivitasnya masing-masing. Sehingga, pembuangan di pos-pos sampah yang disediakan Dinas Kebersihan Kota Jambi pun menggunung.
Sampah dalam jumlah besar biasanya datang dari kegiatan industri yang dikenal juga dengan sebutan limbah, misalnya dari kegiatan pertambangan dan buangan pabrik. Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah akan sangat sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Melalui sampah, bibit-bibit penyakit pun siap mengintai. Seperti kita ketahui, bahwa sampah menjadi tempat menyenangkan bagi hewan-hewan penebar penyakit seperti nyamuk, lalat dan kecoa.
BIOGAS: Selang yang digunakan untuk mengalirkan gas dari bak pembuatan biogas ke dapur. Biogas ini dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak.

Tidak hanya itu, sampah yang dibuang sembarangan seperti ke selokan atau ke sungai tentu akan menghambat aliran air, ketika sampah tersebut bertumpuk. Ini menyebabkan tersumbatnya aliran air, sehingga ketika curah hujan tinggi dan berlangsung lama, akan mengakibatkan banjir.

Dalam istilah lingkungan, sampah diartikan sebagai bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil kegiatan manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Namun, tidak semua sampah tidak berguna. Beberapa jenis sampah masih dapat diolah sehingga memiliki nilai ekonomi atau kegunaan lain bagi manusia. Untuk itu, kita perlu memiliki pemahaman tentang sampah dan bagaimana mengelolanya agar berguna.

Menurut Drs H Asrizal Paiman Msi, dosen pertanian Universitas Jambi, sampah terbagi menjadi tiga. Yakni sampah sisa tumbuhan dan hewan, sampah beling dan kaca serta sampah besi dan logam. Salah satu bentuk pengelolaan sampah yang dapat dilakukan adalah pembuatan pupuk kompos. Pembuatan pupuk kompos dapat mengurangi masalah sampah sekaligus menciptakan nilai ekonomi dari sampah.
“Dari sampah sisa tumbuhan atau hewan, kita dapat membuat bioenergi yang berguna untuk kehidupan sehari-hari. Yaitu biogas yang dapat digunakan sebagai pengganti gas LPG atau minyak tanah,” ujarnya.

Yang dapat diolah menjadi biogas dan biopestisida tentu saja sampah organik. Yakni sampah yang dapat diurai (degradable).

Cara Atasi Sampah

Sebenarnya, menangani sampah sangat mudah. Asalkan dalam diri kita telah tertanam pentingnya lingkungan sehat dan bersih. Saat ini, di jalan-jalan sudah banyak tempat sampah, dengan dua label jenis yang terpasang. Yang satu diperuntukkan khusus untuk sampah organik sedangkan tong sampah yang satu lagi diperuntukkan khusus untuk sampah anorganik. 

Dalam hal ini, sampah yang disebut sebgaai sampah organik adalah sampah yang yang mudah membusuk. Sampah organik ini biasanya, berupa sampah dari sisa-sisa makanan, tumbuh-tumbuhan, hewan, daun kering, kayu dan sebagainya. Sampah ini cenderung mudah busuk dan tidak bisa didaur ulang. Sampah dalam kategori berpotensi membususk inilah yang biasanya digunakan untuk pembuatan pupuk kompos.

Sedangkan sampah anorganik, adalah sampah yang tidak bisa membusuk. Sampah ini harus didaur ulang terlebih dahulu, agar dapat digunakan kembali. Bentuk dari sampah anorganik biasanya berasal dari sampah plastik, samaph yang terbuat dari besi, logam dan sebagainya.

Adanya dua jenis tong samaph dalam klasifikasi yang berbeda ini bertujuan, agar petugas kebersihan atau hal terkait, dapat dengan mudah memanfaatkan keduanya untuk hal yang bermanfaat. Tanpa harus dengan susah payah memisah-misahkan antara sampah organik dan anorganik.

Reuse, Reduce dan Recycle

Jika Anda ingin menyulap sampah menjadi hal yang berguna, hal yang bisa Anda lakukan adalah dengan menerapkan 3R. Yakni Reuse, Reduce dan Recycle, yang hingga kini masih menjadi cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah dengan berbagai permasalahannya.

Penerapan sistem 3R ini menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah, di samping mengolah sampah menjadi kompos atau memanfaatkan sampah menjadi sumber listrik, melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
Asrizal Paiman
 
Pengelolaan sampah melalui PLTSa ini sulit dilakukan oleh kalangan umum, karena harus menggunakan peralatan dan keahlian khusus. Namun pengelolaan sampah dengan sistem 3R ini, dapat dilaksanakan semua kalangan dalam kegiatan sehari-hari.

3R terdiri atas reuse, reduce dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan, untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah, menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.

Pembuatan Biogas

Dalam hal ini, Asrizal telah membuat tempat percobaan yaitu di Kebun Sembilan Simpang Ahok Jambi. Selain biogas, sampah organik tadi juga dapat dibuat menjadi pupuk kompos. Setelah dipilah, sampah yang mudah busuk seperti bekas makanan dan sayur-sayuran, dapat diolah menjadi pupuk kompos biopestisida, yang mana lebih mudah dan murah jika dibandingkan pupuk kimia.

“Biogas yang terbuat dari sampah tumbuhan, yang dicampur dengan kotoran ternak ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Seperti gas untuk memasak dan lain sebagainya,” ujarnya.

Saat ini, masyarakat telah banyak yang menyadari pentingnya kesehatan. Akan lebih baik dalam hal ini, jika hal yang kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah  banyak hal alami yang masuk didalam tubuh kita, karena sebagaimana kita ketahui saat ini, tanpa kita sadari telah banyak bahan kimia yang bersarang di dalam tubuh.

Sebagai seorang dosen, apa yang telah dilakukan Asrizal ini merupakan suatu bentuk pengabdian kepada masyarakat. Peternak ayam di Sungai Duren dan berbagai usaha pertanian lainnya di sana, telah difasilitasi dan diberikan penyuluhan secara berkelanjutan. Kemudian dibuatkan bak yang berguna untuk pengolahan pupuk kompos. Sehingga para petani tidak kesulitan lagi dalam mencari dan membeli pupuk. Untuk pupuk organik saat ini, dijual hanya dengan harga Rp 20 ribu per karung. Sementara untuk di toko-toko pertanian, dijual dengan harga Rp 5 ribu per kilo.

“Proses dan teknologi yang digunakan sangat sederhana dan mudah. Jadi siapa saja dapat membuatnya dan bagi mereka yang bisa melihat peluang, tentu ini peluang bisnis yang bagus. Selain ramah lingkungan, ada nilai ekonomi juga dari sampah ini,” jelasnya.(*/poy)
******

Kinerja Dinas Kebersihan Dinilai Belum Efektif

Setiap pagi, Dinas Kebersihan Kota Jambi melalui tim kerjanya, berkeliling ke seluruh kota untuk mengumpulkan dan membuang sampah ke tempat yang telah ditentukan, yakni Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talanggulo. Sampah ini diambil melalui pos-pos pembuangan sampah yang telah disiapkan oleh dinas kota. 

Terkait hal tersebut, Drs H Asrizal Paiman Msi, dosen pertanian Universitas Jambi menilai, hal yang telah dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota ini telah dianggapnya berjalan dengan baik. Begitu juga dengan program-program yang telah dijalankan. Namun, hal ini dirasanya belum mampu berjalan secara efektif. 

Untuk menciptakan kebersihan kota yang lebih efektif, serta mampu memanfaatkan sampah dengan berbagai hal yang bermanfaat. Hal yang perlu dilakukan menurutnya adalah, dengan aktif memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang penerapan tong sampah. Menurutnya, pemilahan tong sampah organik dan anorganik, hendaknya tidak hanya diterapkan untuk tempat tertentu saja. Namun juga diterapkan ke setiap rumah warga.

Apa yang dilakukan Dinas Kebersihan Kota Jambi sudah bagus, hanya saja masih belum efektif. Ada baiknya Dinas Kebersihan melakukan sosialisasi secara berkelanjutan. Dan untuk tong sampah dua jenis, jangan hanya diletakkan di satu tempat, yang membuat tidak semua masyarakat mau membuang sampahnya ke sana. Lebih baik jika di setiap rumah mulai diterapkan mengenai bagaimana memilah sampah sesuai jenisnya,” ujarnya.

Penerapan penggunaan dua jenis tong samaph ini menurutnya, selain bermanfaat untuk mempermudah petugas sampah, juga akan bermanfaat bagi tangan-tangan kreatif yang berkenan memanfaatkan sampah sebagai lahan bisnis.

Selain memudahkan petugas sampah, hal ini juga dapat dijadikan lahan bisnis, bagi yang ingin membuat biopestisida ataupun biogas. Dapat langsung mengambil sampah yang memang terlebih dahulu telah dipilah sesuai jenisnya. Untuk sampah yang tidak dapat didaur ulang, dapat dimanfaatkan sebagai media kerajinan tangan, sehingga sampah tidak akan menjadi masalah lagi dan tentu saja tidak akan menggunung seperti yang ada di TPA Talanggulo saat ini,” ujarnya.(hop/poy)
(HARIAN JAMBI EDISI CETAK KAMIS PAGI 13 FEB 2014)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar