Halaman

Selasa, 04 Februari 2014

Pendidikan Non Formal BPTT


FOTO: KAHARUDDIN/HARIAN JAMBI. MENJAHIT: Kegiatan peserta didik BPTT Jambi, saat berlatih menjahit baru-baru ini.


Upaya dalam Mengatasi Jumlah Pengangguran

Untuk mengatasi jumlah pengangguran yang tidak kunjung tuntas,  Balai Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi (BPTT), melakukan pelatihan bagi masyarakat yang berpotensi. Pelatihan ini diadakan, agar masyarakat bisa memiliki potensi dan kemampuan untuk menjadi tenaga kerja yang profesional, hingga memiliki usaha mandiri. 

KAHARUDDIN, Jambi

Perkembangan ekonomi dan perdagangan, telah memacu perubahan struktur ekonomi dan industri. Hal ini, tentu akan mempengaruhi jumlah kebutuhan tenaga kerja, sebagai sumber daya manusianya. Standar dan kualitas tenaga kerja pun perlu dipertimbangkan. Baik dari kemampuan maupun kualifikasinya, yang cenderung pada kompetensi yang semakin tinggi. Agar mampu bersaing di pasar nasional, regional, maupun internasional.

Indonesia saat ini menghadapi banyak masalah ketenagakerjaan yang sangat kompleks. Dengan jumlah pengangguran secara akumulatif terus meningkat tajam, sejalan dengan meningkatnya jumlah lulusan pendidikan sekolah. Hal ini harus segera ditanggulangi, agar tidak terus menambah jumlah pengangguran yang ada di Indonesia dan meningkatkan angka kemiskinan penduduknya.

Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) untuk menyelesaikan permasalahan ini. Salah satunya dengan peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM), agar kualitas tenaga kerja di Indonesia pun semakin meningkat. Tidak kalah dengan kualitas tenaga kerja asing. Dengan meningkatnya kualitas tenaga kerja Indonesia, maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar negeri semakin terbuka lebar. Sehingga mampu mengurangi angka pengangguran.
Balai Latihan Kerja (BLK), yang kini berubah nama menjadi Balai Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi (BPTT), memiliki peran dalam melatih masyarakat dengan pendidikan Non formal. BPTT dalam hal ini, menawarkan berbagai bentuk pleatihan dengan sarana dan pra sarana yang telah disediakan. Pelatihan ini dilakukan, untuk menciptakan tenaga kerja yang ahli di dalam bidangnya masing-masing. Ini disampaiakan Syamsurizal, Ketua UPTD BPTT Jambi.


Syamsurizal


“Balai latihan ketenaga kerjaan ini berguna untuk mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Provinsi Jambi. Karena di dalam balai ketenaga kerjaan ini, bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja ahli di bidangnya masing-masing. Jadi BPTT ini dapat memberikan skill kepada masyarakat, untuk bekal mencari pekerjaan," ujarnya.

Ragam Keahlian 

Melalui BPTT ini, seseorang akan diberikan keterampilan dan keahlian tertentu. Bagi masyarakat dan pencari kerja di berbagai kejuruan, akan dilatih dan diberikan kemampuan, untuk mengisi lowongan kerja sesui kebutuhan pasar kerja. Selanjutnya, diharapkan kepada masyarakat yang bergabung di dalam BPTT, untuk dapat dan menciptakan lapangan pekerjaan mandiri dan produktif. "Jadi, dengan bergabungnya masayarakat dalam pelatihan BPTT ini, diharapkan dapat mengurangi angka  pengangguran yang ada di Provinsi Jambi," ujarnya.

Adapun syarat-sayat untuk menjadi peserta pelatihan tersebut menurutnya pertama, para pencari kerja. Kedua umur minimal 17 tahun. Ketiga, foto kopi ijazah terakhir satu lembar. Keempat, foto kopi KTP satu lembar. Kelima, foto kopi kartu kuning satu lembar. Keenam, pas foto 3x4 dan 4x6 masing-masing satu lembar. Ketujuh, tempat pendaftaran di kios 3 In di BPTT. Kedelapan sehat jasmani dan rohani. “Terakhir, bagi yang sudah pernah mengikuti pelatihan, tidak dibolehkan lagi untuk mendaftar. Karena, tidak dibolehkan dua kali mengikuti pelatihan ini," tegasnya.

BPTT ini beralamat di Jalan Yulius Usman No 09 Kota Jambi. BPTT ini, akan melatih masyarakat dalam bidang yang berbeda. Terserah kepada peserta berminat mengikuti pelatihan yang mana. 

Adapun jurusan yang ada dalam BPTT. Pertama, Jurusan Otomotif, yang terdiri dari beberapa bagian. Seperti mobil bensin atau disel, sepeda motor dan ketok duko. Pelatihan ini dilakukan selama 30 hari dengan 240 jam latihan. Kedua, Jurusan Listrik, yang terdiri dari Elektronika TV, Teknisi HP, Istalasi Listrik, Teknisi Pendingin (AC), Menggulung Dinamo atau wikel dan teknisi Audio. Ketiga, Jurusan Teknik yang terdiri dari, las listrik, las karbit dan bubut. Keempat, Jurusan Bangunan seperti, mebel, bangunan batu, bangunan kayu, memasang keramik dan memasang comblok. Kelima, Jurusan Tata Niaga seperti, akutansi komputer, operator komputer, dan administrasi perkantoran.  Keenam, Jurusan Tata Niaga, seperti jahit dan bordir, serta pengelolahan hasil pertanian.

"Jadi masyarakat tinggal memilih jurausan mana yang disukai. Untuk saat ini sudah banyak masyarakat yang datang mendaftar sendiri, tanpa disuruh lagi. Selain itu, kita juga ada program untuk magang ke Jepang selama tiga tahun," ungkapnya.

Kekurangan Tenaga Pengajar

Dikatakannya saat ini, bahwa BPTT Jambi masih kekurangan tenaga pengajar dan istruktur. Ia mengungkapkan, dari sekian banyak anak didik yang ada, instruktur yang tersedia hanya terdiri dari 20 instruktur. Ini dinilainya sangat kurang, karena pelatihan menjadi tidak efektif.

“Saat ini, kejuruan tata niaga instrukturnya hanya satu orang. Akutansi komputer satu orang, Operator komputer satu orang. Kejuruan menjahit satu orang, sedangkan untuk bordir kosong. Untuk kejuruan listrik, teknisi handphone satu orang, Teknisi AC tidak ada gurunya. Teknisi TV satu orang, teknisi komputer juga tidak ada gurunya. Teknisi listrik 3 orang guru, menggulung dinamo satu orang guru dan audio satu orang guru,” ungkapnya.

“Sementara kejuruan teknologi mekanik, las 2 orang guru, mesin bubut satu orang guru. Kejuruan otomotif, sepeda motor satu orang guru, mobil bensin satu orang guru, mobil disel tidak ada guru. Kejuruan bangunan, mebel satu guru, kontrusi kayu satu orang guru, konblok dan keramik satu guru. Kejuruan pengolahan hasil petanian dua orang guru. Untuk saat ini kita masih kewalahan untuk melayani peserta dengan jumlah tenaga pengajar masih sangat minim," tambahnya.

Senada dengan hal tersebut, salah satu Instruktur BPTT yang enggan menyebutkan namanya juga mengaku kewalahan dalam menghadapi peserta didiknya. Karena, selain tenaga pengajar yang masih sangat minim, latar belakang peserta didik juga bervariasi. Sehingga dibutuhkan kerjasama serta ketekunan yang ekstra dari instruktur. 

“Karena, para pesarta kebanyakan adalah anak-anak putus sekolah. Jadi kami masih harus bekerja keras untuk membiasakan peserta untuk belajar di dalam lokal. Mungkin karena mereka lama menganggur, sehingga agak susah. Jadi kita memang harus tekun dan penuh kesabaran dalam mengajarnya. Itu makanya, instruktur juga harus ditambah," ujarnya.

Dikatakannya, bahwa jumlah peserta dalam satu lokal sebanyak 16 orang di setiap jurusan. Tidak semua peserta yang diajarkan tersebut berumur muda. Ini juga menjadi kendala bagi instruktur dalam melakukan pengajaran.

“Pelajaran biasanya dimulai dari 8 pagi hingga sore hari. Jadi dalam pengajaran, bagaimana kita harus membuat peserta faham dengan materi-materi yang disampaikan. Karena waktunya singkat. Jadi peserta harus benar-benar memperhatikan materi yang disampaikan, agar dapat mempraktekkannya setelah diberi materi," ujarnya.
 
Masuk dalam Program Samisake

Di tahun 2013 yang lalu, BPTT Jambi telah banyak melakukan pelatihan. Termasuk di antaranya, dengan memasukkan program BPTT ke dalam program Samisake, yang merupakan program Gubernur Jambi. Yang mana, pihaknya masuk memberikan pelatihan di setiap kecamatan yang ada di Provinsi Jambi dan di tahun 2014 ini. 

“Kami masih bekerjasama dalam program pelatihan di setiap kecamatan. Jadi, pelatihan kita nantinya banyak diadakan di kecamatan-kecamatan yang ada di Provinsi Jambi," ujarnya.

Dikatakan Syamsurizal, bahwa anggaran pelatihan BPTT bulan Januari hingga Februari saat ini belum cair. Meski demikian, BPTT tetap melaksanakan pelatihan sesuai dengan program yang telah dijalankan.

“Pelatihan tetap dilaksanakan. Pelatihan itu dilakukan kepada pegawai Dinsosnakertran yang belum lancar dalam menggunkana komputer. Maka kami melatihnya agar karyawan Dinsosnakertran dapat mengoperasikan komputer untuk kelancaran kerja mereka. Jadi pegawai Dinsonakertran diberi pelatihan berupa pelatihan komputer dan pelatihan menjahit. Ibu-ibu yang sudah mencapai pensiun, kami ajarkan menjait. Karena di sinilah tempat memberikan pelatihan," ujarnya.

Pelatihan yang diberikan BPTT tersebut banyak berguna oleh berbagai kalangan. Seperti yang dikatakan Anas, Alumni pelatihan BPTT. Melalui pelatihan BPTT tersebut, ia sekarang sudah mampu memperbaiki handphone yang rusak. Sehingga, ia pun sudah bias membuka usaha sendiri.

“Pelatihan yang saya ikuti sangat berguna. Karena dengan mengikiti pelatihan, saya dapat ilmu baru seperti dapat memperbaiki handphone yang rusak. Jurusan yang saya ambil saat menjadi peserta pelatihan adalah Jurusan Teknisi handphone. Dan sekaran, saya sudah bisa meperbaiki handphone yang rusak. Banyak sekali keuntungan mengikuti pelatihan itu, karena dapat menambah ilmu baru bagi saya," ungkapnya.

Ditambahkannya, bahwa di dalam pelatihan tersebut, ia bersama teman-temannya mendapatkan materi selama dua minggu dan dua minggu selanjutnya melakukan peraktek. Namun menurutnya, materi yang didapatkan dalam pelatihan, hanyalah materi secara umum saja. Tidak terfokus dalam satu materi. "Di pelatihan itu, kita cuma diajarkan materi dasar  tentang hanphone. Namun untuk belajar lebih dalam lagi, kita dianjurkan untuk belajar di luar," katanya.

Minim Pendampingan

Dia berharap setelah mengikuti pelatihan BPTT akan ada bimbingan dari Balai Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk mengawasi para alumni pelatihan tersebut. Namun selama ini, ia merasa BPTT tidak memberikan jalan keluar yang baik setelah mengikuti pelatihan itu.

"Seharusnya ada Follow Up dari BPTT, untuk memantau apakah para alumni pelatihan bekerja atau tidak. Artinya, suport dari BPTT itu harus ada. Jangan cuma mengadakan pelatihan saja. Jadi setelah keluar dari pelatihan, kami merasa kurang didampingi," keluhnya.  

menanggapi permasalahan ini, Mukhtar Latif selaku pengamat pendidikan mengatakan, BPTT merupakan badan mitra pemerintah yang bersifat otonom, yang dibina oleh pemerintah dan dibiayai. Sehingga, menjadi fasilitas pemberdayaan masyarakat. 

“Sebenarnya lembaga BPTT ini merupakan lembaga yang sangat efektif bagi masyarakat, jika pemerintah dapat memfungsikan badan tersebut untuk pemberdayaan masyarakat. Jika seperti itu, pemerintah hanya menggunakan  pola hulu hilir. Hulu hilir artinya, mereka dilatih kemudian hilirnya pembinaan lanjutannya yang seperti apa," ujarnya.

Menurutnya selama ini, peserta pelatihan BPTT dibina, namun mereka tidak diberi jalan keluar. Contohnya, mereka telah dilatih dalam perbengkelan TV. Setelah mereka tahu memperbaiki TV, mereka tidak difasilitasi untuk membuka bengkel TV. Sehingga mereka dapat melayani masyarakat dengan ilmu yang mereka miliki.

"Yang menjadi persoalankan bukan dari kecakapan, namun dari kemandirian mereka. Dari awal mereka dikemas menjadi tenaga ahli. Namun mereka tidak diantarkan hingga kepada pekerjaanya," ujarnya.

Seharusnya ia melanjutkan, mereka dikawal dari awal hingga akhir. Jika mereka berkeinginan untuk membuka bengkel, hal yang bias dilakukan setyelah lulus di BPTT, seperti memberikan modal kepada mereka. Masalah perizinannya seperti apa, itukan semua perlu arahan dari BPTT itu sendiri. Setelah dibimbing secara teknis, bimbingan material juga harus dilakukan.

“Seharusnya mereka juga diberikan bimbingan biaya. Itu yang perlu dikawal hingga selesai. Jika hal itu telah dilakukan dengan benar, makan masyarakat dapat memberdayakan sumberdaya manusia yang telah diperolehnya dari pelatihan tersebut. Jadi bagaimana BPTT dapat membekali kecakapan, membekali keterampilan. Namun setelah mereka dibekali, tidak diberi solusi sehingga para peserta pelatihan bingung untuk menyalurkan bakat yang telah diperolehnya. Setelah mendapat sertifikat, mau dibawa ke mana sertifikat itu. Iya pula kalau orang mau menerimanya," ujarnya.

Seharusnya, ia mengatakan, bahwa program magang ke jepang tersebut, tidak melibatkan peserta didik dalam jumlah yang banyak. Namun hanya dari sebagian peserta didik yang memiliki keseriusan dan potensi yang tinggi saja.

“Karena melalui seleksi yang sangat ketat untuk pemberangkatan itu. Setelah mereka dibina dengan bahasa, karakter, moralnya, disiplinnya, kemudian mereka diberikan peluang untuk magang ke jepang. Seharusnya, proses seperti ini yang harus ditempuh oleh pemerintah. Jadi pemerintah membimbing hingga tuntas pelatihan yang dilakukannya," ujarnya.(*/poy) (Sumber: Harian Jambi Edisi Cetak Pagi Selasa 4 Februari 2014)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar